Beranda / Romansa / Sang Pengacara / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Sang Pengacara: Bab 61 - Bab 70

80 Bab

SP ~ 61

“Papaku titip salam,” ujar Abi tetap duduk di sofa dan tidak berani beranjak menghampiri Vira yang duduk bersandar di ranjang pasien. Ada Fika di sampingnya dan Abi harus menghormati sang istri yang sifatnya memang belum dewasa itu. “Beliau minta maaf belum bisa jenguk, karena masih fokus ngurus kasusmu di luar.” Vira mengedip, karena belum bisa menggerakkan lehernya dengan leluasa. Ada penyangga yang masih melingkar di lehernya, tetapi keadaannya saat ini sudah jauh lebih baik. “Babe sudah nelpon sebelumnya, dan makasih sudah datang ke sini. Oia, maaf karena nggak bisa datang ke resepsi kalian. Kadonya juga sudah nggak tahu ada di mana.” Saat melihat keadaan Vira seperti sekarang, Fika jadi kasihan pada wanita itu. Jika diperhatikan lagi, Vira memanglah sangat cantik. Penampilan keseharian Vira selalu elegan, juga mulus tanpa cela. Pintar, apalagi. Semua itu sepertinya tidak perlu diragukan lagi. Wajar rasanya bila Abi sangat tertarik pada Vira, dan mengejar-ngejar wanita itu. Seme
Baca selengkapnya

SP ~ 62

“Pak Billy …” Fika kembali menoleh ke belakang, dan melihat mobil yang sama masih saja mengikuti mereka. “Ngerasa, nggak, mobil di belakang itu terus aja ngikutin kita dari kampus? Waktu kita beli boba di pinggir jalan tadi, mobil itu memang udah ngelewatin kita. Tapi, waktu kita jalan lagi, eh, tahu-tahu mobil itu ada di belakang lagi.”Billy dengan sigap melihat spion tengah, dan benar kata Fika. Mobil jenis SUV yang berada di belakangnya, sepertinya sama dengan mobil yang keluarga bersamanya dari kampus. Namun, Billy tidak bisa memastikan itu mobil yang sama, bila tidak melihat nomor platnya.“Kita berhenti sebentar, Mbak,” kata Billy sembari menyalakan lampu seinnya. Billy menepi, untuk melihat plat nomor mobil yang pastinya akan melewati mereka. “Oia, tolong pasang sabuk pengamannya,” pinta Billy meskipun Fika saat ini duduk di belakang. Ia hanya berjaga-jaga, untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.Perkiraan Billy benar. SUV berwarna hitam itu, akhirnya melewati
Baca selengkapnya

SP ~ 63

“Kasihan sebenarnya, tapi …” Setelah mendengar sang mama bercerita mengenai Ilham, barulah Bening mengomentari semua ucapan wanita itu. “Aku juga nggak bisa ngapa-ngapain, dan nggak mau ngapa-ngapain juga. Kalau nanti dipanggil jadi saksi, ya, aku datang dan ceritain semuanya. Mama ngapain juga pake ngurusin orang itu? Selama ini juga nggak pernah ngobrol, kan? Ketemu juga pas mama datang ke rumah, waktu kakek sama uti meninggal.”Clara tersindir telak, dengan ucapan putrinya yang tidak pernah berbasa-basi itu. Semua yang dikatakan Bening adalah fakta. Clara melakukan hal tersebut bukan hanya pada Ilham, tetapi juga pada Bening karena sosok gadis itu selalu mengingatkannya dengan kesalahan di masa lalu.Clara akui, dirinya memang bodoh dan sangat menyesali semua perbuatannya pada Bening di masa lalu.“Mama bukannya mau ngurusin papamu,” ucap Clara merasa rikuh sendiri setelah mendengar komentar Bening. “Tapi, Mama ke sini itu karena khawatir dengan kamu. Mama cuma mau mastikan, semua
Baca selengkapnya

