Chapter: BAB 60: EKSTRA PART 3Bukanlah kesabaran, jika masih mempunyai batas dan bukanlah keikhlasan jika masih merasakan sakit. (anonymous)***Aku bahagia atas pernikahan Azzam dan Hanin. Sebuah kelegaan hadir di dalam jiwa ketika melihat sahabatku bisa berjodoh dengan seorang lelaki baik. Begitu juga Azzam, aku bersyukur karena pada akhirnya dia menikah juga. Sehingga Hadi tak perlu lagi merasakan cemburu yang berlebihan."Kalau tau dia jadi calon suaminya Hanin, aku ngga mau kasih kado honeymoon untuk mereka. Mendingan kasih cangkir plastik," ujar Hadi dengan raut wajah ditekuk. Kami sudah berada di dalam mobil menuju rumah.Resepsi digelar minggu depan. Otomatis, rencana untuk berbulan madu ke Jepang ditunda dulu hingga acara selesai."Sayang. Kita batal saja ke Jepang, ya. Masih banyak negara lain yang lebih bagus, kok. Belanda misalnya." Hadi kembali mengeluarkan pendapatnya.Aku geleng-geleng kepala melihat tingkah suamiku tersebut. Hal apa yang membuat ia sangat tidak suka melihat Azzam?"Apa karena Azzam
Terakhir Diperbarui: 2022-09-10
Chapter: BAB 59: EKSTRA PART 2"Gimana kalau kita ke Jepang juga? Barengan Hanin dan suaminya?" Hadi tersenyum di balik kemudi. Ia mengangguk, tapi tetap fokus ke jalan raya. Sebentar lagi kami akan tiba di masjid tempat akan nikah digelar. Belum terlambat.Mobil memasuki pelataran masjid menuju parkiran. Tampak banyak sekali mobil berjejer rapi di sini. Hadi mencari tempat kosong untuk memarkirkan mobil. Setelah selesai, kami turun dan memasuki masjid bersama.Setiba di dalam. Aku dan Hadi harus berpisah. Ia menuju tempat duduk para lelaki, sementara aku menuju barisan perempuan. Masjid telah dipenuhi oleh puluhan orang untuk menyaksikan ijab qabul Hanin dan suaminya.Tak susah mencari keberadaan Hanin. Ia duduk di barisan paling depan perempuan menghadap ke arah meja wali nikah.Aku mendekat sambil melihat-lihat yang mana calon Hanin? Belum jelas melihat, aku melihat Hanin menoleh ke arahku. Wanita itu tersenyum lebar dan memanggiku menggunakan tangannya."Kamu dampingin aku di sini," ucap Hanin setelah aku bers
Terakhir Diperbarui: 2022-09-10
Chapter: BAB 58: EKSTRA PART 1Setahun berlalu setelah kepergian Tiara. Aku dan Hadi tinggal di rumah yang sama. Yaitu di rumahku yang diberikan olehnya. Sedangkan rumah milik Tiara masih dalam kondisi kosong tak berpenghuni. Namun, dalam waktu dekat rumah tersebut akan disewakan atau dijual oleh Hadi. "Untuk apa dipertahankan begitu. Mubazir," ujarnya kemarin.Aku memberikan pilihan terbaik padanya. Dan sikap dia yang terakhir aku pun menyetujuinya.Kehidupan rumah tanggaku dan Hadi selalu dipenuhi kebahagiaan. Bahkan aku sudah lupa kapan terakhir mengeluarkan air mata. Hadi sudah sangat banyak berubah. Ya, Tuhan telah memberikan hasil dari apa yang pernah kutuai sebelumnya. Rasa sakit yang pernah kualami di masa awal pernikahan, terbalas sudah. Tunai!Janji Allah itu pasti. Tidak selamanya langit mendung menyisakan kesuraman. Pernahkan kalian melihat kapan munculnya pelangi? Ya, setelah hujan. Demikian juga denganku, sabar itu pahit, tapi akan berbuah manis. Hujan air mata yang kerap terjadi di dalam biduk rumah
