Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 421 - Chapter 430

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 421 - Chapter 430

614 Chapters

BAB 421. Mertua membela Kayla.

POV Risa. “Tidak bisa begitu, dong, Pak! Kayla ini menantu kesayangan Emak. Pokoknya Emak tidak rela kalau di madu begitu,” protes emak. “Mau gimana lagi? Semua sudah terjadi diluar kendali kita. Anak kesayanganmu itu memang bebal otaknya, susah diatur!” jawab bapak sebelum benar-benar masuk ke dalam kamarnya. “Awas ya, kamu, Dafa, Risa. Selamanya Emak tidak akan pernah ridho. Emak akan terus awasi kalian! Sudah sana kalian pulang! Kayla kamu ikut pulang jangan mau ditinggal di sini!” titah emak. Duh, malas banget sih, kalau Kayla ikut nanti gimana kami mau bermesraan? Eh, tapi ini kesempatanku untuk memanas-manasi Kayla dengan begitu dia tidak akan betah dan akhirnya out dari rumah itu. Lagi pula rumah baru Mas Dafa yang sekarang ini kan, design luar dan dalamnya sesuai rancangan aku dulu itu sudah cukup bukti bahwa Mas Dafa tetap memprioritaskan aku. “Tidak bisa gitu dong, Mak. Ini masih malam pengantin kami masa iya, si udik ini ikut pulang!” protesku kesal. Kali aja kan,
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

BAB 422. Dibantah.

POV Risa. “Iya, Mak. Assalamualaikum ....” ucap Kayla. Dia berjalan di belakang kami. Duh, sudah seperti babu saja. Kapok! Rasain! Sesampainya di rumah baru Mas Dafa yang jaraknya hanya 50 meter dari rumah emak aku segera masuk ke kamar utama. Ya, aku tahu sih, ini kamar sudah ditempati sama si udik ini, tapi mulai malam ini aku yang akan menempatinya aku ratu di sini, jadi dia harus menyingkir. “Tunggu! Ini kamarku, kalau kalian mau tidur sana tidur saja di kamar yang lain, masih ada tiga kamar kosong, kan!” cegah Kayla saat aku dan Mas Dafa sudah sampai ambang pintu mau masuk ke kamar. “Tidak bisa aku mau tidur di sini!” jawabku. “Mas, ini kan, masih malam pengantin kita, aku tidak mau tidur di kamar lain, kita tidur di sini saja, ya?” rengekku pada Mas Dafa. Dia mulai kebingungan antara pindah atau tidak. “Kay, Abang mohon ya, malam ini saja,” ucap Mas Dafa pada Kayla. “Tidak bisa, Bang! Ini kamarku kalau Abang tidak mau pindah lebih baik aku tidur di rumah emak saja biar Ab
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

BAB 423. Aku dihina, dia dipuji.

POV Risa. “Mulai besok, kamu harus mandiri, Mas. Kamu tidak bisa ngandelin aku terus untuk melayani kebutuhan kamu semuanya. Aku pun capek harus bekerja belum lagi melayani kamu di ranjang. Jangan seperti anak kecil yang apa-apa diladeni,” ucapku kesal. Mas Dafa hanya diam saja, malah terkesan acuh. Dia buru-buru memakai bajunya. “Bang, aku berangkat duluan, ya, ada pasien mau melahirkan!” pamit si udik, dia menyalami Mas Dafa. Dih, sok, saliha sekali. “Baru juga jam 7, Kay. Berangkat bareng saja.” “Tidak, Bang. Aku buru-buru. Aku juga tidak mau bawa mobil biar cepat sampai.” “Sarapan sudah kamu siapin, Kay?” tanya Mas Dafa. Nah, iya, itu yang penting. “Sarapan?” ucap Kayla balik tanya seraya memicingkan matanya sebelah. “Iya, sarapan.” “Tidak ada sarapan, Bang. Aku sedang puasa. Kalau Abang mau sarapan ya, istri baru Abang lah yang suruh masak. Aku sih, ogah. Kan, sudah ada gantinya,” jawab Kayla. “Tidak bisa gitu, dong, Kay! Risa juga buru-buru mau berangkat kerja. Harusny
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

BAB 424. Serba-serbi menjelang hari H.

