“Enak juga ya, Mbak naik motor baru?” “Alhamdulillah, San.” “Besok kalau aku gajinya sudah gede di atas UMR aku mau beli motor juga lah, Mbak. Pokoknya begitu kamu jadi istri Mas Fais, gajiku wajib naik Mbak!” pinta Susanti. “Hem, wajib ya, San?” “Iya, lah!” “Insya Allah, asal kamu tanggung jawab dengan pekerjaan kamu, ya?” “Pasti itu, Mbak. Insya Allah aku akan amanah. Oh, ya, satu lagi. Carikan aku suami yang sultan juga kayak Mas Fais. Keponakan dia kek, atau temannya gitu. Duda enggak apa-apa deh, yang penting duren kayak Mas Fais.” “Hust, hati-hati kalau ngomong, San, nanti diijabah Allah, loh!” “Ih, beneran, Mbak, yang penting kan, hidupku dan keluargaku terjamin. Sayang padaku, sayang juga sama keluargaku, Mbak.” “Enggak berani aku bilangnya, San. Kamu ngomong sendiri saja siapa tahu ada beneran.” “Sama suami sendiri kok, malu, Mbak. Oh, iya, mana tadi itu orang-orangnya Mas Fais, katanya mau ngikutin kita kok, enggak ada?” tanya Susanti seraya melihat ke spion. Aku
Last Updated : 2022-11-08 Read more