Terakhir Diperbarui: 2022-09-10
Chapter: BAB 57: Ikhlas dan Adil (TAMAT) Bukan akhir seperti ini yang kuharapkan. Kematian Tiara sangat tiba-tiba. Sungguh janji Tuhan itu pasti. Kematian jaraknya sangat dekat dengan makhluk ciptaan-Nya.Hadi masih terpaku di depan gundukan tanah yang masih basah. Aroma khas menguar akibat percikan rintik hujan yang mulai menyapa. Abi, umi, ayah serta ibu telah terlebih dahulu meninggalkan pemakaman. Sementara orang tua Tiara yang berada du luar negeri tidak hadir di acara pemakaman sang anak.Aku bertahan di sini karena menanti Hadi. Mana mungkin aku beranjak, jika dia masih duduk termenung menatap nisan sang istri. Kelopak kembang warna-warni yang berserakan di atas gundukan tanah masih terlihat segar dan harum."Di. Pulang, yuk, "ajakku.Hadi tidak menjawab. Lelaki itu bergeming di tempatnya."Sayang. Mendungnya makin tebal. Mau hujan lebat. Kita pulang, ya."Masih seperti tadi. Dia mendiamkanku tanpa sepatah kata pun."Ikhlas, Di. Perlahan-lahan. Kematian akan menimpa semua orang.""Aku bersalah padanya." Akhirnya suara
Terakhir Diperbarui: 2022-09-10
Chapter: BAB 56: UjianAku bergegas berjalan di koridor rumah sakit. Tas slempang yang kusampirkan di bahu ikut berayun ke depan dan ke belakang. Pikiranku dipenuhi oleh Tiara. Tadi sudah sadar? Sekarang pingsan lagi? Dia sakit apa sebenarnya? Atau ada sesuatu yang Hadi sembunyikan dariku? Dengan perasaan berkecamuk, aku menyusuri lantai keramik berwarna putih.Tiba di depan pintu ruangan tempat Tiara dirawat, aku berhenti mengatur napas. Keringat membasahi dahi serta punggungku. Aku benar-benar merasa lelah. Setelah merasa cukup, aku pun membuka pintu kamar tersebut dan menutupnya kembali. Ada Hadi di sana. Dia berbalik badan melihat ke arahku. Perlahan aku berjalan mendekat. Lelaki itu pun menyambut sambil memelukku kuat. Dapat kurasa tubuhnya bergetar. Lelaki ini pasti sangat sedih pikirku."Sayang. Tiara ... Tiara!" serunya sambil merenggangkan pelukannya. Hadi menyebut nama wanita yang terbaring itu sambil terisak. Matanya sembab dan kemerahan."Kenapa bisa tidak sadarkan diri lagi?" tanyaku pelan seka
Terakhir Diperbarui: 2022-09-07
Chapter: BAB 55: Ikhlas itu: Mudah Diucapkan, Sulit Diterapkan"Jangan sampai ada keributan. Kumohon," ujarku sedikit memelas."Kita lihat nanti. Ada asap api!"Hadi menggamit lenganku menuju meja kosong di sudut kantin. Ruangan kantin tidak terlalu luas, memudahkan kita untuk memindai wajah siapa saja yang mengunjungi kantin.Kami duduk berselang beberapa meja dengan Azzam. Lelaki itu duduk sendiri, dia masih terlihat sibuk dengan ponselnya."Ganti posisi. Kamu duduk di sini." Hadi memerintah agar aku duduk di sisinya."Di sini aja. Susah di situ. Sempit." Aku beralasan."Sempit atau karena ingin melihat mantanmu itu dengan jelas?" Hadi berujar ketus.Aku serba salah. Kali ini Hadi memang berkata benar. Aku memang sedang mengintai Azzam. Bukan berarti meliriknya sesekali karena mencari perhatian, melainkan aku hanya ingin memastikan jika lelaki itu tidak menyadari kehadiran kami. Namun, seperti percuma memberi alasan pada Hadi. Rasa cemburunya tampak lebih besar."Di, bisa tidak kamu berpikiran positif untukku?" tanyaku menekan suara."Jadi kena
