Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 451 - Chapter 460

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 451 - Chapter 460

614 Chapters

BAB 451. Risa tak tahu malu.

“Si—apa, Mas?” tanyaku takut. Aku belum pernah melihat Mas Fais semarah ini pada siapa pun. Aku takut dugaanku benar. “Mas Fawas. Dia menyalahkan aku karena anaknya tidak juga bisa diam. Mas Fawas berpikir kalau aku yang sudah menyiakan-nyiakan anaknya dan tidak mengizinkan tinggal bersama dan akhirnya bicara melebar ke mana-mana.” Benar dugaanku dan aku bingung harus bagaimana menanggapinya. Aku yakin itu hanya akal-akalan Mas Fawas saja karena tidak suka melihat kebahagiaan kami dan pasti ada sesuatu sampai Mas Fawas makin nekat begitu. “Besok, kalau kita sudah pulang kita jelaskan ke Mas Fawas, Mas, sudah jangan dipikirkan lagi,” kataku. Jujur aku takut salah bicara. “Tidak, Dinda ... aku tidak memikirkannya hanya saja kesal sepertinya Mas Fawas memang sengaja menganggu kita. Dia tidak suka dengan kebahagiaan kita.” Ternyata apa yang aku pikirkan sama dengan Mas Fais. “Dinda ... ingat, nanti kalau di rumah kita dan Mas Fawas bertamu jangan kamu kasih ruang kalau tidak ada aku.
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

BAB 452. Kiriman video.

“Jangan cemberut, aku terima Dinda apa adanya. Kita bertemu di waktu yang berbeda dan tentunya pada waktu yang tepat. Aku pun sudah bekasan dia, aku bukan perjaka lagi dan aku bersyukur sekali dengan memiliki Dinda. Risa itu hanya memancing keributan saja. Jangan sampai hal-hal begini justru yang akan membuat hubungan kita jadi renggang. Percayalah Dinda, saat ini dan untuk selamanya di hati dan pikiranku tidak akan pernah terlintas perempuan lain. Bagiku, Dinda sempurna,” jelas Mas Fais. Lagi-lagi dia mencium pipiku mesra sekali. Tuhan, jaga dia, suamiku, saat aku jauh darinya karena penjagaanMUlah yang sebaik-baiknya penjagaan. Saat kami bersama saja Dokter Risa masih tidak tahu malu menggoda Mas Fais dengan pertanyaan begitu apalagi saat kami tidak bersama. [Malam pengantin kami mantap!] Balas Mas Fais sambil senyum-senyum. “Mas, ih, kok, dibalas nanti makin menjadi loh, Dokter Risanya,” kataku tak enak. “Biar dia tahu rasa,” jawab Mas Fais lagi. [Mantap ya, Mas? Duh, jadi ngi
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

BAB 453. Bidan Kayla.

[Lihatlah, betapa bahagianya sepasang pengantin ini, tapi apa yang terjadi di kehidupan selanjutnya? Mereka berpisah. Aku yakin sekali nanti pernikahan kamu pun akan begitu. Awal mula saja bahagia, akhirnya pasti akan berpisah.] Siapa ini? Apa Dokter Risa? Tadi dia kirim pesan nyeleneh ke HP Mas Fais, sekarang kirim video begini padaku. Dasar dia tidak tahu malu dan tidak kapok. Rupanya balasanku tempo hari belum membuat dia jera. [Takdir kami saat ini bersama, maka aku pastikan kami pun akan bersama selamanya, jika tidak hanya maut yang akan memisahkan kami.] [Baik, tunggu saja tanggal mainnya. Kamu akan jadi janda untuk ke dua kalinya. Aku akan tunjukkan padamu rahasia besar yang kamu sama sekali tidak akan pernah menyangkanya.] Astaghfirullah ini orang nekat sekali. Kublokir nomornya lalu aku ambil simcardku dan kupotong-potong pakai gunting. Aku akan ikuti jejak suamiku. Aku tidak akan memakai nomor itu lagi. “Dinda kenapa, marah-marah begitu? Ini bahaya jangan main gunting!”
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

BAB 454. Andai.