SP ~ 64

“Yakin nggak mau nemui papamu?” Semua mata tertuju pada Bening, dan menunggu wanita hamil itu berubah pikiran. Sebenarnya, Aga sudah mempertanyakan hal tersebut pada Bening, dan kini, Clara datang pagi-pagi sekali juga untuk mempertanyakan hal yang sama. Tidak hanya Clara, tetapi ada Fika yang juga ikut berkunjung ke rumah. Fika penasaran, apakah Bening yang keras hati itu bisa terketuk dengan musibah yang dialami oleh papanya. Sementara dahulu kala, Bening sangat susah dibujuk saat keluarga Sutomo memohon untuk mendonorkan hatinya. Bening menggeleng tidak peduli. Ia benar-benar sudah mati rasa dengan Ilham, dan sudah tidak mau tahu dengan apa pun yang dialami oleh pria itu. Kendati di dalam tubuh Bening mengalir darah yang sama, tetapi tidak ada rasa iba, atau kasihan ketika mendengar sang papa telah tertangkap di sebuah apartemen. “Aku nggak punya alasan untuk nemui dia, Ma.” Bening memang sangat keras hati dan keras kepala. Clara termasuk beruntung, karena putrinya itu mau berb
Baca selengkapnya

SP ~ 65

“Mau ke mana, Mi?” Abi mengusap rambut basahnya dengan handuk kecil, dan berhenti tepat di tengah kamar saat melihat Fika memasukkan laptop, dan beberapa buku kuliahnya ke dalam koper. Tidak hanya buku dan laptop, tetapi Abi juga melihat beberapa pakaian yang ada di dalamnya. “Mi?”“Aku mau pulang!” Fika berucap ketus, tanpa mau melihat Abi. Perbuatan sang suami tadi malam, sudah membuat perasaan Fika terlampau pilu dan malas melihat wajah pria itu.“Pulang?” Dengan segera, Abi menghampiri Fika yang baru saja menarik resleting kopernya. Intonasi Fika terdengar ketus, sehingga Abi merasa ada yang tidak beres. “Pulang ke mana? Ke rumah mama?”“Memang ke mana lagi?” Fika membiarkan kopernya di samping tempat tidur, kemudian pergi keluar untuk menemui Rasyid di kamar bawah. Rencananya, Fika akan berpamitan dengan mengiba, agar pria tua itu tidak tega dan “mengizinkannya” berlama-lama di kediaman Nugraha.“Mi.” Abi segera mendahului sang istri. Berdiri tepat di depan pintu, dengan handuk k
Baca selengkapnya

SP ~ 66

“Aku stres,” adu Abi pada Aga yang siang ini kebetulan mampir ke kantornya. Pria itu baru saja melihat lokasi tanah yang berada di dekat kantor Abi. Karena itulah, Aga menyempatkan mampir dan mengajaknya makan siang di belakang kantor, karena tidak ada jadwal sidang hari ini.“Dan aku sudah lama nggak makan di warteg.” Aga tahu, Abi pasti akan mengeluh masalah Fika. Untuk itulah, ia tidak ingin menanggapi permasalahan Abi dengan serius. “Dulu, waktu masih magang jadi wartawan, aku pasti makan di warteg sama anak-anak.”Tidak ingin memedulikan Aga, Abi lantas melanjutkan keluhannya. “Fika itu, Ga, labilnya minta ampun.”“Hm, sama.” Aga memberi jawaban singkat, sambil terus menikmati makanan yang sudah lama tidak dia hampiri. Ia bahkan tidak mau repot-repot menoleh pada Abi yang duduk di sampingnya.“Sama dengan Bening? Istrimu begitu juga?” Abi menoleh, dan mengerutkan dahi. Melihat Aga yang makan dengan lahap, Abi jadi kembali menatap piringnya sendiri dan langsung menyantap makan sia
Baca selengkapnya

SP ~ 67

“Nggak mau … bikin susu, Mi?” Abi semakin merasa tidak nyaman, ketika Fika mendiamkannya. Setelah pertengkaran mereka tadi malam, Fika mengungsi dari kamar dan tidur di kamar sang mama dengan alasan kangen. Sementara Romi, terpaksa ikut mengungsi tidur di kamar tamu, dan tidak curiga sedikit pun dengan sikap putrinya. Mungkin karena Fika sedang hamil, Romi jadi memaklumi sikap putrinya itu dan memilih untuk mengalah.“Nggak.” Fika menjawab, tanpa melihat Abi sama sekali. Ia duduk di depan meja rias, sambil mengoleskan rangkaian produk skincare di wajahnya. Rasa sakit di hatinya masih saja menetap, karena ulah Abi malam itu. Coba saja lihat, sampai saat ini Abi belum juga meminta maaf dan menyesali perbuatannya. Suaminya hanya bertanya, apakah Fika ingin bikin susu atau tidak. Namun, tidak punya inisiatif untuk membuatkannya lebih dulu.Ternyata, menikah itu tidak seindah yang ada di bayangan Fika.“Kamu masih marah?” Setelah meletakkan jas serta dasinya di tempat tidur, Abi segera m
Baca selengkapnya

