Semua Bab BERBAGI SUAMI (TAMAT) : Bab 11 - Bab 20

60 Bab

BAB 11: Menguji Kesabaran

Kesedihan mulai merongrong jiwa. Sakit sekali rasanya diperlakukan begitu. Aku kembali membesarkan volume suara di ponsel sembari memejamkan mata. Beberapa menit kemudian, kurasakan mobil tak lagi berjalan. Namun, aku enggan membuka mata. Berpura-pura tidur tapi volume HP telah kukecilkan kembali."Bangun. Woi! Malah tidur." Suara Hadi menyapa gendang telinga."Pelan, Sayang. Mungkin Nadia lelah." Giliran Tiara yang berbicara.Dih! Lelah? Ya, aku memang lelah hidup di tengah-tengah kalian berdua. Namun, kenapa aku masih bertahan? Karena aku sedang berjuang mempertahankan. Ikhtiarku belum cukup, masih banyak doa yang harus kulangitkan, masih banyak usaha yang harus kulakukan."Nadia. Bangun!" Hadi memanggil dengan sedikit keras. Aku membuka mata perlahan. Berpura-pura seperti orang yang baru bangun dari tidur nyenyaknya."Eh, sudah di mana?" Aku bertanya sambil melihat ke sekeliling."Dunia lain!" Jawaban Hadi membuat hatiku menciut untuk ke sekian kalinya. Aku pura-pura tidak mendenga
Baca selengkapnya

BAB 12: Memanas manasi

Aku tersenyum senang. Merasa menang selangkah dari Tiara. Kulihat wanita itu menunduk menekuri layar ponsel. "Sayang, aku mau rencana liburannya dipercepat," ucapku sambil bersandar mesra di bahu Hadi. Lelaki itu tak berkutik sekarang."Ya, ya. Nanti kita atur lagi," pungkasnya cepat.Aku menggenggam jemarinya. Kurasakan remasan keras di jemariku. Dia pasti sangat kesal."Kalau bisa secepatnya, Sayang. Sekalian kalian bulan madu lagi, biar Ibu bisa segera nimbang cucu. Sepi."Aku tergelak dalam hati. Yang sedang merencanakan untuk berbulan madu siapa, eh, yang mau pergi siapa. Momen ini cocok sekali. Kehadiran mertuaku bagaikan oase di tengah gurun yang tandus. Menyegarkan."Ya, Bu. InsyaAllah. Nanti aku kabari lagi."Lelaki itu meneguk minumannya berulang kali. Aku sama sekali tidak melepaskannya. Tanganku masih melingkar di lengan kekar Hadi. Sesekali kurasakan Hadi menginjak kakiku, tak tinggal diam aku pun membalasnya."Sayang. Bagaimana kalau temanku ikut juga. Kasihan dia sendi
Baca selengkapnya

BAB 13: Malam Lara

Kenapa Ayah serta Ibu datang lagi? Bukannya kami baru saja bertemu? Ah, terserah. Kali ini kubiarkan Hadi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Berani berbuat, berani juga bertanggungjawab. Bukankah begitu?Meskipun berstatus suami, akan tetapi lelaki itu tidak bisa berbuat semena-mena terhadapku. Aku menghubungi Hanin. Aku merencanakan akan menghabiskan malam bersamanya. Kurasa aku lebih baik tidak pulang dari pada harus menyelamatkan lelaki itu dan istri barunya. Kira-kira bagaimana reaksi kedua mertuaku saat melihat anaknya sedang berduaan di rumah dengan seorang wanita, ya? Apalagi tadi di restoran, Hadi memperkenalkan Tiara sebagai sahabatku.Taksi yang kutumpangi berhenti di depan rumah Hanin. Setelah membuka pintu pagar, aku masuk dengan leluasa. Kulangkahkan kaki menuju teras rumah. Di sana Hanin terlihat menantiku sambil melambaikan tangan. Aku bergegas menghampirinya.Setelah berada di dekatnya, Hanin mengajakku untuk masuk. Di dalam rumah, aku menyandarkan tubuh di sofa ru
Baca selengkapnya

