Seperti biasa malam harinya, aku sibuk di dapur menyiapkan makan malam kami. Terserah dengan Tiara, aku hanya ingin melayani Hadi."Kita makan di luar saja. Kamu jangan repot-repot." Suara Hadi mengagetkanku.Aku membalikkan badan. Di dekat meja makan Hadi berdiri melihatku. Namun, ada Tiara di sana. Dia seperti sedang memantau gerak-gerik Hadi."Oh, kalau kalian ingin makan di luar, silakan. Aku di rumah saja," ujarku menolak."Kenapa?""Sedang malas keluar. Pun besok harus wawancara. Aku mau mempersiapkan diri," ucapku tanpa melihay ke arah Hadi."Baguslah! Yuk, Di. Kamu, sih, ngga percaya. Dia pasti ngga akan mau pergi bersama. Kamunya ngeyel!"Bukannya emosi, aku malah menertawakan Tiara. Kuletakkan pisau yang sedang kugunakan untuk memotong tomat. Aku kembali berbalik badan melihat ke arah wanita itu."Silakan pergi berdua. Aku sudah biasa, kok. Bukan seperti kamu yang kejang-kejang kalau tidak dibawa."Wanita menatapku kesal. Lalu menarik Hadi dari dapur. Dasar lelaki plin plan.
Read more