Semua Bab BERBAGI SUAMI (TAMAT) : Bab 31 - Bab 40

60 Bab

BAB 31: Ketemu Mantan

Debar di dada masih belum beraturan. Saat keluar dari ruangan Azzam pun tanganku masih berkeringat dingin. Sungguh ini di luar kendaliku. Bertemu dengan lelaki itu di saat yang tidak tepat. Sesukses itukah dia sekarang? Menjadi direktur utama di sebuah perusahaan majalah fashion ternama.Tanpa melihat ke sekeliling, aku berjalan cepat menuju lift. Tak kupungkiri, aku memang sangat ingin berjumpa dengannya. Hanya dia yang bisa membuatku merasa istimewa. Lelaki yang selalu membuatku tersenyum walau dulu kami jarang bertatap muka. Ya, dulu aku menjalin hubungan jarak jauh dengan Azzam.Sekuat tenaga aku berusaha menepis pikiran yang tidak-tidak. Namun, semakin kuat aku menyingkirkannya, semakin kuat pula bisikan-bisikan itu berdengung di telinga.'Seandainya dulu aku menikah dengan Azzam, hidupku pasti bahagia.''Apakah dia masih mencintaiku?''Jika Hadi menceraikanku, apakah Azzam akan menerimaku lagi?'Astaghfirullah!Berulang kali aku beristighfar dalam hati. Setan sedang memperdaya d
Baca selengkapnya

BAB 32: Apakah Aku Harus Menyerah?

"Nadia, aku mau bicara!" Tiba-tiba Hadi memanggilku.Aku sedang bersiap hendak pergi. Hari ini adalah hari pertamaku bekerja."Tentang?" tanyaku singkat.Meskipun kami sempat sangat dekat saat di Bali, tapi ketika berada di Jakarta, Tiara kembali menguasainya. Yang aku kesalkan, Hadi seolah tak ada kekuatan untuk menolak wanita itu. Benar seperti dugaanku, Hadi memang sangat mencintainya. Dia tidak bisa membuat hati wanita itu sakit. Aku saja yang terlalu banyak menaruh harap, berusaha menggapai purnama, sementara sinarnya redup dan hanya cukup untuk Tiara."Ternyata itu alasanmu bersikeras agar diterima di perusahaan itu?" Lelaki itu berdiri di dekatku. Tangannya bersilang di dada dan menatapku penuh dengan rasa ingin tahu. Sejak kemarin tak lagi kudapati binar cahaya dari matanya untukku. Melainkan tatapan menyudutkan dan kata-kata sindiran yang kerap ia perdengarkan."Maksudmu apa?" Aku masih belum mengerti ke mana arah pembicaraannya."Sudahlah, Nadia. Jangan pura-pura lugu begitu
Baca selengkapnya

BAB 33: Tiara Bar-Bar

Aku berjalan menuju ruangan Azzam. Setelah mengetuk pintu aku pun segera masuk. Azzam duduk di kursinya. Ia tersenyum melihatku."Ada apa Bapak memanggil saya?""Bapak? Kapan aku jadi bapakmu, Nad?"Mulai! Sifat usilnya ternyata masih belum hilang."Apa ada yang harus saya kerjakan, Pak?""Bapak lagi, kamu lihat tampangku tua begitu apa?"Ck! Maunya apa, sih?"Azzam, masih banyak yang harus aku pelajari. Kalau memang ngga ada yang mau dibahas, aku permisi!""Kami kaku sekali sekarang. Urusan rumah tangga jangan bawa-bawa ke tempat kerja."Ah! Azzam membuat hatiku panas. Masih pagi, tapi mood sudah dua kali hancur. Ambyar!"Maaf! Aku permisi!"Kubalikkan badan menuju pintu. Tiba-tiba tirai lebar menutupi kaca ruangan Azzam. Aku kaget dan melihat sekeliling. Penglihatan ke luar ruangan terhalang tirai yang sudah diturunkan. Aku baru tahu jika ruangan Azzam diset seperti itu. Jika tirai kembali dinaikkan, maka siapa saja bisa dengan leluasa melihat Azzam di dalam ruangannya. Begitu juga s
Baca selengkapnya

BAB 34: Katanya Mau Cerai!

