“Tapi, saudara sepupuku habis malam pertama pada cerita.” “Mungkin mereka tidak tahu, nah, sekarang kamu kan, sudah tahu, jadi tidak boleh lagi ya, mendengarkan apalagi menceritakan masalah ranjangmu pada orang lain.” “Iya, Mbak. Paham.” Tak lama terdengar suara salam. Mas Fais pulang. Aku segera menyambutnya. Ibu sudah menyiapkan teh panas untuk kita semua, kubawa bagian Mas Fais ke kamar. “Mas, ini tehnya. Di sini sangat dingin. Kalau minum teh panas begini bisa menghangatkan badan,” kataku seraya kuberikan teh itu pada Mas Fais. “Terima kasih, Dinda ... aku tidak merasa dingin kok, kan, ada kamu,” jawab Mas Fais. “Dih, gombal!” sahut Susanti dari ruang tengah. Ya, ampun aku lupa menutup pintunya. “Santi, ih, jahil ya, kamu!” teriakku. Dia bersama ibu tertawa. Segera kututu pintu. Bisa gawat kalau Santi tahu. “Loh, Mas kok, dikunci?” “Ya, dikunci nanti takut ada yang masuk malah ganggu kita,” jawab Mas Fais. Dia melepas baju kokonya. “Pakai kaus saja, Dinda. Kita jalan-j
Terakhir Diperbarui : 2022-11-13 Baca selengkapnya