Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 401 - Chapter 410

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 401 - Chapter 410

614 Chapters

BAB 401. Tidak terima.

POV Fais. “Maksudnya gimana, Mas? Kan, memang lagi bahas pernikahan Fais. Bulek sama Fais ke sini bermaksud mengundang kita. Kalau pembahasan itu jadi bikin Mas Fawas merasa dicuekin ya, maaf. Sini mana yang sakit biar aku sembuhin,” sahut Wulan. Dia pun mengelus-elus dada Mas Fawas. “Sudah kubilang tidak ada yang sakit. Aku sakit hati, mendengar obrolan kalian semua. Apa kalian tidak tahu bahwa aku pun menginginkan Mbak Fatki! Aku ingin dia yang jadi istriku, aku ingin dia yang menjadi ibu untuk anak-anakku!” ucap Mas Fawas lantang sampai dadanya naik turun karena saking marahnya. Bude, pakde, Wulan saling berpandangan pasti mereka bingung dan juga tidak enak pada kami. “Maksudnya gimana sih, Mas? Jangan bercanda, deh!” tegur Wulan. “Aku tidak bercanda, Dik aku serius. Aku cinta dengan Mbak Fatki dan aku sudah katakan itu pada Fais. Aku mau Fais menjodohkan aku dengan dia, tapi yang ada lihatlah malah dia menikungku dari belakang! Dia mengambil apa yang aku sukai!” seru Mas Fawa
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

BAB 402. Fatkiku.

POV Fais. “Bukan, Nak, bukan begitu! Fais, sudah lebih dulu dengan wanita itu. Kamu tidak boleh melakukan ini. Bapak tidak suka.” “Suka atau tidak itulah kenyataannya, Pak! Dia sudah merebut wanitaku!” teriak Mas Fawas lagi. Mamah dan Bulek hanya bisa menangis menyaksikan kami begini. “Ck, sudahlah, Mas. Aku tahu yang sebenarnya bahkan dari Mas Fawas masih dengan Mbak Sintia, Fais itu sudah berniat menyunting Mbak Fatki. Jangan kekanak-kanakan, Mas. Malu tahu!” sahut Wulan. “Kamu tahu apa? Kamu itu adikku, harusnya yang kamu bela itu aku bukan Fais!” bentak Mas Fawas. “Jelaslah, aku bela yang benar. Kamu memang kakakku, tapi otakmu ini konslet. Kalau aku tahu isi surat itu permintaan bodoh seperti itu tentu saja aku tidak akan memberikannya pada Fais," ujar Wulan kesal. Dia meneguk jus jeruk di depannya sampai tandas. “Pantas saja, ya, selama ini aku perhatikan kamu selalu saja menghindari Fais. Semua kerjaan kamu limpahin ke Fais. Enggak tahunya masalah sebenarnya begini. Iih,
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

BAB 403. Tak sengaja bertemu Risa.

POV Fais. “Eh, iya, kah? Wah, selamat ya, Mbak. Maaf ini aku tidak tahu,” ucap Wulan, dia melirik tajam pada Mas Fawas. “Tidak apa-apa Mbak kalau tidak tahu mungkin memang belum diberi tahu.” “Ya, sudah kalau gitu Mbak Fatki. Aku masih ada kerjaan lagi. Sekali lagi aku minta maaf ya, Mbak. Assalamualaikum ....” “Wa’alaikumsalam.” Hening. Mas Fawas pun diam seribu bahasa lalu dia pergi ke kamarnya dengan membanting pintunya sangat kuat. “Ah, terserah saja. Lihat tuh, Bu, kelakuan anak Ibu. Kalau Ibu masih saja belain dia itu namanya zholim!” ucap Wulan pada bude. “Ibu hanya bingung, Nak,” jawab bude. “Maafkan aku ya, Mbak, tadi sudah marah-marah padamu,” ucap mamah. “Aku yang minta maaf, Dik. Aku akan nasihati Fawas. Aku kira selama ini dia diam karena memang menahan sakit atau rindu pada mendiang istrinya, ternyata dia memang memendam dendam pada Fais. Nak Fais, maafkan Budemu ini. Lusa Bude akan ikut melamar pujaan hatimu itu. Kamu atau Fawas yang menikah dengan Mbak Fatki
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

BAB 404. Apa ini hasil lab beda?