BAB 14: Hukuman

Aku meringkuk di sudut kamar. Tak henti menangis karena ulah Hadi. Lelaki itu bagai tak bermoral. Meskipun aku istrinya, bukan berarti dia bisa semena-mena. Lalu, kenapa harus aku? Bukankah dia bisa menyalurkan hasratnya pada Tiara?Bagian bawah perutku pun terasa sangat perih dan nyeri. Hadi melakukannya secara paksa. Saat aku berusaha berontak malah menyisakan rasa sakit."Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Hadi!" seruku dengan suara tersedu. Lelaki itu menarik selimut menutupi tubuhnya, ia mendelik melihatku."Bukankah kamu sangat ingin dianggap. Diperlakukan seperti seorang istri. Ya, terima, dong.""Aku memang ingin diperlakukan seperti Tiara, tapi bukan berarti kamu bisa berbuat seenak hatimu. Perlakuanmu tadi sangat menyakitkan. Bukan hanya tubuhku, tapi juga hatiku.""Cerewet. Keluar kamu. Aku mau tidur!" Dia memerintah sesuka hati.Aku berusaha turun dari ranjang masih dalam kondisi tak mengenakan pakaian."Tutup matamu! Jangan lihat!" Aku urung berjalan saat melihat Hadi ber
Baca selengkapnya

BAB 15: Dia Kenapa? (POV Nadia)

POV NADIAAku menghubungi Tiara berulang kali. Wanita itu sepertinya masih sangat marah padaku. Pasti dia menambah waktu untuk tidak kembali ke rumah, sehingga lelaki itu harus menghukumku. Hukuman satu minggu? Duh, bagaimana dengan jadwal wawancaraku? Kulihat kembali jadwal yang telah ditetapkan, ternyata aku masih mempunyai waktu untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya.Menulis artikel maupun jurnal sudah menjadi makananku sehari-hari. Namun, kali ini berbeda, aku harus memahami tentang fashion. Karena aku akan bekerja di sebuah perusahaan majalah yang begerak di bidang fashion. Pasti segala hal yang akan kutulis ke depan tidak jauh dari hal-hal tersebut.Menyibukkan diri mempelajari tentang perusahaan agency tersebut membuat aku melupakan masalah yang sedang terjadi. Tentang hukuman yang akan diberikan Hadi. ***Sudah sore hari. Aku masih saja berkutat dengan laptop dan bahan-bahan wawancara yang sedang kupelajari. Pekerjaan ini harus kudapat. Aku harus lulus dan bekerja. Derap l
Baca selengkapnya

BAB 16: Rencana

"Hadi! Kalian sedang apa?" Suara Tiara terdengar menginterogasi.Hadi terlihat kikuk dan menghentikan suapannya. Aku mencoba mencuri kesempatan untuk memperhatikan mereka berdua."Sayang. Sudah pulang?" Hadi beranjak dari duduknya. Dia berusaha mendekat ke arah Tiara. Wanita itu terlihat menekuk wajah serta mulut sedikit dimajukan. Matanya menatap kesal ke arah Hadi."Bukannya jemput aku, malah berduaan sama dia."Wah! Dia cemburu. Ini kesempatan emasku untuk membuat Tiara semakin menggerutu."Duh! Maaf. Tapi Hadi juga suamiku, kok. Selama kamu tidak di rumah, kami memang menjadi lebih dekat." Hadi mendelik tajam ke arahku, sementara aku sengaja melebarkan senyuman. Toh, aku tidak berbohong. Memang semenjak Tiara tidak berada di rumah, kulihat Hadi sedikit lebih baik padaku. Ya, tak apa meski sedikit. Tiara menyipitkan matanya pada Hadi. Lelaki itu mengelus bahu istri mudanya. "Nadia juga istriku, Sayang. Kurasa tak ada salahnya jika aku juga sedikit lebih hangat padanya."Benarkah
Baca selengkapnya

BAB 17: Akal Bulus Tiara

"Besok kita liburan. Ke Bali. Hari ini kita berdua akan mengurus tiket pesawat. Oya, Tiara, kamu juga ikut ke Bali."Romantis sekali saat melihat mereka tersedak secara bersamaan."Tapi rencananya setelah kamu selesai wawancara?" tanya Hadi."Ngga jadi. Aku sudah menghubungi ibu juga umi. Mereka sudah berkemas untuk keberangkatan besok."Tiara membanting sendok ke piringnya yang masih tersisa nasi. Suara berdenting membuat aku tertawa dalam hati."Aku tidak mau ikut! Titik!" seru wanita itu tajam. Ia mendelik melihat ke arahku."Terserah. Bukan urusanku," ujarku sambil mencebik ke arahnya.Menghadapi wanita itu sebenarnya membuatku sakit kepala. Namun, aku tidak mau mengalah begitu saja. Bagaimana pun aku adalah istri pertama dan di ketahui oleh keluarga besar. Posisiku dengan Tiara tidak sama. Meski sama-sama menyandang status sebagai istri dari laki-laki yang sama, akan tetapi aku tetap lebih unggul dari pada dia. Sebelum Hadi berani memperkenalkan wanita itu secara terang-terangan,
Baca selengkapnya

