Share

BAB 22: POV Hadi

Penulis: Andri Lestari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Entah kenapa kakiku bergerak menyusul wanita itu. Dari jendela kamar kami, aku bisa melihat Nadia berjalan di pasir pantai. Jilbab putihnya menari digerakkan angin sepoi.

Aku menuruni anak tangga untuk tiba di tempat Nadia berada. Dari jarak yang tak terlalu dekat, aku bisa melihat wanita berkerudung itu sedang melampiaskan kekesalannya. Ia melemparkan karang-karang kecil yang berserakan di pasir ke segala arah.

Aku menegurnya. Dan ternyata membuat ia kaget. Entah kaget karena melihatku yang tiba-tiba saja berada di sana atau kaget karena aku berbicara tiba-tiba.

"Kamu beneran Hadi?"

Pertanyaan yang konyol kurasa!

"Lalu, kamu pikir aku siapa?" balasku sambil menaikkan segaris alis.

"Ya, mungkin saja kamu sedang kemasukan makhluk ghaib penghuni tempat ini."

Wah! Mulai berani dia. Hmm, maksudku dia makin berani saja.

"Boleh kita ngobrol sebentar?"

"Untuk apa? Nanti nenek lampir itu marah," katanya sambil mendelikkan mata. Entah kenap juga aku tidak ikut emosi seperti biasanya.

"Nenek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mery Mery
Nadia bodoh kok mau dimadu ya... author jg senang bgt mengarang cerita perempuan yg sabar dimadu. menyebalkan bgt...
goodnovel comment avatar
Anađź’ž
sekarang giliran Tiara yg kepanasan.... nikmati liburan mu Nadia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 23: Berdamai

    Kelembutan senja memeluk ufuk barat langit Bali. Di tempat aku dan Nadia berada, aku terpana menyaksikan kebesaran Tuhan dalam tiap ciptaan-Nya. Kulihat Nadia memejamkan mata dan menengadah sembari merentangkan tangannya. Aku tersenyum dan merasa terpanggil untuk mengabadikan dua keindahan sekaligus yang ada di depan mata. Keindahan yang baru beberapa hari ini kusadari dari istri pertamaku juga keindahan swastamita* yang sebentar lagi akan berganti dengan gelapnya malam.Beberapa kali aku mengambil foto Nadia. Pantulan cahaa jingga membuat foto terlihat eksotik. Dia tidak tahu jika aku telah mengabadikan semuanya di dalam ponselku."Yuk. Magrib," ajak Nadia.Aku mengangguk dan beranjak dari sebuah bangku panjang. Tidak lagi terlihat orang tua serta mertuaku di bangku yang mereka duduki tadi. Juga Tiara, wanita itu pasti sudah masuk ke kamarnya.Kami berjalan beriringan tanpa suara. Sesekali aku melirik wanita mungil yang sedang menapaki anak tangga di depanku itu. Baju panjang serta j

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 24: Kapan Kasih Cucu

    "Sudah?" tanyaku sambil tersenyum-senyum. "Belum! Awas kalau ngintip!" Nadia mengancamku."Memang kenapa? Kamu istriku, loh! Aku beusaha mengganggunya. Dan benar saja, Nadia kembali mengancam akan meninjuku jika saja aku berani mengintip.Rasa geli akan tingkah Nadia semakin menggelitik. Wanita ini sangat menguji adrenalin. Sifatnya yang tidak mencla-mencle membuat naluri tertantang untuk mendalaminya lebih jauh. "Nanti malam aku tidur di mana?""Di extra bed!" serunya cepat."Masa di sana. Bukannya kita sudah berdamai?" Aku menolak sambil menunjuk ke arah bed kosong yang memang sudah disediakan di dalam kamar."Lalu?""Tidur di ranjang, dong, sama kamu. Tuh mawarnya masih rapi."Saat aku dan Nadia memasuki kamar yang di-booking siang tadi, di atas ranjang kamar dihias sedemikian rupa dengan taburan mawar merah berbentuk love. Wajar, karena Nadia memesan kamar untuk pasangan yang ingin honeymoon agar para orang tua tidak menaruh curiga."Ya sudah. Kamu di ranjang. Aku di sana."Kuli

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 25: Maukah Kamu?

