Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 461 - Chapter 470

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 461 - Chapter 470

614 Chapters

BAB 461. Mendatangi kamarku.

Benar saja, begitu melihatku, Mas Fawas langsung ambil posisi duduk di dekat Mbak Lintang. Posisi kami duduk lesehan.“Selamat ya, Mbak Fatki atas pernikahannya,” ucap Mas Fawas seraya mengulurkan tangannya dan tersenyum genit padaku.“I—ya, terima kasih, Mas,” jawabku. Tak kusambut uluran tangan Mas Fawas. Biarlah itu kan, memang tidak baik dan tidak boleh.Mas Fawas terlihat kecewa, tapi kemudian dia bersikap biasa saja dan langsung menyantap makanannya.“Sana pindah dekat, Zahra!” bisik Ning Lintang. Bersyukur keluarga ini benar-benar tahu masalah kami.Aku mengangguk dan bergeser, tapi saat Mas Fawas hendak mengembalikan piringnya tiba-tiba dia jatuh tepat mengenai badanku. Refleks aku menyingkirkan.Perasaanku sudah tidak karuan. Ya, Allah, aku takut sekali.“Mas, kalau jalan pakai mata, dong! Apa sengaja!” bentak Mbak Wulan.“Namanya juga pusing, Lan,” jawab Mas Fawas seraya melirikku.“Awas, ya, kamu, Mas kalau begini lagi. Kutonjok mukamu itu!” Ancam Mbak Wulan.“Biasa aja kal
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more

BAB 462. Pesan rahasia.

“Pergi! Awas!” Aku berontak lagi, tapi Mas malah menamparku. Sakit sekali sampai rasanya pandanganku berputar-putar.Sreet!Bugh!Plak!Mas Fais datang tepat waktu dan langsung mengajar Mas Fawas tanpa ampun. Aku berteriak dan meminta tolong.Dia tidak bisa melawan, mungkin kalah kuat tenaga dengan Mas Fais.Keluarga berdatangan. Bapak Mas Fawas langsung menyeretnya.Aku menangis sejadi-jadinya. Mas Fais memelukku sampai aku benar-benar tenang.Mas Nanang marah dan bingung sebenarnya apa yang terjadi."Ada apa, Dik? Kenapa Mas Fawas ada di kamar ini? Apa yang sudah dilakukan padamu? Bilang sama Mas," tanya panik."Dia hampir saja melukaiku, Mas. Aku takut sekali," jawabku."Tenanglah akan aku beri pelajaran, dia. Jangan takut ada Masmu di sini. Apa pun akan Mas lakukan demi membelamu," jawab Mas Nanang."Maafkan aku, Mas. Tadi aku sedang di masjid, jadi tidak tahu kejadian ini. Mas, jangan khawatir aku pun menjaga Fatki. Apa pun yang terjadi, meski nyawaku jadi taruhannya," ujar Mas
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more

BAB 463. Siapa lagi?

Kulihat keluarga besarku sangat antusias dengan pesta ngunduh mantu yang diadakan oleh orang tua Mas Fais.Senyum merekah mereka membuat pikiranku tenang.Mereka benar-benar berhasil membuat hatiku bahagia.Biasanya kalau acara di hotel itu hanya hitungan jam saja, tapi kali ini sampai selesainya tamu undangan mau datang di jam berapa pun asal pas di hari dan tanggal yang sama tidak masalah itu semua karena hotel ini milik keluarga Mas Fais dan aku baru tahu.Subhanallah sekaya ini rupanya suamiku, pantas saja Dokter Risa menyesal dan masih saja mengejar-ngejar. Mungkin juga masih banyak perempuan lain di luar sana yang menginginkan jadi istri Mas Fais.Ini baru beberapa yang aku tahu. Mas Fais bilang setelah acara selesai akan mengenalkanku ke karyawan mereka di perusahaannya. Entah perusahaan yang mana lagi. Belum lagi beberapa kampus swasta yang ternyata keluarga Mas Fais pun tanam saham di sana. Pantas saja anak buahnya banyak dan berani menjemputku menggunakan helikopter.Bermimp
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

BAB 464. Datang.

