Semua Bab VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Bab 101 - Bab 110

614 Bab

BAB 103. Menjenguk Mas Yoga.

“Biar Bapak, yang menemani kamu Fatki, Bapak yang akan menjamin keselamatan kamu. Tolong penuhi permintaan Bapak sekali saja sebelum semuanya benar-benar berakhir. Anggap saja ini sebagai permintaan terakhir Bapak kepadamu sebagai menantu setelah ini Bapak tidak akan pernah meminta tolong apa pun lagi padamu.”Bapaknya Mas Arman mungkin memang sudah benar-benar buntu untuk mencari jalan keluar bagaimana caranya menyadarkan anaknya sampai bertekuk lutut padaku. Aku tidak bisa memberikan jawabannya sekarang jika aku terus menolak permintaan beliau pasti sampai kapan pun bapak tidak akan pergi dari sini dan akan terus memohon padaku.~K~U🌸🌸🌸“Mbak, gawat ini Mbak Wulan sudah WA aku, katanya bajunya mau diambil sore ini. Bajunya belum kamu selesaiin, Mbak. Gimana dong,” ujar Susanti panik. Dia sampai mondar-mandir seperti gosokan.Aku dan bapak saling berpandangan mungkin Bapak tahu situasiku saat ini seperti apa. Akhirnya bapak pamit undur diri.“Kalau begitu, Bapak permisi pulang du
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-08
Baca selengkapnya

104. Kebrutalan Mas Arman.

🌸🌸🌸“Apa Mas Arman masih mengejar kita, Mbak!?” teriak Susanti. Sepertinya dia tidak fokus mengendarai motor karena selalu saja melihat ke arah spion.“Iya, masih makanya buruan kebut, San. Kamu fokus saja tidak usah melihat ke spion,” jawabku panik. Aku bolak-balik melihat ke arah ke belakang. Ternyata mas Arman pun tidak kalah cepat mengejar kami. Padahal Mas Arman hanya berlari. Entah kenapa aku tiba-tiba merasakan motor Susanti ini seperti berjalan sangat lambat bahkan lebih kencang larinya Mas Arman dari pada laju motornya Susanti.“Astagfirullah sepertinya motor ini bensinnya sudah mau habis makanya tidak bisa kebut, endet-endetan begini, Mbak. Ya Allah bagaimana ini Mbak?” jawab Susanti tidak kalah panik.Pantas saja aku merasakan seperti motornya Susanti susah sekali di gas ternyata bensinnya sudah habis. Aku kembali menengok ke belakang Mas Arman masih saja mengejar kami seraya berteriak-teriak memanggil namaku.Aku pun heran kenapa malam ini tidak ada orang satu pun. Bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya

105. Lapor Polisi.

Mas Arman makin kuat mencengkeram tubuhku, celurit yang dibawanya kini sedikit menggores leherku. Andai aku tidak memakai jilbab pasti kulit leherku sudah tersayat.“Mas aku mohon lepaskan aku. Maafkan aku jika aku banyak salah padamu,” pintaku lagi. Susanti sudah seperti orang kesetanan dia menangis meraung-raung duduk di aspal.“Tidak akan aku lepaskan sebelum kamu berjanji bahwa kamu akan hidup bersamaku lagi. Ayo, katakan! Bahwa kamu akan hidup bersamaku lagi. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu, Fatki. Kamu dengarkan itu!” bentak Mas Arman tepat di kupingku.Aku menggelengkan kepalaku. Tidak, aku tidak akan berjanji bagaimana pun situasinya. Janji itu adalah hutang jika aku tidak menepatinya maka aku akan berdosa. Sekarang aku ibarat makan buah simalakama.“Ayo, katakan! Kenapa diam? Jangan nangis! Cepat katakan bahwa kamu akan kembali bersamaku,” pekik Mas Arman lagi.“Ti—dak Mas, kita tidak bisa bersama lagi. Aku harap kamu mengerti tolong lepaskan aku,” ucapku
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya

BAB 106. Bapak mertua kecewa.