    "Aku juga mau hamil! Aku mau punya anak dari kamu!"Tiara terus mengulang-ulang ucapannya. Susah payah aku merayu wanita itu agar bersikap tenang dan jangan gegabah. Namun, dia seperti sengaja ingin membuatku panik."Sekarang! Ayo!"Tiara memaksaku naik ke atas ranjang. Aku serba salah. Merasa sangat kasihan melihat wajahnya yang sembab, tapi tidak mungkin juga aku mengikuti ide tak sehatnya itu. Belum saatnya."Tiara. Kamu dengar aku, Sayang. Tolong jangan begini!" seruku tegas.Seperti menulikan telinga, ia tidak menggubris kata-kataku. Wanita berambut ikal kecokelatan itu membuka paksa bajunya. Beberapa butir kancing terlepas berjatuhan menyentuh lantai. Tiara menanggalkan satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya."Kamu ngga mau? Yakin?" tanyanya menantang.Kugunakan akal sehat melawan keinginan untuk memadu kasih bersama Tiara. Aku tidak bisa. Semuanya masih harus tersimpan rapat. Belum saatnya semua orang tahu jika aku beristri dua."Jangan sekarang, Tiara. Kumohon mengertil

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 26: Permohonan Maaf

    POV NADIA***Aku harus bagaimana ini? Ya Tuhan!Lelaki itu pasti kesambet penghuni pantai ini. Buktinya semenjak kami tiba di sini dia jauh berubah. Biasanya sangar, eh, sekarang malah sering membuat hatiku berdebar.Hadi, plis, pindah ... pindah! Jangan duduk di dekatku begitu. Jantungku berdetak tak keruan ini. Jangan sampai dia mendengarkannya."Nadia, aku tau kamu belum tidur. Jika malam ini aku meminta secara baik-baik, maukah kamu memberikannya? Menunaikan tugasmu sebagai istri. Menyempurnakan separuh agamamu bersamaku?"Aduh!Hatiku! Tolong!Ini pasti mimpi. Aww! Sakit. Cubitanku di paha terasa sekali. Berarti bukan mimpi? Terus aku harus bagaimana, dong?"Mau tidak?" Hadi masih saja mengangguku. Sama sekali dia tidak beranjak dari pinggir ranjang. Kenapa aku tahu? Karena selimutku tertahan tak bisa ditarik ke atas. Lelaki itu mendudukinya."Aku sudah tidur! Jangan ganggu!" gerutuku pelan. Kubaik-baikkan suaraku agar tak terdengar panik. Padahal dalam hati? Jangan tanya. Aaaa

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 27: Merengkuh Syurga Dunia

    Aduh! Pakai acara ketahuan lagi. Tolong!Hampir saja aku menjerit jika Hadi tidak segera membekap mulutku."Kamu mau apa?" tanyaku panik."Kamu lucu. Kamu yang ngapain ke tempat tidurku seperti pencuri?" Hadi terkekeh sambil melepaskan tangan dari mulutku."Aku ... aku, cuma mau lihat kamu sudah tidur atau belum," ucapku terbata."Kalau belum tidur, kenapa?" Hadi makin memaksa."Ya sudah. Aku ...."Lelaki itu menarik kepalaku ke dalam pelukannya. Aku berontak karena susah bernapas. Hadi melonggarkan dekapan dan mengubah posisi tidurnya. Ingin pergi, akan tetapi lelaki itu malah mengaitkan pelukan di pinggangku. Kami tidur bersebelahan. Dalam jarak yang sangat dekat, bisa kurasakan detak jantungnya yang berdebat cepat, sama sepertiku.Aku memejamkan mata tidak berani menatapnya. Aku kaget saat tiba-tiba merasakan jemari Hadi menyentuh pipiku. Menjalar hingga ke hidung dan berhenti di atas bibirku.'Aduh! Habislah aku!' Aku membatin."Jangan takut. Aku akan melakukannya dengan perlahan.