Siapa dia? Lalu kenapa manggil dengan sebutan Beb? Sepertinya aku pernah dengar panggilan itu. Apa mungkin dokter Risa?Dia memang diundang bahkan keluarganya juga, tapi bukan berarti dia bebas sok mesra begini? Apalagi dia pun sudah bersuami.“Mbak, tolong merem dulu matanya,” pinta sang MUA.Aku memejamkan mata, membiarkan MUA mengukir wajahku.Semakin mata ini terpejam semakin aku jadi terngiang-ngiang pesan barusan.Astaghfirullah ... jauhkan aku dari rasa Was-was ya, Rabb.“Mbak ini sudah cantik, bahkan sangat cantik di-make up apa saja tetap cocok. Malah kadang aku takut kalau aslinya cantik di-make up tidak manglingi nanti jadi omongan banyak orang,” ujar sang MUA.“Mbak ini bisa saja. Semua wanita itu cantik kok, Mbak. Kita harus pandai-pandai bersyukur,” jawabku.“Iya, betul itu, Mbak.”Ponsel Mas Fais bunyi lagi dan aku penasaran ingin melihatnya, tapi harus bersabar menunggu selesai make up.“Assalamu’alaikum ....” Duh, Mas Fais sudah datang, tapi make upku belum beres.“W
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

BAB 465. Keluarga unik.

Kuceritakan apa yang disampaikan Susanti pada Mas Fais. Dia terlihat kesal lalu beberapa kali menghela nafas.Kasihan Mas Fais pasti dia merasa sangat tertekan.“Mas, maaf. Jadi kamu enggak nyaman gini, kan?” ucapku tulus.“Tidak sayang. Aku hanya geram saja pada Risa. Sepertinya dia memang harus benar-benar aku buat jera,” ucap Mas Fais penuh penekanan.Astaghfirullah ... bahkan di hari bahagia kami pun banyak yang tidak suka.Mas Fawas tiba-tiba datang menghampiri kami. Ada perban di jidatnya. Dia beda sendiri dengan keluarga yang lain. Dia tidak mau pakai seragam keluarga yang sudah disediakan.Jalannya sedikit pincang. Aku sudah deg-degan. Kini giliranku yang menggenggam erat jemari Mas Fais. Aku sungguh takut Mas Fawas akan buat keributan. Peristiwa semalam sepertinya tidak membuat Mas Fawas jera. Buktinya dia masih nekat datang menghampiri kami. Beberapa anak buah Mas Fais sudah standby di bawah pelaminan dengan posisi siap, takut Mas Fawas berbuat sesuatu.“Tenanglah Dinda, ada
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

BAB 467. Pacar?

“Jangan buatku malu! Sana!” Usir Dokter Risa.Adiknya minta Selfi hanya berdua saja dengan Mas Fais. Padahal Mas Fais sudah menolak dengan sopan, tapi malah adiknya dokter Risa tetap saja memaksa.“Kamu, awas! Aku mau foto berdua dengan Mas Fais,” ucapnya seraya mendorong pundakku. Refleks Mas Fais mendorongnya untung saja tidak jatuh karena ditahan oleh Mas Dafa.“Jaga sikap! Atau kamu akan aku usir secara paksa!” bentak Mas Fais. Untung saja suara musiknya menggema, jadi aman tidak ada yang dengar kecuali kami.Kini giliran Dokter Risa yang menyalami kami.“Cih, mau dindandani secantik apa pun ya tetap saja norak dan udik!” sindirnya.“Oh, bagus, deh! Kalau kamu sadar, Ris. Sudah sana pergi. Kami enggak butuh kamu!” sahut Mbak Wulan. Mas Fais terkekeh sedang aku bingung mau gimana.“Jangan ikut campur!” bentak Dokter Risa.“Kamu itu yang ikut campur masalah orang terus! Piye? Masih enak zamanaku, to?” kata Mbak Wulan lagi.“Kalian ini apaan sih, malah ribut!” sela Mas Dafa, dia meng
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

BAB 468. Dialah orangnya.

“Iya, San. Ini aku masih ada WA-nya. Tadi aku mau bilang ke Mas Fais, tapi tidak sempat terus akhirnya Mas Fais pergi kali nyamperin dia.” Susanti tampak panik.“Mana coba Mbak, lihat WA-nya. Masalahnya ini aneh banget loh, Mbak,” pinta Susanti tidak sabaran.“Ini, San. Eh, rupanya di kirim WA lagi.”[Sakit hatiku melihat kau bersanding dengannya.][Apakah kamu benar-benar telah melupakanku?][Bertahun-tahun aku mencarimu rupanya kamu telah berdua.][Meninggalkan aku di sini sendiri terbakar api asmara.][Kamu jahat, Mas! Kamu tega!][Bahkan WA-ku tidak kamu balas. Aku rela datang ke sini hanya untuk menemuimu!][Kemarilah, Sayangku. Aku pakai baju merah yang kau belikan dulu.]“Busyet! Makin menjadi itu orang. Segila ini. Astaghfirullah ....” ucap Susanti.“Ada apa, sih, San?” tanyaku penasaran.“Masalahnya gawat, Mbak itu orang ngamuk di depan sana teriak-teriak enggak jelas. Ngaku-ngaku pacar Mas Fais, eh, ini aku baca WA-nya, kok, bikin mual, ya?” jelas Susanti lagi, tapi aku bel
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

BAB 469. Aku takut.