Tindakannya itu bukan hanya saja membahayakan orang lain, tetapi juga membahayakan dirinya sendiri.Aku yakin ibu dan bapak di rumah tidak tahu apa yang Mas Arman lakukan di sini. Biarkan saja mereka akan mendapatkan kabar langsung dari pihak Kepolisian nanti. Semoga saja mereka semua tidak pingsan.Setelah keadaanku dan Susanti tenang kami diantar bapaknya Susanti dan beberapa warga ke kantor polisi yang memang jaraknya tidak terlalu jauh dari sini hanya sekitar 5 kilo meter saja.“Pak motor kita gimana? Apa tidak hilang?” tanya Susanti. Ya Tuhan, aku sampai lupa bahwa tadi kami meninggalkan motor Susanti di tengah jalan.“Motor aman, San. Sudah diamankan oleh Kevin. Untung saja tadi motormu ada di sana kalau tidak kami tidak bisa menemukan petunjuk kamu ada di mana, Nak, HP Bapak tertinggal karena terburu-buru dan panik,” jawab bapaknya Susanti.“Motor itu menyusahkan Pak, padahal baru aku isi bensin 2 hari yang lalu kok, sudah habis,” ucap Susanti lagi.“Ini bocah, gila apa waras,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya

BAB 107. Ibu mertua memaksaku cabut laporan.

🌸🌸🌸“Mbak Fatki, bangun! Hari ini kita ke ruko atau tidak? Ini sudah hari Sabtu besok pesanan Mbak Wulan akan diambil,” teriak Susanti tepat di kupingku.“Jam berapa sekarang, San? Mataku masih ngantuk sekali.”“Sudah jam 8 pagi tahu, Mbak!”“Apa! Ya ampun Susanti. Kenapa kamu tidak bangunin aku dari tadi?” teriakku kesal.“Sudah keleeeess ... Mbak, aja yang nggak mau bangun! Itu HP alarm volume sudah kayak TOA masjid tetap aja enggak mau bangun,” jawab Susanti.“Ya Allah berarti aku lelah sekali Susanti. Aku ngantuk sekali, boleh tidak aku tidur satu jam lagi?”“Enggak boleh! Cepetat ayo, bangun, Mbak! Sana mandi, ingat Mbak, kita ini bukan di ruko, tapi di rumah bapakku.”“Astagfirullah ... iya, juga ya? Ayo, bangun Fatki! Please! Bangun please!” ucapku sendiri mengsugesti alam bawah sadarku.“Mbak Fatki lucu, deh! Lihat tuh, ada banyak sekali panggilan tak terjawab di HP Mbak Fatki, tetep aja enggak bangun padahal volumenya lhhoo udah macam TOA Masjid. Itu kuping apa cantelan wa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya

BAB 108. Melawan.

“Tapi, memang benar sih, kalian ini kan, mirip tinggal di hutan. Rumah saja jelek banyak tanaman, kotoran ayam. Ya wajar saja kalau kami tidak salam,” ujar Reni lagi.Dasar pembohong tadi bilangnya salam sekarang lain lagi memang mulut Reni dan ibu ini tidak ada yang bisa dipercaya. Ya Allah kenapa engkau pertemukan aku dengan mereka? Beginikah cara-MU Mencintaiku ya Allah? Sangat- sangat membuatku hampir putus asa.“Pergi atau tangan Ibu aku patahkan!” Ancamku sekali lagi. Ibu ini luar biasa hebat meskipun sudah berteriak kesakitan tetap saja melawan.“Lepaskan dulu tangan Ibu, Fatki! Ibu mau bicara padamu,” ucap ibu lagi.Kuhempaskan tangan ibu sampai beliau hampir tersungkur jatuh. Jika saja dia tidak berpegangan pada tiang kayu di depannya sebagai penyangga atap teras rumahnya Susanti.“Benar-benar menantu durhaka. Kurang ajar!” gerutu ibu Mas Arman.“Cepat katakan apa yang mau Ibu mau dariku?”“Ibu mau kamu cabut laporan di kantor polisi. Kasihan Arman masa anak kesayangan Ibu h
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya

BAB 110. Kiriman bunga mawar dari siapa?

~K~U🌸🌸🌸“Mbak Fatki lihat apa yang aku temukan!” teriak Susanti saat ini dia sedang menyapu halaman depan ruko.“Berisik, San! Jangan ganggu Aku sedang pasang payet baju milik Mbak Wulan. Konsentrasiku buyar sedikit saja semuanya akan menjadi kacau paham kamu?” jawabku tanpa menoleh sedikit pun pada Susanti.Aku tidak akan membuat kecewa pelangganku apalagi Mbak Wulan termasuk pelanggan yang istimewa karena di baru dan dia satu-satunya orang paling kaya di sini yang menjahit dan mempercayakan baju pestanya padaku.“Mbak, lihat ini aku nemu di balik tong sampah pojok,” ucap Susanti seraya memberiku setangkai bunga mawar warna merah terselip catatan Kecil di dalamnya.*Tetaplah tersenyum*Hanya itu tulisannya. Aku dan Susanti saling berpandangan tidak ada inisial apa pun di dalamnya dan juga tidak ada petunjuk bahwa bunga mawar ini untuk siapa.“Aku tahu Mbak, mungkin ini dari Mas Karman semalam, ya, enggak sih,” tebak Susanti.“Kayaknya bukan deh, San. Mas Arman itu tipe orang yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya

BAB 111. Keputusan.