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 28: Liburan Telah Usai

    Aku berlari menuju kamar. Kesal sekali melihat mereka. Walaupun mempunyai hubungan sah, tapi apa pantas bersikap begitu di depanku?Mungkin aku memang tidak secantik Tiara. Wanita itu telah lama bisa merebut hati Hadi, tapi apa aku tidak boleh mencicipi sedikit saja kebahagiaan dengan suamiku juga?Hadi pun terlihat suka dengan perlakuan Tiara barusan, buktinya dia hanya menolak sekadarnya."Nadia!" Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Hadi berdiri di depan pintu."Sudah selesai urusan kalian? Aku lari bukan karena cemburu, tapi biar kalian lebih leluasa saja!" kilahku pada Hadi.Lelaki itu berjalan ke arahku. Sebelumnya ia telah menutup pintu kamar."Maaf, bukan bermaksud membuat kamu sakit hati. Tiara tidak bisa mengontrol diri. Dia sudah terlalu berlebihan.""Wajar! Kamu juga suaminya, tapi waktumu selama di sini tidak ada untuknya." Aku berusaha berujar setenang mungkin."Jadi apa bedanya dengan dirimu dulu. Setiap waktu aku menghabiskan hari bersama Tiara. Apa pernah kamu protes?"Ke

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 29: Hal Tak Terduga

    Seperti biasa malam harinya, aku sibuk di dapur menyiapkan makan malam kami. Terserah dengan Tiara, aku hanya ingin melayani Hadi."Kita makan di luar saja. Kamu jangan repot-repot." Suara Hadi mengagetkanku.Aku membalikkan badan. Di dekat meja makan Hadi berdiri melihatku. Namun, ada Tiara di sana. Dia seperti sedang memantau gerak-gerik Hadi."Oh, kalau kalian ingin makan di luar, silakan. Aku di rumah saja," ujarku menolak."Kenapa?""Sedang malas keluar. Pun besok harus wawancara. Aku mau mempersiapkan diri," ucapku tanpa melihay ke arah Hadi."Baguslah! Yuk, Di. Kamu, sih, ngga percaya. Dia pasti ngga akan mau pergi bersama. Kamunya ngeyel!"Bukannya emosi, aku malah menertawakan Tiara. Kuletakkan pisau yang sedang kugunakan untuk memotong tomat. Aku kembali berbalik badan melihat ke arah wanita itu."Silakan pergi berdua. Aku sudah biasa, kok. Bukan seperti kamu yang kejang-kejang kalau tidak dibawa."Wanita menatapku kesal. Lalu menarik Hadi dari dapur. Dasar lelaki plin plan.

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 30: Azzam

    Aku ternganga. Sungguh ini adalah hal yang mengejutkan. Wajah yang tak asing itu berada di depan mata. Ia sedang menatapku tanpa kedip."Silakan duduk!" seru lelaki yang masih berdiri di pinggir jendela tersebut.Pikiranku tak menentu. Dia mirip sekali dengan Azzam, seseorang yang pernah mengisi hari-hariku dulu. Lelaki baik dan sangay menghormatiku. Cinta pertama yang pernah singgah di hatiku. Tapi kenapa lelaki itu tidak mengenalku? Aku mencari name desk, untuk meyakinkan benarkah lelaki yang memiliki potongan rambut rapi itu adalah Azzam. Namun, papan nama di atas meja tidak menghadap ke arahku. Hatiku berdebar tak keruan. Derap langkah sepatunya mengetuk lantai saat berjalan ke arahku, menimbulkan detak-detak yang semakin sulit kuartikan."Apa anda yakin ingin bekerja di perusahaan ini?" tanyanya datar."Tentu. Sangat yakin.""Kenapa? Karena bekerja di perusahaan bergengsi ini adalah impian setiap orang. Termasuk saya."Saya bisa memanggimu Nadia? Atau ada sebutan lain?" tanyanya

