Semua Bab KARMA PERSELINGKUHAN AYAH : Bab 11 - Bab 20

181 Bab

BAB 11 Pernyataan perjanjian gila.

Assalamualaikum my readers 🙏 semoga semuanya dalam keadaan sehat walafiat yaa ... jika ada yang bagus dari cerbung-cerbungku ambil hikmahnya jika tidak maka buang buruknya.Bantu follow akunku ya, like, coment, subs cerbungku, and share 🙏☺️🌸🌸🌸Aku berpikir sejenak. Masa sih, ayah tidak bisa membayar cicilan hutangnya. Apa ayah pernah mengalami kerugian besar? Seingatku ayah selalu menang tender dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini sampai kakek selalu memuji kerja bagus ayah.Kubaca lagi poin ke dua, di sana tertulis pihak pertama meminta ibu sebagai jaminannya jika tidak maka ibu akan menjadi milik pihak pertama dan hutang dianggap lunas.Gila, ini si, human traffic dan korbannya adalah ibuku sendiri. Setega ini ayah demi uang rela menjual istrinya.Poin ke tiga berisi pernyataan bahwa tidak ada paksaan dari pihak mana pun. Dibubuhi tanda tangan ayah, orang yang bernama Pak Yadi dan terakhir tanda tangan ibu di atas materai dan dirangkap dua.Jika ini tidak ada paksaan dari
Baca selengkapnya

BAB 12 Buku diari Ibu

Assalamualaikum my readers, bantu follow akunku, yuk, biar aku makin tambah semangat nulisnya🙏☺️ Btw jika ada yang baik ambil hikmahnya dan buang buruknya.🌸🌸🌸🌸“Oma, meski aku anak kemarin sore, tapi aku tahu. Ingat ya, Oma, aku ini anak milenial apa pun aku tahu. Beda dengan zamannya Oma dulu, seusiaku mungkin sudah punya anak dan ganti suami dua kali.” Mendengar pernyataanku oma melotot dan menahan marah. Kan, makanya jangan aneh-aneh aku tahu kartu oma. Bahkan aku tahu kalau ayah dan Tante Devi bukan saudara kandung yang memberi tahuku tentu saja ibu dulu sewaktu masih hidup.“Lancang sekali mulutmu itu, Alya!” teriak oma. Kalau sekarang bukan hujan petir pasti semua orang rumah kaget dan terbangun dari mimpi indahnya.“Upps ... maaf ya, Oma. Aku hanya nebak aja kok, kan, rata-rata orang zaman dulu begitu. Senang gonta-ganti pasangan bahkan neneknya temanku nikah lima kali dan anaknya lima dari suami berbeda-beda.” Dada Oma naik turun nafasnya memburu jelas sekali tersinggung
Baca selengkapnya

BAB 13 Ngerjain ayah

Assalamualaikum everyone ❤️ terima kasih banyak atas supportnya. Bantu follow akunku, like, komen, subs semua cerbungku, and share🙏☺️Kalau ada baiknya ambil hikmahnya dan buang buruknya. Diksi yang aku pakai memang sangat sederhana ya, karena menyesuaikan umur anak SMA kelas X, tapi kalau inti cerita insya Allah benar-benar mengedepankan cerita untuk dikonsumsi oleh kalangan kita para oran tua.🌸🌸🌸 “Ayah?”“Alya, Ayah tidak suka kalau kamu lancang begitu!” tegur ayah.“Ayah, jahat banget password HP pakai diganti segala memang aku lancang bagaimana aku ini kan, anak Ayah? Satu lagi apa maksud Ayah minta aku hapus postingan foto tadi? Apa Ayah malu punya anak aku dan istri seperti Ibu?” kataku mengelak. Untungnya aku masih ingat akun ayah tadi menyuruhku menghapus foto postinganku.“Ayah ... em—itu mungkin salah kirim,” elaknya.“Masa? Ayah sudah mulai bohong, ya? Coba sini mana ponsel Ayah buruan buka,” ujarku sengaja memancing kepanikan ayah karena aku tahu yang mengirim pesan
Baca selengkapnya

BAB 14 Permainan kita mulai, Ayah.