Terakhir Diperbarui: 2022-09-07
Chapter: BAB 50: (POV RAIHAN) (TAMAT) "Menuruti emosi dan keras kepala hanya akan merugikan, dan penyesalan adalah hadiah yang tepat untuk diterima."***Aku duduk termenung di depan gundukan tanah Merah yang masih basah. Aroma khas dari tanah yang disiram rintik hujan menyapa lembut di indra penciuman. Para pelayat yang lain sudah meninggalkan tanah pekuburan. Hanya aku, Abah, Mak, Ibu serta beberapa tetangga dekat yang masih bertahan.Kami masih khusyu dengan doa masing-masing. Terutama aku, banyak hal yang masih kupertanyakan pada Tuhan, juga banyak hal yang akan kupinta pada-Nya. "Raihan, sudah. Kita pulang. Sebentar lagi hujan lebat," ujar Abah. Sebelah tangannya berada di pundakku. Aku bergeming. Hanya menggeleng saja tanpa menoleh ke arah Abah. "Besok dilanjut lagi, Nak Raihan. Kamu juga harus istirahat. Semalam kamu belum tidur." Kudengar suara Mak ikut menimpali. "Aku masih ingin ngobrol dengan Aira, Mak, Bah. Aku masih mau di sini.""Ya sudah. Kami pergi terlebih dahulu, ya. Ibu tunggu di rumah mertuamu."Aku
Terakhir Diperbarui: 2022-11-20
Chapter: BAB 49: (POV RAIHAN) "Aira....!"Aku berteriak nyalang. Bungkusan rujak di dalam kantong lepas di tangan. Mak dan Abah berbalik badan. Tangis keduanya semakin menjadi saat melihatku masih berdiri di belakang mereka.Aku menubruk tubuh Aira dan segera mengangkatnya sambil berlari ke luar rumah. Darah segar masih saja tampak mengalir menyentuh telapak kaki wanita yang sudah sangat pucat ini. Panik dan bingung membuatku tak bisa berpikir jernih. Di belakangku Mak dan Abah masih menangis sambil ikut berlari mengikutiku. "Aira. Bangun, Sayang. Ini Mas datang. Mas bawa rujak pesananmu, Sayang."Aku menunggu Abah dan Mak masuk di bangku belakang. Kemudian aku meletakkan Aira perlahan di atas pangkuan mereka. "Raihan. Cepat, Nak. Aira sudah sangat lemah."Tanganku gemetar saat memasukkan kunci ke dalam lubangnya. Tubuhku pun telah basah oleh keringat dingin. "Bah, ajak Aira bicara. Buat dia selalu sadar."Entah ilmu dari mana itu, yang ada di pikiranku adalah Aira harus sadar. Jangan sampai dia tertidur selama
Terakhir Diperbarui: 2022-11-20
Chapter: BAB 48: (POV RAIHAN) POV RAIHAN***Setelah menghabiskan waktu satu jam menelepon Aira setelah subuh tadi, pagi ini aku berkemas dengan semangat. Tak sabar ingin menyelesaikan pekerjaan dan segera menjemput Aira di Surabaya. Aku ingin memeluknya dan bersimpuh di kaki wanita itu. Kesalahanku padanya sudah menggunung. Kuhadapi meja makan seorang diri. Biasanya selalu ada Aira menemani. Kali ini aku sarapan tanpa ditemani tatapan penuh cinta istriku. Aku sungguh menyesal telah menyia-nyiakannya beberapa hari ini. Mendiamkan Aira tanpa mempedulikannya sama sekali. Ponsel bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk dan segera kubuka. Aku berharap itu adalah Aira. Benar saja, sebuah pesan masuk dari istriku. [Apa Mas masih menyimpan rasa untuk Safia?]Apakah dia masih belum percaya dengan penjelasanku kemarin? Yang dilihat oleh Aira di dekat lampu lalu lintas itu bukanlah sebuah kesengajaan. Lagi pula Safia telah menjadi istri orang. Dia adalah masa lalu yang sudah kukubur dalam-dalam. Jika pun sekarang aku be