Sibuk sekali mengajakku ke dokter. Seharusnya istrinyalah yang sering diperiksakan. Perangainya itu sering sekali membuat orang kesal."Aku bilang tidak! Sudah baikan, kok. Ini lagi makan." Aku menanggapi Hadi yang berada di seberang telepon."Keras kepala boleh, tapi jangan sampai menyakiti diri sendiri."'Memang kamu peduli?' sungutku dalam hati.Aku mematikan panggilan telepon. Makanku jadi terganggu karena hal tak penting yang dibahas Hadi.Aku kekenyangan setelah menghabiskan dua porsi makanan berbeda ditambah satu botol pepsi dingin. Ini perut lapar atau doyan? Ya ampun.Tidak mungkin aku tidur dalam kondisi kekenyangan begini. Akhirnya kuputuskan untuk membaca beberapa majalah fashion yang ada di rak buku mini milikku. Mempelajari aspek apa saja yang dianggap penting dalam meliput sebuah berita.Satu jam berlalu, aku masih belum bisa tidur. Jam di dinding berdetak berirama. Jarum pendeknya sudah mendekati angka sepuluh. Namun, mataku masih terasa segar. Rasa haus mendera, terpa
Baca selengkapnya

BAB 35: Nadia Menghilang

POV HADI***Berulang kali aku menghubungi Nadia, panggilan berdering, tapi dia tidak memberi respon apa-apa. Ke mana wanita itu?Setelah Shubuh tadi, aku ke kamarnya. Rasa khawatir yang mengantarkanku ke sana. Entah bagaimana kondisi Nadia. Sejak melihat wajahnya yang pucat, aku tak bisa lagi berpikir tenang. Tidak kuperlihatkan itu di depan Tiara. Aku tahu jika wanita yang dulu sangat kucintai itu tidak menyukai Nadia.Seperti biasa, aku pasti mengetuk pintu sebelum memasuki kamarnya. Tak ada sahutan. Aku mengetuk berkali-kali, hasilnya sama saja. Rasa panik merongrong jiwa, apa sesuatu terjadi pada wanitaku itu.Handel pintu kuputar pelan. Sedikit aku mengintip ke dalam kamar."Nadia."Sepi.Aku memutuskan untuk masuk. Pikiranku tak tenang sedikit pun. Setelah pertengkaran kami saat ia hendak berangkat kerja, aku benar-benar kalut. Saat itu, aku tidak bisa mengontrol emosi yang mengukung jiwa. Rasa kesal mencuat begitu saja. Saat melihat seorang lelaki berjalan di samping Nadia beb
Baca selengkapnya

BAB 36: Nadia, Maafkan Aku!

POV HADI***Aku meninggalkan ruangan Azzam dengan perasaan gusar. Bukannya mendapat info tentang Nadia, lelaki tak tahu diri itu malah mengata-ngataiku. Dia pikir dia siapa bisa merebut Nadia semudah itu?Tak terasa sudah seharian aku mencari Nadia. Sempat aku pulang ke rumah, menunggu beberapa waktu, barangkali dia datang tiba-tiba. Nihil, menjelang Ashar tidak ada tanda-tanda jika wanita itu akan datang. Begitu pun ponselnya yang masih saja belum aktif saat dihubungi. Merasa waktu terbuang percuma, aku kembali melajukan mobil tanpa tujuan. Berharap berjumpa Nadia di jalan dan mau untuk diajak pulang. Di rumah, Tiara ikut mendiamkanku. Wanita itu melarangku untuk mencari Nadia."Nanti juga pulang. Untuk apa sibuk-sibuk dicari. Bisa besar kepala dia."Aku menghentikan mobil di pinggir jalan. Jika Nadia tidak sakit, aku tidak akan sesibuk ini mencarinya. Namun, tatapan sendunya masih terbayang jelas di ingatan, bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.Atau mungkin Nadia kesal karena Tia
Baca selengkapnya

BAB 37: Kabar Bahagia

POV HADI***"Aku ikut!" seru Tiara.Bukannya menunggu, aku segera berlalu meninggalkan wanita itu sendirian. Pikiranku dipenuhi oleh Nadia. Bagaimana kondisinya sekarang? Kenapa tidak terpikirkan olehku untuk mencari Nadia di setiap penginapan yang ada?TIIIIIIIIITTTT!Suara klakson bertalu dari arah berlawanan. Aku segera memutar setir ke arah kiri dan menghentikan laju mobil di pinggir jalan. Menghindari sebuah mobil yang hampir saja kuserempet."Hampir saja," ujarku sambil beristigfar. Setelah mengatur napas dan agak sedikit tenang, kembali aku melajukan mobil dengan hati-hati. Tidak lagi mengebut seperti tadi.Tak sabar rasanya ingin segera tiba. Semoga Nadia baik-baik saja. Ah! Dia memang keras kepala.Beberapa saat kemudian, aku tiba penginapan yang dimaksud. Setelah memarkirkan mobil, aku bergegas berlari menuju meja resepsionis. Tanpa menunggu lama, salah satu dari mereka membawakanku ke kamar Nadia.Lelaki yang mengantarkanku itu segera membuka pintu kamar. Di sana aku melih
Baca selengkapnya