BAB 18: Hareudang

Terima kasih, Sayang. Kamu memang suami yang sangat pengertian. Lope You.Tak lupa sebuah emoticon kiss plus love kusertakan di sana. Klik! Kirim! Done!Well, kita tunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ponselku tak henti berbunyi setelah status facebook ku-posting.No foto, hoaxMana, nih, fotonya sama Hadi.Caption mulu, fotonya mana?Berbagai macam komentar masuk di kolom komentar statusku tadi. Tak perlu waktu lama, sekadar caption tanpa foto pun, status yang baru saja muncul di beranda sudah mendulang ratusan like. Aku tersenyum sambul membaca komentar-komentar mereka.'Ini baru permulaan. Tunggu saja besok.' Aku membathin.Setelah menutup laptop, kumasukkan benda tipis berwarna putih tersebut ke dalam tas. Aku berencana akan membawa serta benda tersebut ke Bali. Ditambah sebuah koper berukuran sedang berisi pakaian serta perlengkapanku di tempat liburan nanti.Semua sudah beres. Aku berdiri sambil melihat ke arah barang-barang yang telah kupersiapkan sambil tersenyum riang.
Baca selengkapnya

BAB 19: Banyak Tingkah

"Aku ikut."Aku menoleh ke arah suara. Dua ransel berukuran sedang milikku telah kuangkat keluar.Tak jauh dari tempatku berdiri, terlihat pemandangan yang membuat panas hati. Masih pagi, tapi sudah bikin naik tensi. Apalagi kalau bukan Tiara serta Hadi. Wanita itu memeluk Hadi dari arah belakang. Sementara Hadi berdiri menghadap ke arahku. Asem!Seolah tak mendengar obrolan mereka. Aku berpura-pura sibuk memainkan ponsel di teras. Sengaja kupilih bangku yang agak menjorok ke dalam, agar mataku bisa terlindungi dari kemesraan yang tak kira-kira itu."Lho. Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" Suara Hadi terdengar kemudian."Keberatan kalau aku mau ikut?""Bukan keberatan, Sayang. Aku malah senang kalau kamu ikut. Hanya di sana nanti kamu tau, kan, jika orang tua serta mertuaku juga ikut serta. Terus kamu gimana?"Aku memasang telinga baik-baik. Ingin mengetahui jawaban Tiara."Ya, aku akan berusaha bersikap layaknya orang asing nanti. Janji, deh, aku ngga akan membuat keributan dan kekac
Baca selengkapnya

BAB 20: Maaf, Aku Menyakitimu

Aku yakin wanita itu sangat kesal. Ya ampun, demi apa hatiku sesenang ini. Mesem-mesem terus, nih, dari tadi."Sayang, tapi jangan sampai cium-cium kening, ya, di depanku," ucap Tiara lagi. Ternyata wanita itu belum juga lelah mengajukan keberatan."Sayang, kumohon. Jangan ajukan persyaratan yang berat. Aku ngga tau nanti bagaimana. Karena kalau di depan keluarga aku harus bersikap baik pada Nadia.""Ah! Serah, deh!"Aduh, Tiara. Belum juga dimulai, tapi kamu sudah uring-uringan saja.Tak ada lagi yang berkomentar. Mobil melaju kencang di jalan raya. Kami harus cepat tiba di bandara. Para orang tua telah menunggu lama di sana.Beberapa saat kemudian, mobil yang kami tumpangi tiba di bandara. Aku dan Tiara mengikuti arahan Hadi untuk turun dari mobil. Sementara ia berlalu ke arah parkiran. Setelah memarkirkan mobilnya lelaki itu berjalan ke arahku dan meninggalkan Tiara di belakangnya."Ayo!" Ajaknya entah pada siapa. Aku pura-pura tidak mendengar dan berjalan mendahului. "Hei! Nadia!
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status