🌸🌸🌸"Mas!” panggilku.Mas Fais dan rombongannya itu kaget begitu melihat keberadaanku.Anak buah Mas Fais sebagian menghampiriku dan mengajakku masuk ke dalam.Aku berontak tidak mau.“Katakan Mas, apa yang aku lihat ini sesuai pradugaku?” tanyaku pada Mas Fais. Aku sudah tidak bisa membendung air mataku.Ya, Tuhan. Aku takut.“Ti—dak, Dinda. Ini tidak seperti yang kamu lihat. Ayo, kita masuk. Aku akan jelaskan semuanya padamu,” jawab Mas Fais. Dia berusaha meraih tanganku, tapi aku tepis.“Tidak perlu! Aku harus dengar dari ke dua belah pihak!” tegasku.“Oo, jadi kamu istri Mas Fais? Cantik sekali, pantas saja Mas Fais berpaling dariku,” sahut laki-laki berbaju merah itu.“Diam kamu!” bentak Mas Fais.“Katakan saja apa yang jadi unek-unek di hatimu jangan kamu simpan,” kataku.Laki-laki baju merah itu tersenyum sinis.“Kenalkan namaku Roy. Aku kekasih Mas Fais. Kekasih dunia akhiratnya,” jawabnya.Susanti tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan pria itu. Bukan hanya Susanti ana
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

BAB 470. Haruskah percaya?

“Kalian kenapa diam saja! Bawa dia pergi dari sini!” bentak Mas Fais pada anak buahnya.“I—ya, Bos, siap!” jawab mereka.Laki-laki itu diseret oleh anak buah Mas Fais.“Tunggu! Lepas! Aku bisa pergi sendiri! Ini sakit sekali tanganku,” ucapnya seraya berontak.Mereka melepaskan pria itu. Lebih tepatnya melemparkan laki-laki itu.“Aw, sakit!” teriaknya lagi.“Pergi!” bentak salah satu anak buah Mas Fais.“Ayo, kita masuk Dinda! Aku akan jelaskan padamu,” ajak Mas Fais.Meski, sebenarnya aku marah padanya, tapi sebisa mungkin aku harus tetap bisa menghormatinya.“Iya, Mbak, ayo, kita masuk! Kita dengarkan penjelasan Mas Fais,” ucap Susanti.Mas Fais hendak memeluk pinggangku, tapi aku tepis. Entah kenapa aku rasanya malas disentuh.Mas Fais paham kalau aku marah, dia mempersilakan Susanti untuk jalan denganku.“Sayang, tunggu!” teriak laki-laki itu. Dia lari memeluk Mas Fais dari belakang.Mas Fais berontak, anak buahnya membantu melepaskan pelukan laki-laki itu.Bugh!Bugh!Mas Fais em
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

BAB 471. Masa lalu.

Flasback 5 tahun yang lalu.“Mau ke mana, Mas? Tumben sekali kamu rapi tidak biasanya kamu pakai pakaian seperti ini?” tanyaku pada Mas Fawas.Malam ini, Mas Fawas memang terlihat jauh berbeda. Dia memakai kaus ketat, celana jins, dan topi.“Kalau penasaran ikut saja. Dari pada bete di rumah. Sudah sana ganti baju!” titah Mas Fawas.Aku yang baru pulang dari salat isya di masjid buru-buru ganti baju. Mas Fawas menungguku di luar. Malam ini memang aku sengaja menginap di rumah Mas Fawas karena ke dua anaknya sakit dan mereka selalu mencariku.Hari ini panasnya sudah turun dan sudah mau makan, jadi tidak masalah jika aku menemani Mas Fawas. Sepertinya dia pun stres karena memikirkan anak-anaknya.“Ayo, Mas aku sudah siap!” ajakku. Kusambar kunci mobil di atas meja.“Kamu mau ikut aku? Pakai baju rapi begitu, Is? Pakailah kustum sepertiku. Ini sedang hits biar kita tidak kalah dengan anak-anak muda,” tanya Mas Fawas.“Apa ada yang salah, Mas? Ini pakaianku bagus, sopan,” tanyaku.“Ya, su
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
PREV
1
...
4546474849
...
62
DMCA.com Protection Status