POV KAYLA. “Kay, kamu masak ini, ya? Untuk makan malam kita. Aku capek banget baru pulang kerja terus langsung ke sini. Masak semua ya, Kay, basing kamu deh, mau diolah jadi menu apa aja yang penting ada sambalnya. Kamu tahu kan, Abangmu itu kalau enggak ada sambal enggak mau makan,” titah Kak Sindi, kakak tertua Bang Dafa.“Aku, kak?”“Ya, iyalah, mau siapa lagi?” jawabnya seraya duduk manis sambil main HP.“Kakak, capek baru pulang kerja?” tanyaku memastikan.“Iya, Kay, kamu enggak lihat, ini Kakak masih pakai seragam,” jawabnya tanpa menoleh padaku. Dia asyik main HP.Si*l niatku datang ke sini untuk ngerjain dua lansia itu malah suruh masak.“Kaka, enggak lihat, aku pun masih pakai seragam itu artinya aku baru pulang kerja. Kalau Kakak capek ya, enggak usah masak. Beli aja sayur matang,” jawabku lalu duduk di sampingnya sambil main HP.“Maksudmu, kamu tidak mau masak?” tanyanya.“Ya, ampun pakai tanya segala. Ya, dong, Kak. Aku ini juga capek dan aku juga kerja. Masak aja sendiri
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

BAB 455. Mengingatkan aib Emak.

POV Kayla. “Iya, Mak. Terima kasih ya, sudah jadi Dewi penolong untukku. Emak mau makan apa biar aku masakin,” ucapku berusaha mengambil hati Mak. “Katanya tadi capek?” “Kalau untuk Emak, tentu saja aku tidak capek. Baktiku kan, hanya pada Bang Dafa sama Mak dan Bapak saja. Bukan yang lain,” jelasku. “Iya, kamu benar. Kalau kamu pingin makan apa?” tanya Mak. “Em, pingin itu Mak, udang saus padang.” “Kalau gitu kita makan di luar saja. Biar kamu enggak capek. Kalau capek nanti kami susah punya anak. Mak mau cucu dari kamu,” jawab Mak. Haduh, kok, jadi gini? Padahal aku tidak ingin punya anak dari Bang Dafa. Baiklah sepertinya rencanaku harus segera selesai agar aku tidak berlama-lama di dalam kubangan keluarga ini. “Sabar ya, Mak. Gimana mau punya anak, Bang Dafa saja tidak mau tidur denganku,” jawabku sendu. Biar Mak makin simpati padaku. “Ya, sudah nanti biar Mak yang suruh Dafa tidur sama kamu.” “Tidak mau! Aku tidak mau kalau terpaksa,” rajukku. “Ya, sudah nanti Emak ya
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

BAB 456. Kere teriak kere!

POV Kayla. “Iya, Mak? Ada apa? Loh, kok, Emak langsung pucat begini? Apa Emak sakit?” tanyaku sok panik. Padahal aku senang kalau emak begini itu artinya dia menyesali perbuatannya dan takut ketahuan.“Kay, kalau ada yang cerita begituan jangan kamu dengarkan, ya? Mereka itu kadang suka ngarang cerita,” pinta emak. Rupanya dia takut.“Loh, kenapa, Mak? Aku kan hanya menanggapi cerita orang saja.”“Ya, Emak takut kamu, jadi kepikiran dan malah tidak fokus kerja. Jadi tukang gosip,” jawab emak.“Oh, gitu, Mak? Baiklah ... aku tidak akan dengarkan cerita mereka lagi,” kataku meyakinkan emak.“Iya, karena apa yang didengar belum tentu benar.“Iya, Mak ... Alhamdulillah sudah sampai. Ayok, Mak, cepetan aku sudah lapar. Mak enggak lapar, ya?”Resto ini lumayan jauh dari rumah. Ada di kota kecil kami di kabupaten dan hanya satu-satunya. Jadi, memakan waktu yang lumayan di perjalanan tadi.“Emak, lapar, Kay, hanya saja pingin ke toilet bentar.”“Ya, sudah Mak, ke toilet biar aku yang pesan.
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

BAB 457. Emak ketakutan.

POV Kayla. Dasar Risa-Risa, otak ditaruh di mana kali, tidak bisa membedakan berlian dan perak.“Loh, kok, belum dimakan, Nak?” Emak rupanya sudah kembali.“Nungguin Emak lah, kan, kita makan berdua masa iya, aku makan sendirian?” jawabku semanis mungkin.“Mak, beneran jadi merasa tersanjung sekali punya menantu seperti kamu, Kay. Ya, sudah yuk, kita makan!”Setelah mengucap bismillah, kami makan dengan lahap tak tersisa. Lezat sekali makanku malam ini. Emak juga makan dengan lahap.Kami benar-benar quality time berdua.~k~u🌸🌸🌸“Astaghfirullah ... itu mereka siapa, Mak!” teriakku histeris saat ada beberapa orang yang menghadang jalan kami. Mak terlihat ketakutan sekali dan menelepon seseorang. Aku ngerem mendadak dan hendak keluar.“Jangan gegabah, Kay, kita bisa dilukai oleh mereka!” cegah Mak.“Lalu kita harus gimana, Mak?” tanyaku panik.“Buka! Buka!” kaca mobil digedor-gedor. Aku dan Mak makin ketakutan. Kuhidupkan lampu, jam masih menunjukkan pukul 19.5 WIB.“Jangan buka, Kay
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

BAB 458. Melumpuhkan.