Terakhir Diperbarui: 2022-11-18
Chapter: BAB 47: (POV RAIHAN) "Pak, para klien sudah berkumpul di restoran, bapak di mana?" tanya Omar di seberang telepon. Aku menancap gas agar tak terlambat. Masih tersisa setengah jam lagi."Iya. 15 menit lagi. Minta mereka untuk menunggu sebentar lagi.""Bu Aira bagaimana?""Mereka sudah pergi. Kami selisih di jalan."Aku baru saja dari kafe yang disebutkan Aira tadi malam. Namun, setiba di sana, menurut karyawan kafe, mereka baru saja keluar dari tempat tersebut. Aku tidak menemukan siapa pun. Bermaksud menelepon Aira, ponselku pun tertinggal di dalam mobil. Begitu berada di dalam mobil, aku malah lupa menghubungi Aira karena panik mengejar waktu agar tak terlambat. Benar saja, ternyata para klien telah menunggu di restoran bersama Omar."Pak, saya boleh minta tolong? Safia di dalam taksi sekarang hendak menemuiku. Menurut Safia, sopir taksi tersebut sedang terburu-buru. Anaknya meninggal. Bisa Pak Raihan menunggu Safia sebentar. Posisinya ngga jauh dari posisi bapak sekarang.""Wah, kenapa dia ngga menumpa
Terakhir Diperbarui: 2022-11-18
Chapter: BAB 46Berulang kali Aira menghubungi suaminya, akan tetapi Raihan tidak memberikan respon apa-apa. Aira merasa khawatir, karena sebentar lagi mereka akan tiba di lokasi tempat yang telah ditentukan. Adit juga telah mengirim pesan di IG sejak tadi, lelaki itu memberitahukan pada Aira jika ia telah tiba sejak tadi dan sedang menunggu kedatangan Aira. "Lu yakin, Ai, mau jumpa Adit tanpa suami lu?" tanya Lita. Wanita itu telah melambankan laju mobilnya. Aira tak menjawab. Ia hanya menaikkan bahu pertanda bimbang. "Ngga pa-pa, deh! Kalau suami lu memang ngga bisa datang, kami saja yang akan menghandel semuanya," ucap Sania kemudian. Aira merasa tak mungkin membatalkan pertemuan dengan Adit. Ini adalah kesempatannya untuk berbicara dengan lelaki itu. Padahal sudah sejak tadi malam Aira memberitahukan pada Raihan, agar lelaki itu bisa meluangkan sedikit waktu untuk pertemuan yang telah direncanakan. Namun, dia malah tak bisa dihubungi. Aira memantapkan diri untuk keluar dan segera menemui Adi
Terakhir Diperbarui: 2022-11-18
Chapter: BAB 45: (POV AIRA) POV AIRA***Mas Raihan meneleponku. Dia marah karena Lita serta Sania menghubunginya. Dua sahabatku itu memang keras kepala. Sudah kukatakan agar jangan menghubungi Mas Raihan, tapi mereka tetap melakukannya. Percuma menelepon Mas Raihan, apa lagi menjelaskan semuanya tanpa bukti yang akurat. Mas Raihan tidak akan percaya karena dia mengira jika aku dan kedua sahabatku pasti bersekongkol. Aku tetap menghubungi Adit dan menetapkan jadwal pertemuan kami besok. Dari cara-cara lelaki membalas pesanku, dia terlihat sangat