"Kenapa aku perhatikan kamu murung terus?" tegur Lusi."Biasa, Lus, masalah keluarga," kataku malas kusandarkan kepalaku di meja."Seserius itu, Al? Semoga yang aku lihat kemarin itu tidak seperti yang aku pikirkan. Enggak biasanya loh kamu begini?""1000 rius yang kamu pikirkan itu benar." Lusi membenarkan kacamatanya dan mengamatiku."Ayahmu?" Keluargamu?" tebaknya. Aku menganggukkan kepala."Aku tidak tahu harus berbuat apa, Lus. Lebih dari itu." Lusi tengok kanan kiri mengamati situasi kelas."Ayahmu selain itu ....""Semuanya. Ayah juga tentang Nyokap. Aku juga bingung mau mulai dari mana dulu," kataku hampir putus asa." Ssstt ... seberat itu, ya? Maaf aku tidak bisa ikut campur lebih dalam takut salah. Saranku banyak berdoa berserah diri pada Allah. Alya, kamu pasti bisa. Mulai dari sini perbaiki hubungan kita dengan sang pencipta nanti masalahmu akan selesai," saran Lusi dia menunjuk hatiku."Kamu benar, Lus, selama ini aku hanya mengeluh dan mengeluh aku akan ikuti saranmu.
Baca selengkapnya

BAB 15. Beraksi lagi.

"Em ... ka—mu yakin, Nak?" tanya ayah lagi."Yakin banget dong, Yah." jawabku mantap setengah berteriak sampai ayah kaget."Ta—pi, kamu kan, belum lancar bawanya, Nak?" "Sudah lancar kok, aku sering latihan nyopir sama Ibu, dulu setiap weekend kata Ibu wanita harus kuat dan mandiri jangan sampai hanya mengandalkan laki-laki." Lagi ayah berkeringat. "Oh, ya, kenapa tadi Ayah buru-buru gitu ngajak aku pulang padahal kan, orang tua temanku mau kenalan sama Ayah," tanyaku penasaran padahal aku sudah tahu jawabannya."Sudah Maghrib, Al, enggak enak ngerepotin orang," elak ayah."Em, Ayah mau tanya kamu tadi di rumah temanmu dari jam berapa?" Ragu-ragu ayah menatapku."Dari pulang sekolah, Yah," jawabanku membuat ayah terbatuk-batuk. "Em, itu. Enggak jadi." Ha-ha ayah lucu sekali."Kenapa emang, Yah?" "Enggak kenapa-napa, Sayang," jawab ayah gelisah."Setelah ini aku siap-siap kita ke showroom ya, Yah." Kulirik ayah dia makin panik. Aku jadi takut kenapa-napa soalnya ayah lagi nyetir."
Baca selengkapnya

BAB 16. Ngeretin ayah sendiri.

Malam ini aku merasa sangat puas. Bisa membalas sakit hati ibuku meski sedikit. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana panasnya wajah Tante genit itu terkena siraman air panas baru mendidih. Ha, pasti melepuh dan dia merengek minta ke dokter kecantikan pada ayahku.Tidak apa-apa besok aku belum pakai mobil ibu, tapi aku sudah berhasil menyelamatkan mobil dari perebut seperti tante itu. Heran sukanya bekasan ibuku.Kubuka sosmed dan kepoin akun Tante genit itu. Waaa! Ternyata tadi dia habis belanja cincin berlian. Ok, besok aku akan minta juga pada ayah dan aku akan minta beli di toko itu. Siap-siap ayah dapat kejutan selanjutnya dariku."Al, tidur Nak. Sudah malam besok sekolah, kan?" tegur ayah, beliau terlihat gelisah dan memegangi ponselnya. Pasti ayah khawatir pada istri mudanya, tapi mau telepon tidak berani karena ada aku. Hi-hi maafkan aku ayah. Aku lakukan ini demi keutuhan hubungan kita. Ayah sudah merusak hubungan ayah dengan ibu, jangan sampai ayah juga merusak hubungan kit
Baca selengkapnya

BAB 17. Pesan pengakuan istri muda

“Al, gimana kalau kita beli cincin emas saja?” Ayah mencoba melobiku.“No! Aku mau ini, Yah. Aku ini anak bos perusahaannya besar masa enggak pakai cincin berlian,” jawabku pura-pura merajuk.“Ayah takutnya hilang.”“Aku akan jaga dengan baik, Ayah. Don’t worry.”Ayah tampak pasrah dan membayar cincin yang kumau.“Satu lagi, aku beli tas.” Kugandeng tangan ayah ke toko tas yang disambanginya bersama Tante pelakor itu.“Nah, ini tokonya. Aku mau tas edisi terbaru.” Ayah berdiri mematung sebelum masuk ke dalam. Beliau pasti sedang tidak baik-baik saja.“Alya, untuk apa beli tas branded begini, kamu masih kecil,” tolak ayah saat aku menyodorkan trans branded mirip milik artis Lesti Kejora.“Untuk dipakai, Ayah lupa? Selama ini aku pun tidak pernah minta ini dan itu hanya sekali ini langsung Ayah tolak,” kataku ketus dan sedikit berteriak. Orang-orang yang ada di sini memperhatikan kami.Akhirnya ayah menuruti kemauanku. Tidak tanggung-tanggung aku beli dua sekaligus.Rasain, suruh siapa
Baca selengkapnya

BAB 18. Tamparan ayah.