Bab terbaru

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 60: EKSTRA PART 3

    Bukanlah kesabaran, jika masih mempunyai batas dan bukanlah keikhlasan jika masih merasakan sakit. (anonymous)***Aku bahagia atas pernikahan Azzam dan Hanin. Sebuah kelegaan hadir di dalam jiwa ketika melihat sahabatku bisa berjodoh dengan seorang lelaki baik. Begitu juga Azzam, aku bersyukur karena pada akhirnya dia menikah juga. Sehingga Hadi tak perlu lagi merasakan cemburu yang berlebihan."Kalau tau dia jadi calon suaminya Hanin, aku ngga mau kasih kado honeymoon untuk mereka. Mendingan kasih cangkir plastik," ujar Hadi dengan raut wajah ditekuk. Kami sudah berada di dalam mobil menuju rumah.Resepsi digelar minggu depan. Otomatis, rencana untuk berbulan madu ke Jepang ditunda dulu hingga acara selesai."Sayang. Kita batal saja ke Jepang, ya. Masih banyak negara lain yang lebih bagus, kok. Belanda misalnya." Hadi kembali mengeluarkan pendapatnya.Aku geleng-geleng kepala melihat tingkah suamiku tersebut. Hal apa yang membuat ia sangat tidak suka melihat Azzam?"Apa karena Azzam

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 59: EKSTRA PART 2

    "Gimana kalau kita ke Jepang juga? Barengan Hanin dan suaminya?" Hadi tersenyum di balik kemudi. Ia mengangguk, tapi tetap fokus ke jalan raya. Sebentar lagi kami akan tiba di masjid tempat akan nikah digelar. Belum terlambat.Mobil memasuki pelataran masjid menuju parkiran. Tampak banyak sekali mobil berjejer rapi di sini. Hadi mencari tempat kosong untuk memarkirkan mobil. Setelah selesai, kami turun dan memasuki masjid bersama.Setiba di dalam. Aku dan Hadi harus berpisah. Ia menuju tempat duduk para lelaki, sementara aku menuju barisan perempuan. Masjid telah dipenuhi oleh puluhan orang untuk menyaksikan ijab qabul Hanin dan suaminya.Tak susah mencari keberadaan Hanin. Ia duduk di barisan paling depan perempuan menghadap ke arah meja wali nikah.Aku mendekat sambil melihat-lihat yang mana calon Hanin? Belum jelas melihat, aku melihat Hanin menoleh ke arahku. Wanita itu tersenyum lebar dan memanggiku menggunakan tangannya."Kamu dampingin aku di sini," ucap Hanin setelah aku bers

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 58: EKSTRA PART 1

    Setahun berlalu setelah kepergian Tiara. Aku dan Hadi tinggal di rumah yang sama. Yaitu di rumahku yang diberikan olehnya. Sedangkan rumah milik Tiara masih dalam kondisi kosong tak berpenghuni. Namun, dalam waktu dekat rumah tersebut akan disewakan atau dijual oleh Hadi. "Untuk apa dipertahankan begitu. Mubazir," ujarnya kemarin.Aku memberikan pilihan terbaik padanya. Dan sikap dia yang terakhir aku pun menyetujuinya.Kehidupan rumah tanggaku dan Hadi selalu dipenuhi kebahagiaan. Bahkan aku sudah lupa kapan terakhir mengeluarkan air mata. Hadi sudah sangat banyak berubah. Ya, Tuhan telah memberikan hasil dari apa yang pernah kutuai sebelumnya. Rasa sakit yang pernah kualami di masa awal pernikahan, terbalas sudah. Tunai!Janji Allah itu pasti. Tidak selamanya langit mendung menyisakan kesuraman. Pernahkan kalian melihat kapan munculnya pelangi? Ya, setelah hujan. Demikian juga denganku, sabar itu pahit, tapi akan berbuah manis. Hujan air mata yang kerap terjadi di dalam biduk rumah

