Home / Romansa / Sang Pengacara / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Sang Pengacara: Chapter 41 - Chapter 50

80 Chapters

SP ~ 41

“Ehm!”Fika segera mendorong tubuh Abi, setelah mendengar deheman sang papa dari arah pintu. Romi pasti sudah berpikiran yang tidak-tidak, karena sempat melihat Fika berada dalam pelukan Abi.“Papa, aku—”“Pagi, Pa,” sapa Abi segera memotong perkataan Fika. Dengan wajah tanpa dosa, Abi segera menghampiri Romi dan meraih tangan pria itu lalu menciumnya sebagai rasa hormat. “Saya, mau ngajak Fika sarapan di luar.”Romi menghela. “Tadi malam, kamu sudah bawa makanan dan sisanya masih banyak. Nasi goreng aja belum disentuh sama sekali. Terus … apa lagi yang Abi bawa tadi malam, Fik?” Romi kemudian beranjak dari ambang pintu, untuk duduk di kursi di sebelahnya.“Banyak, Pa,” jawab Fika. “Daripada mubazir, nanti mau dipanasi aja kata bibik.”“Dengar itu, Bi.” Romi dapat melihat jelas, Abi sedikit tidak mengurus penampilannya. Kedua matanya juga tampak cekung, seperti kurang istirahat. Sebenarnya, Romi kasihan melihat Abi seperti sekarang. Namun, ia juga belum bisa melepas Fika sepenuhnya p
Read more

SP ~ 42

“Papa … di sini?”Abi bersikap tenang, saat memasuki kamar Rasyid. Melihat Romi dan Clara yang sudah duduk berdampingan di sofa, dan melempar tatapan penuh tanya padanya. Tadinya. Abi mengira kedua orang tua Fika itu masih berada di ruang tamu. Akan tetapi, Imah mengatakan, Romi dan Clara langsung diminta Rasyid untuk masuk ke kamarnya.Romi mengangguk kecil. “Tadinya mau nunggu kabar dari kamu, tapi mamanya Fika minta langsung nyusul ke sini.”Abi duduk perlahan di sudut tempat tidur, tepat di samping ujung kaki Rasyid. Pantas saja Romi dan Clara sampai dengan cepat, sebab keduanya segera menyusul Abi setelah ia dan Fika meninggalkan kediaman Nugraha.Karena itu, dengan terpaksa Abi harus menghentikan kegiatan panasnya dengan Fika dan kembali ke kamar Rasyid dengan dengan segera.“Fika ke mana, Bi?” tanya Clara tidak melihat putrinya menyusul di belakang Abi.“Oh …” Abi menatap pintu kamar yang terbuka lebar. “Lagi bikin teh hangat.”“Dan kamu dari mana?” Romi pun ikut memberi pertan
Read more

SP ~ 43

“Mas.” Fika bersandar pada bingkai pintu ruang kerja yang tidak tertutup. Memandang Abi yang tengah sibuk di depan laptop, dan terlihat sangat serius. “Papa baru istirahat. Jadi aku mau pulang, tadi sudah pamit juga.”“Tidur?” Wajah kusut Abi yang tengah membaca perkembangan salah satu kasus, semringah seketika. Bila Rasyid tengah beristirahat, itu artinya Fika sudah tidak memiliki alasan lagi untuk menghindarinya.Tanpa mematikan laptop milik Rasyid terlebih dahulu, Abi langsung beranjak menghampiri Fika dan meraih pinggang ramping gadis yang kembali sah menjadi istrinya. “Mau pulang?”Fika meletakkan kedua tangan di dada Abi. Mengangkat wajah, dan memandang wajah yang selalu saja terlihat tampan tanpa cela di matanya. Rasanya sungguh seperti mimpi. Pria pujaan hati yang selama ini dicintai Fika, akhirnya benar-benar jatuh ke pelukannya. Andai benar mimpi, Fika sepertinya tidak ingin bangun dan ingin terus tertidur dengan bahagia seperti saat ini. “Pulang ke rumahku maksudnya, buka k
Read more