SP ~ 68

Abi hanya bisa menghela ketika Fika masih saja menekuk wajah di depannya. Padahal, hubungan mereka semalam sepertinya sudah baik-baik saja. Namun, pagi ini suasananya seolah kembali seperti kemarin. Fika terlihat dingin, dan tidak memberi Abi senyum sedikit pun. “Kenapa mukanya masih aja ditekuk?” “Aku masih males sama Mas Abi.” Fika berujar terus terang, karena lelah menahan sesak dan kesal di dalam dada. “Jadi, nggak usah tanya-tanya lagi.” “Mau sampai kapan, Mi?” Abi yang baru saja selesai mandi, bergegas menghampiri Fika yang merebahkan diri di tempat tidur. Ia duduk di tepi, lalu mengusap pelan kepala Fika yang baru saja memunggunginya. “Kan, sudah kubilang nggak usah tanya-tanya.” Fika mengambil guling, lalu memeluknya. Meskipun Abi sudah meminta maaf, tetapi rasa kesal itu masih saja ada. Entah kapan hilangnya, Fika juga tidak tahu. “Jadi, kita mau diam-diaman begini terus?” Abi tidak tahu, harus membujuk Fika seperti apa lagi. “Ya nggak tahu.” “Aku Sudah ngasih …” Abi te
Baca selengkapnya

SP ~ 69

“Sekarang apa lagi?” Abi sudah menuruti semua permintaan Fika, tetapi istrinya itu masih saja punya alasan untuk menekuk wajahnya. “Kita sudah di Malang, Mi. Sudah sampai hotel, tapi kamu masih aja cemberut.”“Tapi Mbak Ning ada di Batu, Mas.”“Besok pagi kita ke sana.” Ibu hamil yang satu ini, sungguh merepotkan dan membuat Abi semakin sakit kepala. “Malam ini kita istirahat dan besok setelah sarapan kita pergi langsung ke Batu.”“Check out.”“Kenapa check out?” Dahi Abi berkerut, sembari berjongkok dan membuka resleting kopernya.“Aku mau nginap di tempat yang sama, sama Mbak Ning.” Fika memilih berbaring di tempat tidur dan membiarkan kopernya tergeletak begitu saja. Karena hawanya berbanding terbalik dengan Jakarta, maka Fika rasanya ingin tidur saja.Abi mengambil satu set pakaian yang sudah ditata rapi di dalam koper, beserta peralatan mandinya. Karena ia tidak sempat mandi ketika masih berada di Jakarta, maka Abi ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, setelah itu barulah
Baca selengkapnya

SP ~ 70

Sabar … Abi mencoba menuruti semua perkataan Aga. Ia harus bersabar menghadapi Fika dan tidak boleh mengeluh selama istrinya masih dalam keadaan hamil. Lagipula, bukankah semua ini keinginan Abi? Jadi, baiklah. Mari kita ikuti saja keinginan sang istri yang tengah hamil itu. “Jadi, ke mana lagi agenda kita besok?” Meskipun sehariain ini Fika masih bersikap tidak acuh, tetapi Abi mencoba untuk mengerti. Fika berjalan lesu menuju tempat tidur, lalu merebahkan diri dengan perlahan. Ia berbaring miring, lalu mengusap perutnya dengan sangat pelan. “Besok … aku di hotel aja kayaknya. Capek. Kaki sama badanku pegel-pegel.” “Kalau gitu mandi dulu.” Setelah menutup pintu kamar dan menguncinya, Abi segera menghampiri Fika dan duduk di samping sang istri. Di depan Bening dan Aga, Fika bisa tersenyum dan ceria seperti dahulu kala. Namun, ketika sudah bersama Abi seperti sekarang, wajah manis yang dulu selalu bermanja padanya sontak tertekuk tanpa senyum sama sekali. Padahal, Abi sudah berusah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status