antusias. [Wow! Akhirnya aku bisa melepaskan rindu bersamamu, Cantik!]Muak aku membaca pesan balasan dari Adit. Kita lihat saja besok apa yang akan terjadi. [Kamu memang jahat, Dit. Tega sekali mau merusak rumah tanggaku.]Aku membalas pesan lelaki itu. [Lho! Aku ngga suka lihat suamimu, Ai!]Terserah juga dia mau bilang apa, aku akan menyelesaikan semuanya besok. Mas Raihan juga telah kuajak untuk ikut serta. Lelah rasanya berlarut-larut dalam masalah ini. Ditambah
Terakhir Diperbarui: 2022-11-14
Chapter: Bab 21: Tetangga ToxicAku lelah! Sungguh. Cobaan apa lagi yang Tuhan berikan untukku? Bertubi-tubi tanpa henti. Rasanya belum sempat aku menarik napas akibat kecurigaanku pada Mas Bagas tempo hari. Hari ini, aku duduk di sini dalam keadaan yang menyedihkan. Kondisiku sekarang tentu akan menyusahkan banyak orang, terutama keluargaku sendiri. Aku memerlukan mereka. Mereka adalah pengganti penglihatanku. Terutama Ibu, wanita kuat yang menjadi tongkatku saat aku terpuruk. Ibu tak lelah membantu saat aku tertatih menghadapi kenyataan pahit yang kuterima. Ibu selalu ada dalam suka dan duka. Menghapus setiap tetes air mata yang tak henti mengalir. Hari bergulir begitu cepat. Aku sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Meskipun terkadang masih sering menangisi diri sendiri, akan tetapi aku sudah bisa lebih mandiri. Ibu mengutarakan jika ia ingin pulang. "Kasihan Bapak. Nggak ada temennya." Begitu alasan Ibu saat aku melarangnya. Aku meminta Ibu untuk bertahan beberapa minggu lagi, akan tetapi ia menolak dengan l
Terakhir Diperbarui: 2023-01-05
Chapter: Bab 20: (POV BAGAS) Rahasia BagasDua minggu kemudian. Di dalam kamar, aku sedang menenangkan Hanum. Sejak satu jam lalu dia tak henti menangis. Hanum belum bisa menerima kondisinya saat ini. Meski dokter telah menjelaskan jika kebutaan yang dialami hanya sementara, akan tetapi Hanum tetap histeris. Sejak sadarkan diri satu minggu lalu, aku kewalahan menenangkan istriku. Untung saja Ibu mau diajak tinggal untuk sementara waktu bersama kami. Menemani Hanum selama aku bekerja. Sementara Bapak harus pulang, dan akan kembali jika urusan peternakannya sudah selesai. Ya, Bapak mempunyai beberapa perternakan sapi di daerahnya."Sudah, Sayang, jangan nangis terus. Nanti kepalamu sakit." Aku mencoba menenangkan kembali. Hanum masih terisak di sampingku. Matanya terbuka dan sesekali berkedip. Namun, penglihatannya sama sekali tak bisa berfungsi. Penyebab kebutaan Hanum adalah karena benturan yang terjadi saat kecelakaan. Terdapat peradangan dan pembengkakan di dalam mata sehingga menekan saraf-saraf penglihatan. Ada dua opsi
Terakhir Diperbarui: 2022-12-24