[Kamu, anak kecil harus terima kenyataan bahwa aku ibu sambungmu. Jadi, jangan macam-macam denganku atau aku akan singkirkan kamu dari hidup ayahmu.]Tulis perempuan itu lagi . Ck, Tante pelakor itu kira aku ini anak kecil yang bisa diancam? Bahkan aku pun bisa menendang ayah dari rumah ini. Berlagak rupanya.Beruntung WA aku set privasi jadi meski pesan dia sudah kubaca masih centang dua abu-abu. Aku memang sengaja lakukan ini karena malas jika ayah ataupun keluarga ayah WA aneh-aneh. Sering banget mereka menggangguku dengan pesan-pesan recehan tak masuk akaln. Apalagi Nindi, berasa dia ratu di rumah ini.Aku lihat foto profilnya. Berdua dengan ayah saling peluk. Sudah kutebak tempat ini adalah vila keluarga kami dan ini ada di kamar utama. Kamar ibuku.Baiklah susun rencana lebih matang lagi. Aku takut perempuan itu akan segera datang ke rumah ini.Kubuka lagi lembaran isi perjanjian itu. Aku mencoba membaca berkali-kali, tapi buntu kesimpulan. Mungkin nanti kakek bisa memecahkanny
Baca selengkapnya

BAB 19. Membongkar kebusukan ayah.

“Kok malah cengengesan! Nenek khawatir ini,” omel nenek." Padahal aku baik-baik saja. “Kan, belum bagi rapor. Nanti juga dijemput oom kamu, kalau enggak ayahmu pasti akan nganter,” sambungnya.“Enggak sabar mau cepat sampai sini, Nek. Udah kangen berat,” jawabku santai.“Masa? Sebegitu merindukankah nenekmu ini?” canda nenek.“Iya, begitulah. Om, Ardi belum pulang ya, Nek?”“Enggak pulang kan, banyak kerjaan.”Lain dengan kakek beliau diam saja dan seperti mengawasiku. Kakek memang selalu peka. Instingnya selalu benar. Mirip ibu.“Kok, Aldi sama Mbok, diam saja?”“Aldi capek, Nek. Kesal juga sama Kakak. Padahal besok lusa bagi rapor, tapi diculik dibawa ke sini,” keluh Aldi. Nenek beralih pada mbok.“Eh, itu a—nu Nyoya. Non Alya bawa kami ke sini tidak bilang dulu,” timpal Mbok.“Bilangnya mau ke rumah temannya. Kan, bohong. Dosa bohong itu!” Aldi semakin kesal. Bibirnya cemberut saja.“Benar, Alya?” tanya nenek.“He-he iya, Nek.” “Kakak gitu Nek, selalu saja bercandaan!” Aldi melemp
Baca selengkapnya

BAB 20 Rencana tersusun rapi.

Kemarin saat kami mengaktifkan ponsel ibu. Ada banyak sekali pesan ancaman dari nomor-nomor berbeda. Bukan hanya itu ayah pun ikut mengancam dengan bahasa yang sangat kasar. Ayah mengira ponsel ibu diambil orang. Om Ardi khawatir orang itu melacak jadi akan tahu lokasi di mana ponsel ibu berada. Makanya ponsel ibu langsung dinonaktifkan lagi. Aku mengira masalahnya akan beres saat aku di sini. Ayah diusir dan dituntut penjara begitu juga orang yang sudah menganiaya ibu, tapi kata Om Ardi tidak segampang membalikkan telapak tangan. Om Ardi curiga ibu pun punya kekasih gelap. Ini yang akan ditulusuri lagi. Aku pun tertegun mendengar pengakuan Lusi. Tante itu berani sekali mengambil raporku tanpa sepengetahuanku. Mengaku sebagai ibu baruku. Ayah harus bertanggung jawab untuk semua ini. “Al, jadi gimana kamu setuju dengan rencana Om?” “Setuju Om. Tapi, rasanya kok berat banget, ya?” “Kalau tidak begitu kita tidak bisa kumpulkan cukup bukti. Om, akan menyuruh anak buah Om untuk men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status