Assalamualaikum selamat pagi semua Alhamdulillah, Fatki tayang lagi. Yang belum follow, yuk, bantu follow akunku! Wajib komentar dan like ya, biar aku semangat nulisnya.Happy reading ❤️🌸🌸🌸Pagi ini aku dikejutkan kembali dengan adanya bunga mawar yang tergeletak begitu saja di depan pintu.Bunga mawar ini masih baru karena masih ada jejak sepatu di sekitarnya. Pasti orangnya belum lama meletakkannya di situ. Semalam hujan lebat, jadi sepatu itu menginjak lumpur dan meninggalkan jejak.Lagi-lagi tidak ada inisialnya dari siapa dan untuk siapa. Hanya ada tulisan *tetap semangat*.Aku jadi nostalgia di masa lalu saat sekolah SMA, tapi aku sadar diri aku tidak boleh terbuai. Walau bagaimana pun sekarang ini aku tidak bisa bebas karena perceraianku masih berproses dan statusku pun belum jelas. Secara agama talak yang diucapkan oleh Mas Arman tidaklah sah karena dia mengucapkan itu dalam keadaan emosi dan marah.Akan tetapi, aku sebagai wanita bisa mengajukan perceraianku karena aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya

BAB 112. Orderan pertama.

“Assalamualaikum ... selamat pagi Mbak Fatki?” Aku balik badan lalu menjawab salam tersebut. Ternyata Ustazah Zahra yang datang bersama Mas Fais.“Wa’laikumsalan ... Masya Allah Ustazah. Apa kabar?” jawabku ramah lalu cipika-cipiki dan mengatupkan kedua tanganku di dada sebagai tanda salamku pada Mas Fais.“Alhamdulillah ... kabar Ustazah baik. Ini Ustadzah ke sini mau jahit baju loh, kamu banyak jahitan enggak karena Insya Allah mau Ustazah pakai 10 hari lagi dan ini banyak sekali untuk 2 keluarga.”“Insya Allah bisa Ustazah ... kan, ada Susanti yang bantu aku. Mari masuk dulu,” tawarku.“Alhamdulillah ... Ini Ustazah ikut senang ternyata kamu bisa mandiri. Jangan lupa selalu berangkat ngaji, meski kamu sibuk sempet-sempetin ibadah sempet-sempetin menuntut ilmu ya, Nak?” Nasehat ustazah.“Iya, Ustazah ... Insya Allah, aku sempetin datang ngaji.”“Loh, kok, Mas Faisnya enggak ikut masuk Ustazah?” tanyaku seraya mengamati Mas Fais yang malah berdiri berkacak pinggang di depan rukoku.“
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya

BAB 113. Kantor pengadilan agama.

~k~u 🌸🌸🌸Buku nikah sudah siap. KTP sudah siap. Kartu keluarga sudah siap. Bukti-bukti lain sebagai pelengkap pengajuan perceraian pun sudah siap.Bukti terlampir harta gono gini yang aku siapkan juga sudah siap. Bukan harta gono-gini lebih tepatnya adalah tanahku yang di tempati oleh Mas Arman dan keluarganya.Tak lupa juga aku melampirkan bukti penghasilan Mas Arman karena aku akan menuntut nafkah iddah padanya.Ponselku kembali berdering seperti memanggil-manggilku untuk segera mengangkatnya. Setelah kulihat ternyata nomor ibu dan juga nomornya Mas Arman. Biarkan saja aku sudah siap pergi dan sudah memesan ojek untuk mengantarkanku ke kantor pengadilan agama.“Doakan Mbak, ya, Susanti. Semuanya berjalan lancar. Mbak berangkat dulu itu ojeknya sudah ada di depan,” pamitku pada Susanti yang sedang fokus memotong kain.“Hah? Mbak mau ke mana? Kok, rapi betul. Aku enggak diajak nih?” protes Susanti.Aku memang tidak memberitahunya akan pergi ke pengadilan agama makanya dia kaget.“M
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
62
DMCA.com Protection Status