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 57: Ikhlas dan Adil (TAMAT)

    Bukan akhir seperti ini yang kuharapkan. Kematian Tiara sangat tiba-tiba. Sungguh janji Tuhan itu pasti. Kematian jaraknya sangat dekat dengan makhluk ciptaan-Nya.Hadi masih terpaku di depan gundukan tanah yang masih basah. Aroma khas menguar akibat percikan rintik hujan yang mulai menyapa. Abi, umi, ayah serta ibu telah terlebih dahulu meninggalkan pemakaman. Sementara orang tua Tiara yang berada du luar negeri tidak hadir di acara pemakaman sang anak.Aku bertahan di sini karena menanti Hadi. Mana mungkin aku beranjak, jika dia masih duduk termenung menatap nisan sang istri. Kelopak kembang warna-warni yang berserakan di atas gundukan tanah masih terlihat segar dan harum."Di. Pulang, yuk, "ajakku.Hadi tidak menjawab. Lelaki itu bergeming di tempatnya."Sayang. Mendungnya makin tebal. Mau hujan lebat. Kita pulang, ya."Masih seperti tadi. Dia mendiamkanku tanpa sepatah kata pun."Ikhlas, Di. Perlahan-lahan. Kematian akan menimpa semua orang.""Aku bersalah padanya." Akhirnya suara

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 56: Ujian

    Aku bergegas berjalan di koridor rumah sakit. Tas slempang yang kusampirkan di bahu ikut berayun ke depan dan ke belakang. Pikiranku dipenuhi oleh Tiara. Tadi sudah sadar? Sekarang pingsan lagi? Dia sakit apa sebenarnya? Atau ada sesuatu yang Hadi sembunyikan dariku? Dengan perasaan berkecamuk, aku menyusuri lantai keramik berwarna putih.Tiba di depan pintu ruangan tempat Tiara dirawat, aku berhenti mengatur napas. Keringat membasahi dahi serta punggungku. Aku benar-benar merasa lelah. Setelah merasa cukup, aku pun membuka pintu kamar tersebut dan menutupnya kembali. Ada Hadi di sana. Dia berbalik badan melihat ke arahku. Perlahan aku berjalan mendekat. Lelaki itu pun menyambut sambil memelukku kuat. Dapat kurasa tubuhnya bergetar. Lelaki ini pasti sangat sedih pikirku."Sayang. Tiara ... Tiara!" serunya sambil merenggangkan pelukannya. Hadi menyebut nama wanita yang terbaring itu sambil terisak. Matanya sembab dan kemerahan."Kenapa bisa tidak sadarkan diri lagi?" tanyaku pelan seka

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 55: Ikhlas itu: Mudah Diucapkan, Sulit Diterapkan

    "Jangan sampai ada keributan. Kumohon," ujarku sedikit memelas."Kita lihat nanti. Ada asap api!"Hadi menggamit lenganku menuju meja kosong di sudut kantin. Ruangan kantin tidak terlalu luas, memudahkan kita untuk memindai wajah siapa saja yang mengunjungi kantin.Kami duduk berselang beberapa meja dengan Azzam. Lelaki itu duduk sendiri, dia masih terlihat sibuk dengan ponselnya."Ganti posisi. Kamu duduk di sini." Hadi memerintah agar aku duduk di sisinya."Di sini aja. Susah di situ. Sempit." Aku beralasan."Sempit atau karena ingin melihat mantanmu itu dengan jelas?" Hadi berujar ketus.Aku serba salah. Kali ini Hadi memang berkata benar. Aku memang sedang mengintai Azzam. Bukan berarti meliriknya sesekali karena mencari perhatian, melainkan aku hanya ingin memastikan jika lelaki itu tidak menyadari kehadiran kami. Namun, seperti percuma memberi alasan pada Hadi. Rasa cemburunya tampak lebih besar."Di, bisa tidak kamu berpikiran positif untukku?" tanyaku menekan suara."Jadi kena

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 54: WAJARKAH CEMBURU?