🌸🌸🌸 [Mbak Fatki, jangan lupa hari ini untuk imunisasi cantin. Nanti biar dikawal oleh Tupai] [Eh, Adinda ... maaf lupa, belum terbiasa.] Kubaca berulang-ulang WA dari Mas Fais. Padahal hanya WA sederhana begitu, tapi aku sudah merasa bahagia sekali. “Weeh, pagi-pagi masih gelap gulita sudah senyum-senyum awas loh, kesambet setan kredit!” tegur Susanti. “Males amat setan kredit, San! Untuk kamu ajalah,” jawabku. “Ogah! Lagi pula Mbak Fatki ini pagi-pagi kok, sudah bengong. Hayo, lagi mikirin Mas Fais, ya?” “Eh, apa? Sok tahu, deh!” elakku. “Bukan sok, tahu, Mbak. Tapi, memang kamu, kan, suka begitu kalau dapat WA dari Mas Fais seperti orang yang kehabisan obat,” kata Susanti lagi dan itu benar. “Sudah, sana salat, San. Nanti keburu subuhnya habis!” titahku. “Tunggu iqomat aja, Mbak. Aku mau salat di mushola sama Bulek,” jawab Susanti seraya berlalu ke luar kamar. [Iya, Mas, insya Allah aku tidak lupa. Terima kasih sudah mengingatkan. Aku nanti berangkat ditemani Susanti sa
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

BAB 425. Emosi.

“Wak, aku mau mandi kalau enggak mandi ya, gerah,” tolakku. “Dibilangin ngeyel. Kena tulahnya baru tahu rasa!” omel Wak haji. Aku diam saja tidak mau menanggapi takut melebar ke mana-mana arah pembicaraannya. “San, buruan! Katanya kamu mau mandi bebek kok, malah lama sekali?” seruku seraya mengedit pintu kamar mandi. “Iya, ini sudah selesai. Gimana aku sudah glowing kan, Mbak?” “Iya, glowing! Tungguin di sini, ya?” pintaku. “Iya, Mbak. Jangan lama-lama loh, mandinya. “Enggak tenang aja. Aku palingan cuma 30 menit,” candaku. Selesai mandi aku langsung bersiap-siap karena kalau berangkat siang takutnya ngantre kalau sudah ngantre, jadi enggak semangat lagi. Aku pakai baju baru yang dibelikan Mas Fais. Bagus sekali bahannya juga adem, senada dengan warna jilbabnya. “Baju baru Alhamdulillah! Didapat dari Kakanda, tidak baru tidak apa-apa masih ada baju yang lama,” cuap Susanti seraya memakai make up. Kalau saja baju-baju ini bukan khusus dibelikan dari calon suamiku sudah barang
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

BAB 426. Seberuntung ini sekarang.

“Sombong, mentang-mentang jadi kaya dadakan!” sahut Wak Haji lagi. Ibu membekap mulutku agar tidak menyahut omongan Wak haji lagi. “Astghfirullah ... mereka itu benar-benar ngeselin, Bu!” “Jangan dibalas. Biarkan saja namanya juga orang sudah tua, nanti juga baikan lagi. Nanti juga bakalan ke sini lagi. Sudah kamu siap-siap saja, sudah hampir jam 7,” jawab ibu menenangkan hatiku. “Kaya dimusuhin, miskin dihina. Dasar manusia,” gumam Susanti. “Bu, kami disuruh Bos, untuk mengawasi Ibu. Jadi, bawa motornya jangan kebut-kebut, ya?” ucap orang yang semalam. Aku tidak tahu dia Tupai apa Elang. Hanya Mas Fais yang bisa membedakannya. “Enggak usah, Pak, insya Allah aman,” tolakku. Aku merasa belum terbiasa saja jadi agak sedikit risih. “Enggak apa-apa, Pak. Ikuti saja kami. Enggak usah didengar ucapan bos perempuan ini,” sahut Susanti. “Ha ha ... lumayan kan, Mbak, berasa mirip artis-artis gitu, punya bodyguard,” ujar Susanti lagi. Aku lebih memilih untuk menelepon Mas Fais. Kasihan
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

BAB 427. Lagi-lagi bertemu Risa.

“Enak juga ya, Mbak naik motor baru?” “Alhamdulillah, San.” “Besok kalau aku gajinya sudah gede di atas UMR aku mau beli motor juga lah, Mbak. Pokoknya begitu kamu jadi istri Mas Fais, gajiku wajib naik Mbak!” pinta Susanti. “Hem, wajib ya, San?” “Iya, lah!” “Insya Allah, asal kamu tanggung jawab dengan pekerjaan kamu, ya?” “Pasti itu, Mbak. Insya Allah aku akan amanah. Oh, ya, satu lagi. Carikan aku suami yang sultan juga kayak Mas Fais. Keponakan dia kek, atau temannya gitu. Duda enggak apa-apa deh, yang penting duren kayak Mas Fais.” “Hust, hati-hati kalau ngomong, San, nanti diijabah Allah, loh!” “Ih, beneran, Mbak, yang penting kan, hidupku dan keluargaku terjamin. Sayang padaku, sayang juga sama keluargaku, Mbak.” “Enggak berani aku bilangnya, San. Kamu ngomong sendiri saja siapa tahu ada beneran.” “Sama suami sendiri kok, malu, Mbak. Oh, iya, mana tadi itu orang-orangnya Mas Fais, katanya mau ngikutin kita kok, enggak ada?” tanya Susanti seraya melihat ke spion. Aku
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

BAB 428. Dibilang pelakor.