“Apa Dok, hasil positif? Bagaimana bisa? Sedang tiga bulan yang lalu hasil tes negatif!” protes Mas Nanang. Kami saat ini berada di ruangan dokter yang dulu memeriksaku. “Itulah kenyataannya, Pak. Mau atau tidak hasil lab ini akurat,” jawab dokter cantik di depanku masih dengan senyuman manisnya. “Ini pasti salah, Dok. Kita tes lagi!” pinta Mas Nanang. Dokter menggeleng tanda menolak protesnya Mas Nanang. Aku sudah menangis histeris. Otakku oleng. Aku tidak bisa lagi menahan kesedihanku. Terserah orang di luar sana mau menilaiku seperti apa karena bising mendengar teriakan tangisku. Aku marah, aku kecewa, aku sedih. Bagaimana bisa seperti ini? Mas Fais, kutatap dia yang diam seribu bahasa. Dia tidak seperti biasanya, jadi terkesan lebih dingin. Apa Mas Fais sekarang benci padaku? Ya, Allah, kenapa hidupku penuh duri begini? Tidak bisakah aku bahagia barang sebentar saja? Aku salah apa ya, Allah? Bukankah selama ini aku sudah berusaha menjadi manusia yang baik dan taat pada perin
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

BAB 405. Syukurlah.

“Kita hadapi bersama, Dik. Mas tahu kamu bersih. Jangan bersikap begini, Mas jadi makin sedih. Ayo, Dik, istighfar. Demi Ibu, demi Masmu ini. Kamu masih punya kita, Dik, jangan takut,” ucap Mas Nanang lagi. Perlahan namun pasti kutatap dokter di depanku ini. Beliau tersenyum lagi seraya menganggukkan kepalanya. “Mari duduk lagi. Saya akan jelaskan pada Ibu,” ucapnya. “Tidak perlu, Dok. Aku sudah tahu jawabannya. Jangan lagi dokter memberiku harapan palsu. Aku tidak sanggup lagi mendengarkan apa pun yang keluar dari mulut dokter,” tolakku. Kini aku tertawa sambil menangis. “Ya, Allah, Dik, eling! Istighfar!” bentak Mas Nanang seraya memukul-mukul pipiku.” “Aku sadar, Mas. Bahkan sangat sadar. Itu sebabnya aku tahu diri. Apa Mas juga mau berusaha membujukku seperti dokter ini? Memberi harapan palsu padaku? Cukup, Mas. Aku sudah tidak mau lagi dengar apa pun. Ayo, kita pergi, Mas. Aku tidak mau di sini!” ajakku pada Mas Nanang. “Iya, ayo, kita pergi, tapi dengan syarat dengarkan dul
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

BAB 406. Sindiran saudara.

“Bu, ya, Allah, untunglah tadi hanya mimpi,” ucapku. “Makanya kalau mau tidur baca doa dulu. Sudah jangan nangis lagi, malu kalau sampai terdengar orang lain,” jawab ibu. Aku mengiyakan. Mungkin aku terlalu stres jadi terbawa sampai ke alam mimpi. Jiwa lelahku seolah aku lepaskan saat mimpi tadi yang seperti sekali nyata. Mas Fais, pantas saja dia hanya diam seribu bahasa tak tahunya itu hanyalah mimpi. Semalam aku tidak bisa tidur sepertinya karena efek minum kopi dan juga deg-degan menyambut hari ini. Hari di mana Mas Fais berjanji akan datang membawa keluarganya untuk melamarku. Kulihat Susanti pun masih tidur pulas di sampingku. Anak ini jangankan kawan tidurnya teriak-teriak karena mimpi, hujan badai pun tidak akan terganggu. Untung ada ibu, meski tidur di luar masih dengar teriakanku. Insting seorang ibu memang tidak pernah salah. “Ibu, apa aku teriaknya terlalu kencang sampai Ibu dengar dan semalam ini bangunin aku?” tanyaku penasaran. Mataku masih sangat ngantuk. “Iya, I
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

BAB 407. Pembelaan Susanti.

Aku harus kuat mental menghadapi Bulian dari mereka semua. Aku tahu ini akan terjadi karena orang lain itu ya, memang bisanya mengomentari hidup orang lain tanpa tahu cerita sebenarnya. Ibu pun sebelumnya sudah memberitahu bahwa ini pasti akan terjadi dan mengingatkanku untuk tidak terpancing emosi. “Ya, jelas ini yang terakhir, Wik, masa kamu enggak tahu. Ini kan, calonnya orang kaya raya sayang jugalah kalau sampai tidak jadi lagi,” sahut Wak Ipon. “Eh, iyakah? Sekaya apa, sih? Palingan enggak lebih kaya dari Dokter Dafa anak si juragan. Kamu juga aneh sih, Fatki, enggak mau sama Dafa padahal dia itu kan, ngejar-ngejar kamu. Eh, tapi dia sudah nikah. Kamu tahu tidak? Pestanya besar-besaran dapat Bidan pula. Pokoknya mereka pasangan serasi. Bagus sih, enggak sama kamu tukang jahit, tapi dapat Bidan yang tentunya jauh lebih baik dari kamu,” sahut Bulek Wiwik lagi. Aku sejujurnya kaget sekali mendengar cerita dari beliau. Berarti Dokter Risa tidak jadi istrinya Mas Dafa. Lantas dia
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

BAB 408. Bismillah cinta.