    Ibu dan Ayah akhirnya berpamitan. Pada Hadi mereka berpesan banyak hal. Kulihat Hadi tak henti menganggukkan kepalanya. Aku bisa mendengar dengan jelas, karena posisiku berada tak jauh dari mereka."Jaga Nadia baik-baik. Dia sedang mengandung. Prioritaskan perhatianmu padanya," ucap Ayah tegas."Ibu sedang memperbaiki hubungan persahabatan Ibu dengan uminya Nadia. Jangan sampai hubungan kami retak lagi karena ulahmu, Hadi. Dia itu sahabat yang sangat berarti bagi ibu. Kami telah melewati berbagai fase kehidupan bersama," ujar ibu nelangsa.Kulihat Hadi mengangkat wajahnya. Mata lelaki itu tampak berkaca-kaca."Maafkan aku, Yah, Bu." Hanya permintaan maaf yang keluar dari bibirnya."InsyaAllah Hadi sedang menapak menuju arah yang lebih baik, Bu. Dia butuh kita orang-orang terdekat dengannya. Dia butuh dukungan dari kita semua." Aku ikut bersuara. Memberitahukan pada ayah dan ibu jika Hadi memang sedang berusaha untuk berubah. "Iya. Karena semuanya tidak lepas dari campur tanganmu, Nad

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 53: KRITIS

    Aku menghubungi Ibu dan meminta kedua mertuaku untuk datang ke rumah sakit. Sampai kapan hubungan orang tua dan anak itu akan dingin-dingin saja? Selaku orang tua, mereka pasti merasa kesal dan tidak dihargai. Dibohongi oleh semata wayang dan sangat disayangi. Namun, meski nasi sudah menjadi bubur, toh masih tetap mengenyangkan dan enak untuk dimakan?Di satu sisi aku sangat bersyukur saat Abi mendukunh semua keputusan yang telah kuambil untuk rumah tanggaku. Walau Ibu masih bersikeras dengan pendapatnya, tapi setidaknya aku menjadi kuat karena dukungan dari Abi. "Apa perlu Ibu dan Ayah datang? Bukannya mereka bisa menghandel semuanya sendiri?"Suara Ibu terdengar datar di seberang telepon."Bu, kondisi Tiara sedang kritis. Entah apa penyebabnya. Aku juga baru tiba di rumah sakit. Mungkin Hadi sudah tau, tapi masih menyembunyikannya dariku. Ibu dan Ayah datang, ya. Hadi butuh Ibu dan Ayah di sini. Kasihan, Bu."Aku berusaha mengambil hati Ibu. Wanita itu tidaklah sekeras Umi. Hati Ib

  • BERBAGI SUAMI (TAMAT)    BAB 52: Tiara Kritis

    "Sudahlah, Di. Aku mau istirahat. Lelah!" seruku sambil berlalu meninggalkan lelaki itu."Aku belum selesai bicara, Nadia.""Kamu bukan sedang berbicara, melainkan membentak-bentak. Sebaiknya tenangkan dirimu terlebih dahulu." Aku berujar sambil terus berjalan ke arah kamar. Punggungku terasa sangat sakit. Seharian berada di rumah sakit membuat peredaran darah serasa kaku."Nadia. Sudah berapa kali secara diam-diam kamu menemui lelaki itu?"Mendengar pertanyaan Hadi yang sudah sangat berlebihan, membuat emosiku pun ikut tersulut."Aku bukan perempuan murahan. Camkan itu! Silakan kamu hubungi Azzam dan tanyakan apa saja yang ingin kamu tanyakan. Karena percuma juga aku menjelaskan, toh kamu tidak percaya."Aku menutup pintu kamar dan tak lupa menguncinya. Sebaiknya lelaki yang sedang berdiri di depan pintu kamar itu segera pergi dan menenangkan dirinya. Dia salah orang jika menuduhku yang tidak-tidak.Setelah membersihkan diri mengenakan pakaian yang lebih longgar, aku pun menonaktifka

DMCA.com Protection Status