“Eh, pelakor ada di sini? Habis ngapain?” tanyanya, tapi tidak aku tanggapi aku tetap cuek dan fokus berjalan ke tempat loket pembayaran. “Eh, ini kupingmu sudah tuli, ya! Ditanya kok, diam saja! Apa sudah bisu juga?” Dokter Risa menjambak jilbabku sampai hampir terlepas. Lorong ini juga kenapa tidak ada orang lewat, sih! Kupegang tangannya dan kuhentakkan lalu aku balik menarik jilbabnya sampai terlepas. Untung saja dia pakai ciput, kalau tidak pasti rambutnya akan terlihat. “Jangan coba-coba menyerangku, Dokter g*ila! Aku tidak akan pernah tinggal diam! Kamu salah cari musuh, karena aku bisa saja mematahkan tanganmu itu sekarang juga! Jangan jadi maling yang teriak maling. Aku sudah tahu kartumu,” ucapku lagi. Naasnya saat aku mau meninggalkan dokter Risa, dia kembali menarik kerudungku. Sreet! Bugh! Dia terjatuh karena Kutendang kakinya. “Fatki! Dasar perempuan dajal!” teriaknya tak tahu malu. Dia tidak bisa bangun kupastikan tendanganku tadi sangat kuat. “Simpan baik-baik uca
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

BAB 429. Madu menyebalkan!

🌸🌸🌸 POV Kayla. (Dendam dan Cinta) “Heh, Udik, buatin aku es teh, dong! Aku haus banget kalau kamu enggak mau nurut aku bakalan adukan ke Mas Dafa!” titah Risa. Ya, Tuhan perempuan ini kenapa begitu menyebalkan! Punya tangan, tapi tidak dipakai. Lama-lama kupotong juga itu tangannya. Tanpa menjawab ucapan dia, aku berlalu ke dapur dan membuatkan apa yang dia minta. Hitung-hitung olahraga lumayan jalan dari depan ke dapur bisa membakar banyak kalori apalagi kalau melakukannya dengan terpaksa dan kesal. Aku herannya Bang Dafa kok, bisa jatuh cinta dengan perempuan model begitu. Apa bagusnya? Memang sih, cinta itu tidak memandang fisik tidak juga perlu logika, tapi kok, kebangetan gitu. Matanya sudah seperti dipakein sepatu kuda saja! Aku jadi penasaran kenapa Risa bisa selingkuh dengan Bang Dafa. Aku harus cari tahu. “Nih!” Kuletakkan es teh pesanan dia tepat di depannya yang sedang berselfi ria. Sok imut foto-foto begitu apa bagusnya kali. Lihatlah sopan santun pun tidak ada.
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more

BAB 430. Tujuanku.

POV Kayla. Pernikahan yang aku impikan sesuai rencanaku nyatanya menjadi neraka bagi kami bertiga . Aku tidak akan pernah diam saja ketika ditindas. Ibu dan bapakmu mengajarkan aku untuk melawan, jika tidak maka aku akan terus menjadi korban bulian. Lebih baik aku istirahat dulu sebelum nanti bertarung lagi dengan si Risa pe’ak itu. Prediksiku dia akan terus mencari masalah denganku. Kuambil ponselku, sedari pagi aku sama sekali tidak membuka HP. Sibuk sekali, hari ini ada dua pasien yang melahirkan untungnya semua sigap jadi selesai tepat waktu. Biasanya kalau selesai kerja aku ingin cepat sekali pulang ke rumah, tapi hari ini berbeda. Rumah ini bukan lagi seperti tiga bulan yang lalu di mana hanya ada tawaku dan Bang Dafa. Bukan lagi tempat aman bagiku, kalau saja bukan tujuan utamaku sudah kutinggalkan dari kemarin. Ada pesan dari Bang Dafa setelah beberapa panggilan teleponnya tidak aku jawab. Kenapa dia marah-marah padaku? [Hapus, story WA kamu itu, Kay! Kurang ajar kamu n
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more
PREV
1
...
4142434445
...
62
DMCA.com Protection Status