SP ~ 44

“Mbak Ning di sini?” Seingat Fika, ia tidak melihat mobil Aga terparkir di depan rumah. Namun, saat ini ia melihat Bening sedang menonton siaran televisi, sambil memangku semangkuk salad buah yang masih penuh. “Mas Aga di mana?”“Aku nginap di sini.” Tatapan Bening tertuju tajam pada Abi. Sebelumnya, Bening sudah mendengar, Fika dan Abi telah rujuk pagi ini. Meskipun Bening tidak ikhlas, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Bening juga sudah berjanji pada diri sendiri, untuk tidak lagi ikut campur dalam masalah orang lain terlalu dalam. “Mas Aga harus ke Surabaya, dan aku nggak boleh ikut karena lagi hamil.”“Jadi, Awan sama Vira?”Celetukan Abi tersebut, langsung disambut decakan kompak dari kedua wanita yang ada bersamanya.“Awan jalan sama papa, sama Dean juga.” Bening menggeleng menatap Abi. “Padahal, cuma tanya Awan ke mana, itu udah cukup. Nggak usah pake sebut-sebut nama bu Vira.”Fika mendesis kesal menatap Abi. “Baru aja dikasih … ck, begitu lagi.”Kaki Fika menghentak kesa
Read more

SP ~ 45

“Ngapain ke sini?” Rasyid melepas kacamata, menutup buku, lalu meletakkannya di nakas bersamaan. Mengernyit tajam, saat melihat Abi terus saja berjalan menuju tempat tidurnya. “Ribut lagi sama Fika? Terus kamu ke sini?”Abi berdecak. Menghempas tubuhnya di tempat tidur, kemudian menyatukan telapak tangannya di belakang kepala. “Fika yang nyuruh aku tidur di sini. Siapa tahu malam-malam mau ke kamar mandi.” Abi menoleh pada Rasyid. “Makanya cepat sembuh, dan nggak usah lagi balik ke kantor. Papa itu harus—”“Gara-gara kamu nggak becus, makanya Papa balik kantor lagi.” Rasyid lantas memicing menatap Abi. “Betul, kamu lagi nggak ribut sama Fika?”“Kalau ribut, ngapain aku tidur di sini.” Abi mendesah panjang, kemudian berbalik memunggungi Rasyid. Wajar bila papanya curiga, tetapi Abi tidak mau ambil pusing. Ia hanya ingin tidur cepat, agar bisa segera menyambut pagi bersama Fika. “Mending tidur di kamar tamu.”Rasyid berdecih. Kembali mengambil kacamata, dan buku yang sempat ia letakkan
Read more

SP ~ 46

“Oke, terima kasih atas kerja samanya.” Abi berdiri, kemudian mengangguk pada tim yang akan kembali bekerja sama dengannya. Karena Rasyid masih harus beristirahat di rumah, maka Abi akan kembali mengambil alih beberapa kasus yang sedang dikerjakan oleh sang papa. Andaipun, Rasyid nantinya sudah pulih seperti semula, Abi tidak akan lagi mengizinkan pria itu bekerja. Biarlah Rasyid beristirahat di rumah, dan menikmati masa-masa tuanya dengan tenang. Tidak perlu mengurusi banyak kasus, hingga harus memberatkan pikirannya. Setelah rekan satu tim Abi keluar dari ruangan yang kembali ditempatinya, sekretaris Abi mengabarkan, Vira baru saja datang dan hendak menemuinya. Kemudian, Abi mempersilakan Vira masuk ke ruangannya, dan mereka akhirnya kembali bertatap muka. Kendati masih ada rasa kagum ketika melihat Vira, tetapi Abi buru-buru mengalihkan semua pikirannya pada Fika. Ia sadar rasa itu masih ada untuk Vira, tetapi, ada sebuah tanggung jawab yang harus Abi penuhi karena sudah mengikra
Read more

SP ~ 47

“Palsu?” Setelah mendengar penjelasan Abi mengenai surat wasiat almarhumah Sinta yang ternyata palsu, tatapan Bening sontak beralih pada Rohit. Pria yang dulunya adalah penasihat hukum Sinta ketika masih hidup. “Pak Rohit juga baru tahu?”Rohit mengangguk. “Saya baru dikasih tahu Abi tadi siang. Makanya saya mau langsung ketemu, supaya nggak ada salah paham, karena wasiat terakhir beliau waktu itu memang berbeda. Mbak Bening masih ingat, kan, almarhumah bu Sinta memang minta untuk revisi surat wasiat. Tapi, sebelum ditandatangani, beliau sudah wafat duluan.”“Ya, ya, saya ingat itu.” Bening juga masih ingat, dengan pertemuannya yang terjadi antara dirinya, Rohit dan Vira. Wanita itu memberi “edukasi” pada Bening, tanpa rasa segan dan sungkan sama sekali. “Tapi, kan, Pak, pembagian itu sudah sesuai dengan hukum waris. Karena pak Ilham itu anak satu-satunya, jadi, yaaa, dia yang dapat.”“Betul,” kata Rohit. “Tapi apa kamu lupa? Almarhumah bu Sinta, sebelumnya juga sudah buat surat wasia
Read more