“Sudah, San, jangan diladeni,” sahutku. Selesai makan aku mandi pakai rempah-rempah wewangian yang kubeli dari aplikasi online shop. Wanginya merelaksasi pikiranku, meski aku masih terpikirkan mimpi semalam. Aku tidak akan menceritakan mimpiku pada siapa pun. Itu mimpi buruk kalau aku ceritakan takut jadi kenyataan. Besok kalau aku sudah balik ke kota aku akan ajak Mas Nanang untuk pergi cek lab lagi. “Duh, cantiknya. Ini kebaya kapan Mbak belinya?” tanya Susanti. Saat aku mengenakan model kebaya melayu. “Ini kebaya Mbak waktu gadis, San. Enggak tahu sekarang ngetren lagi, makanya Mbak pakai lagi." Acara yang dinanti pun akhirnya datang juga. Tepat pukul 2 siang sesuai waktu yang dijanjikan Mas Fais rombongan keluarga besarnya datang. Ada beberapa mobil berjajar di halaman para tetangga. Mobil mewah milik keluarga Mas Fais. Ada juga truk pembawa peralatan rumah tangga yang langsung diturunkan dan di taruh di halaman rumah. Kulkas 2 pintu mirip lemari bajuku, sofa turki, kursi ja
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

BAB 409. Beralasan.

Assalamualaikum selamat sore semua Alhamdulillah Fatki sudah tayang baba baru lagi. Terima kasih atas partisipasinya. Bagi yang belum follow yuk, bantu Follow akunku. Happy reading everyone 💕 POV Risa. “Ada apa sih, Mas, kamu lebai, deh!?” bentakku pada Mas Dafa. Enak saja dia melarangku bertemu dan ngobrol dengan Mas Fais, toh dia sudah mengkhianati cinta kami. Dia sudah menikah dengan bidan udik itu. Aku dicampakkan saat aku benar-benar terpuruk dengan alasan emaknya sakit sekarat dan memintanya segera menikah. Huh, sampai sekarang pun emaknya sehat walafiat tak kurang satu apa pun malah terlihat makin awet muda sedang aku ngenes mendapati cintaku dikhianati. “Jangan asal ngomong ya, Beb. Kamu itu sudah mau jadi istriku, jadi tidak usah bersikap begitu pada laki-laki lain. Aku tidak suka,” jawab Mas Dafa. “Mas Fais itu bukan orang lain, Mas. Dia mantan suamiku. Lagi pula nih, setelah aku pikir-pikir ternyata Mas Fais itu jauh lebih baik dari kamu buktinya dia bisa setia dan
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

BAB 410. Merasa dipermainkan.

POV Risa. Benar juga. Mas Dafa selama ini yang benar-benar peduli padaku bahkan saat bapak dan keluargaku benar-benar membuangku. Aku percaya padanya, tapi tidak bisa penuh lagi seperti dulu. “Baiklah, aku akan mencoba untuk sedikit percaya, Mas, tapi dengan syarat nikahi aku secara resmi,” ucapku meminta keseriusan dia. “Apa! Itu tidak mungkin, Beb! Kita ini ASN tidak bisa kalau beristri dua. Karir kita bisa hancur, Beb. Cobalah ngertiin aku, Beb. Memang kamu mau kalau karir kita hancur sama-sama? Aku tidak mau itu. Ini impian kita sejak dulu, Beb,” tolak Mas Dafa. Memang benar, sih, tapi tetap saja aku tidak mau dijadikan yang ke dua. “Kalau gitu ceraikan bidan udik itu lalu kita menikah secara resmi,” pintaku lagi “itu juga tidak mungkin, Beb, kamu mau Emakku kenapa-kenapa? Nantilah sabar saja dulu. Aku akan cari agar pernikahanku dengan Kayla kandas, meski aku rasa itu sangat tidak mungkin.” “Ya, sudah kalau begitu biarkan aku pergi, Mas. Aku akan ukir masa depanku dengan o
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
62
DMCA.com Protection Status