POV Kayla. Heran sudah tua juga masih saja bisa marah-marah.“Bapak akan segera ke sana. Kamu tenang, ya?”“Iya, Pak, segera ya, Pak!”Kumatikan telepon dan segera memberi kabar pada orang-orangku untuk membuntuti bapak.[Aksi yang bagus, Bang. Uangnya sudah aku transfer barusan. Terima kasih.][Iya, Dik, sama-sama. Semoga bisa membuahkan hasil.][Semoga, Bang. Itu Bapak mertuaku juga mau otewe ke sini, Bang. Kalau keadaan memungkinkan lakukan hal yang sama.][Baik! Segera laksanakan.]Kuhapus chatinganku barusan. Aku tidak mau kalau mereka tahu aksiku.Sebenarnya aku ingin emak mertua mendapatkan balasan yang setimpal seperti yang dia lakukan pada ke dua orang tuaku, tapi abang-abangku tidak setuju. Mereka tidak mau aku jadi penjahat seperti mertuaku. Biarkan mereka menyerahkan diri ke hukum. Dengan diancam terus menerus mereka akan lakukan itu jika tidak batinnya akan tertekan dan lama-lama alam yang akan menyeleksi.Aku turuti perintah abang-abangku. Setelah kupikir itu pun benar
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

BAB 459. Video pernikahan.

🌸🌸🌸[Bagaimana apakah siap dengan kejutan selanjutnya?]Aku membaca WA dari nomor asing itu lagi padahal aku sudah ganti nomor dan nomorku ini belum aku beri tahukan pada siapa pun kecuali ke suamiku dan juga keluarga. Susanti saja belum aku kasih tahu.Walau sebenarnya aku ingin sekali membalasnya, tapi aku urungkan biarlah sampai mana dia akan terus menggangguku.Mas Fais, sejak keberangkatan kami tadi dari rumah menuju rumah ibu mertuaku selalu saja menggenggam erat tanganku.Kami satu rombongan ada 5 mobil, kebetulan keluarga ibuku ada sebagian yang ingin ikut.Wak Haji dan Wak Ipon juga ikut, padahal kemarin mereka sudah bersumpah untuk tidak menginjakkan kakinya di rumahku. Lucu kalau diingat ya, begitulah lika-liku kehidupan dalam berkeluarga selalu saja ada cerita unik di dalamnya.Kami dikawal ketat anak buah Mas Fais depan dan belakang juga beberapa rombongan polisi agar kami cepat sampai di rumah.Kupandangi wajah tampan suamiku, sekiranya ada rahasia apakah hingga perni
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more

BAB 460. Fawas cari kesempatan.

“Mas, aku tidak mau, malu. Ini sudah sore, lihat itu sudah mau asar, tolakku."“Ye, ini otak pikirannya sudah aneh-aneh saja. Eh, tapi aku suka. Ayo, mandi. Zahra sudah siapkan semuanya. Coba kita lihat, yuk!”“Apa, Mas? Ning Zahra. Ih, malu, Mas. Kamu kok, enggak mau nolak sih, Mas, masa peralatan mandi saja yang siapkan Ning Zahra. Kamu kan, bisa bangunin aku biar aku yang siapkan.“Ya, gimana lagi orang dia yang maksa," jawab Mas Fais santai.Kami masuk kamar mandi. Ya, ampun ... kamar mandinya bagus banget. Itu bathtup sudah berisi air yang dipenuhi bunga. Wangi sekali. Ada dua lilin di pinggirnya. Ya, ampun romantis banget, ini seperti di film drama Korea yang selalu aku dan Susanti tonton.“Kok, malah diam, ayo, mandi!” ajak Mas Fais.“Aku, malu, Mas.”“Sama siapa? Kan, cuma kita berdua,” jawabnya.Kuhirup nafas panjang lalu perlahan menghembuskannya.“Baiklah, Mas. Aku ambilkan handuk dulu,” jawabku gugup.“Itu handuknya sudah disiapkan juga oleh Zahra.”“Kok, Ning Zahra baik
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more
PREV
1
...
4445464748
...
62
DMCA.com Protection Status