SP ~ 48

“Mas, bukannya papa tadi mau ngomong sama Mas Abi?” Kekehan geli Fika terhenti sejenak, saat teringat akan sesuatu. Ia hendak berbalik, tapi Abi semakin mengeratkan pelukannya dari belakang. Suaminya itu masih saja menempel, dan tidak mau melepaskannya. “Mas Abi …” “Hmm.” Abi menggumam, dengan senyum yang tipis yang sejak tadi selalu tersemat di wajahnya. Bukannya tidak ingat, tetapi Abi hanya mengulur waktu karena masih ingin berdua dengan Fika. Akhirnya, Abi bisa kembali merasakan indahnya mengarungi biduk pengantin baru bersama sang istri. Namun, Abi juga harus benar-benar hati-hati, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jika tidak, tamatlah sudah riwayatnya kali ini. “Ditungguin papa,” ujar Fika kembali mengingatkan. “Mandi dulu sana, biar aku siapin makan. Mas Abi juga belum makan, kan?” “Sudah, makan kamu.” Detik selanjutnya Abi menggigit gemas bahu Fika, hingga gadis itu memekik dan terkekeh geli. “Mas Abiii.” “Iya, Beb?” Kemudian Abi terkekeh sendiri, karena sudah me
Read more

SP ~ 49

“Mas Abiii.” Fika kembali memukul Abi dengan bantal yang tidak lepas dari tangan sedari tadi. Sementara suaminya, hanya sibuk menangkis dan tertawa atas rengekan Fika. “Aku jadi telat satu malam minum pil KB-nya, kan!” Bagaimana tidak telat, bila Abi membuat Fika sibuk hampir semalaman. Dan ketika kesibukan itu sudah selesai, tidak ada lagi tenaga yang bisa Fika gunakan kecuali tidur di pelukan Abi. Fika bahkan tidak sanggup membuka mata, dan hanya bisa menunggu pagi sembari mengisi kembali semua tenaganya. “Nggak usah KB-KBan kenapa, sih, Mi?” “Mami, mami …” Fika kembali memukul Abi yang masih duduk di sofa, dengan bantalnya. “Pasti Mas Abi yang nyembunyiin pil KBku, kan? Ayo ngaku.” “Nggak, Mi.” Abi semakin suka menggoda Fika bila seperti ini. “Papi nggak nyembunyiin pil KB Mami.” “Ihh, apaan.” Kemudian, Fika melempar bantal tersebut pada Abi, yang sudah bangun dan mandi lebih dulu darinya. Abi harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu, oleh karena itu ia berangkat lebih pagi
Read more

SP ~ 50

Langkah Abi memelan, kemudian berbelok menuju sudut area parkir pengadilan. Tanpa sengaja, ia melihat Vira tengah berdebat dengan seseorang di ujung sana. Karena tahu siapa yang tengah jadi lawan bicaranya, dengan terpaksa Abi menghampiri wanita itu terlebih dahulu.“Ada masalah, Vir?”Kedua orang yang sudah berada di hadapan Abi menoleh bersamaan.“Nggak ada,” kata Vira setelah membuang helaan kecil. “Kita cuma—"“Aku pergi dulu, dan ingat omonganku tadi baik-baik.”Abi menarik napas, sembari berbalik untuk melihat pria itu pergi menjauh dari mereka. Dari wajahnya saja, Abi bisa menilai, pria itu sedang marah pada Vira. “Ada masalah sama pak Ilham?”“Pak Ilham lihat CCTV di tempat kerjanya, waktu aku make laptopnya dia. Dia curiga kalau aku yang sudah ngaduin dia selama ini.” Vira bersedekap, menatap punggung Ilham menjauh lalu masuk ke dalam mobilnya. “Dia baru dapat panggilan sidang lagi, jadi, tambah marahlah dia sama aku. Pake ngancam-ngancam segala.”“Minta perlindungan saksi, V
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status