BAB 38: Kejutan dari Rumah Sakit

POV NADIA***Setelah menikmati sarapan yang dibelikan oleh seorang cleaning service penginapan, bukannya membaik, rasa mual malah semakin menyiksa. Tak sampai setengah jam, aku kembali memuntahkan semua makanan yang telah masuk ke perut.Aku hampir ambruk. Untung saja tanganku cepat menggenggam handel pintu kamar mandi. Mata berkunang-kunang, aku lemah tak bertenaga.Perlahan kuseret langkah mendekati tempat tidur hingga terlelap. Tak lama, rasa mual kembali mengocok perut. Terpaksa kembalu menuju kamar mandi. Entah berapa lama aku bolak-balik tempat tidur kamar mandi. Hingga akhirnya aku terkapar di depan pintu. Tak sanggup lagi menggerakkan tubuh selangkah pun."Ya, Tuhan. Tolong!"Aku mendengar suara teriakan seorang perempuan. Tak lama, aku merasakan tubuhku diangkat oleh beberapa orang. "Ini Mba Nadia, ya. Aduh, kenapa ini?" tanya seorang pria."Iya, Mba Nadia. Yang masuk tadi malam. Tadi pagi aku lihat juga minta tolong Mba Wati untuk dibeliin sarapan," jawab seorang wanita ya
Baca selengkapnya

BAB 39: Sebuah Keputusan

POV HADI***"Ibu!" seru Hadi.Aku yakin, semua pasti kaget. Baik dari pihak Ibu yang baru saja tiba, begitu juga dari pihak kami. Aku merasakan panas dingin di sekujur tubuh. Mengingat kondisi tubuh serta penyakit yang diidapnya, sama sekali tidak menginginkan sesuatu menimpa Ibu, aku mendoakan agar ia baik-baik saja."Ibu, masuk." Kulihat Hadi tergopoh menghampiri Ibu. Menyambut kedatangan Ayah serta Ibu seperti biasa. Seolah tak terjadi apa-apa.PLAK!Ternyata? Ayah menyerang Hadi bertubi. Layaknya duel dua orang laki-laki, tetapi tidK seimbang. Karena hanya satu pihak yang menyerang, sementara pihak satunya lagi memilih diam dan berusaha untuk melindungi tubuh menggunakan kedua tangannya."Tidak tau diri! Kamu lihat istrimu itu. Dia terbaring lemah. Tapi kalian berdua? Malah melakukan perbuatan tak senonoh di depannya. Suami macam apa kamu?"Ayah menghajar Hadi hingga babak belur. Tidak ada yang berusaha untuk meleraikan, Ibu sendiri masih menyandarkan diri di dinding kamar. Sebel
Baca selengkapnya

BAB 40: Keputusan yang Sulit

[Nadia, jika aku melanjutkan hubungan pernikahan dengan Tiara, Ibu dan Ayah pasti tidak setuju. Dan aku pasti akan kehilangan kamu. Jadi keputusanku adalah berpisah dengan Tiara.]***Hampir dua jam aku mengabaikan pesan dari Hadi. Lelah berpikir apa yang harus kulakukan demi kelangsungan rumah tangga kami. Apakah menceraikan Tiara adalah satu-satunya jalan keluar?Aku menarik napas berat dan mengembusnya kasar. Layar ponsel masih menyala. Aku sudah mengambil keputusan, jawaban seperti apa yang akan kuberikan pada Hadi.[Bismillah! Aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Aku tau jika pernikahan kita banyak membawa kesusahan untukmu dan Tiara. Namun, demi Tuhan, aku selalu berusaha menjadi istri yang baik. Berusaha menumbuhkan cinta untukmu. Berusaha melupakan manisnya masa lalu bersama Azzam. Tiara tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Aku sudah mengambil keputusan, pertahankanlah Tiara.]Pesan kukirim setelah mengetik panjang lebar. Semua sudah kupertimbangkan dengan matang. Mengenyampingk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status