Chapter: Bab 19: (Pov Bagas) Berita DukaTuhan ... Apa yang kulakukan? Aku telah mencelakai Hanum. Dia terluka. Kenapa aku bisa sampai lengah dan menuruti amarah? Berulang kali Hanum melarang, akan tetapi sama sekali tak kuindahkan. Sayang, maafkan aku. Mas salah. Semua terjadi karena kelalaianku. Kupandangi istriku yang terbaring di ruang ICU. Dia belum sadarkan diri sejak kemarin. Kondisinya buruk dan sedang ditangani dengan serius oleh dokter. Rasa bersalahku terus membuncah, apalagi saat melihat air mata ibu mertua yang tumpah ruah. Di sisi kanan kamar ICU ada Sarah serta suaminya. Mereka baru saja tiba. Sarah tak henti menenangkan ibu mertuaku. Wanita paruh baya itu tampak lemah dan terpukul. "Bagas, sebaiknya kamu istirahat dulu. Biar kami yang jaga di sini." Irfan suami Sarah menegurku. Entah kapan dia mendekatiku, padahal baru saja aku melihatnya duduk di dekat Sarah. "Iya. Tapi aku ngga bisa istirahat. Pikiranku tak tenang, Fan," ucapku seraya menekan kesedihan yang terus menggedor rongga jiwa. "Kamu juga terl
Terakhir Diperbarui: 2022-12-24
Chapter: Bab 18: Bertemu PelakorAku setuju untuk bertemu dengan Anita. Seperti kata Sarah, setiap permasalahan harus diselesaikan, bukan dibiarkan berlarut-larut tanpa kepastian. Aku sudah menguatkan hati, apa pun yang aku dengar nantinya, setidaknya aku sudah menyiapkan diri untuk kuat. Kami menunggu Anita di sebuah kafe tak jauh dari apartemen yang kutempati sementara. Mas Bagas duduk di sampingku. Dia tampak sibuk dengan smartphone-nya. Aku juga tak banyak bicara, sesekali kusedot minuman, kemudian mengaduk-aduk kembali menggunakan sedotan. "Ngobrol, dong. Jangan diem aja." Mas Bagas membuka percakapan. Aku melirik sekilas, lalu kembali asik dengan gelas berisi jus jeruk dingin kesukaanku. "Mau ngobrol apa? Mas aja asik sendiri dengan HP." Aku berkata jutek. Mas Bagas meletakkan ponselnya di atas meja. Sesekali layar ponsel menyala kemudian padam dengan sendirinya. "Itu dia," ujar Mas Bagas. Aku melihat ke arah pintu masuk. Seorang wanita yang memiliki postur tinggi semampai datang menghampiri kami. Dia ada
Terakhir Diperbarui: 2022-12-24
Chapter: BAB 17: (POV BAGAS) PILIH SIAPA? "Ngapain ke sini?" tanya Hanum sinis. Aku memberikan isyarat gerakan pada Mira agar ia seger pergi meninggalkan aku dan Hanum. "Mas mau ngobrol. Kita ngga bisa berlama-lama begini," ujarku pelan. "Aku belum mau membahas apa pun, Mas. Aku masih mau sendiri. Kami pulang aja!" Hanum bersikeras. "Mana bisa begitu? Mas ngga bisa pulang kalau kamu nggak ikut sekalian. Besok Ibu dan Bapak mau berkunjung. Mas harus jawab apa kalau kamu nggak ada di rumah?" "Bilang aja sedang ada kerja di luar kota. Simpel kan?" Hanum mengelak. "Nggak bisa, Sayang. Mas ngga bisa bohongin Ibu sama Bapak."Hanum berbalik badan. Mata kami saling beradu. Dia menatapku tajam sambil menyunggingkan senyum sinis. Hanum yang manis terlihat amat berbeda. "Kenapa kamu ngga bisa bohongi orang tuaku? Sementara aku aja bisa kamu bohongi, konon lagi mereka."Aku menelan ludah. Sorotan matanya menusuk tajam menghujam jantungku. ***Sebelum bertemu Hanum. Hanum tidak di rumah orang tuanya? Ke mana dia? Aku tahu dia pun
Terakhir Diperbarui: 2022-12-24
Chapter: Bab 15: TercydukSETAHUN TAK DISENTUH SUAMIBAB 15***Puluhan panggilan dari Mas Bagas tertera di layar ponsel. Aku mengabaikannya. Setiba di rumah, segera kuraih koper dan memasukkan baju-baju yang bergantungan di lemari. Emosi dan rasa sakit hati yang masih memeluk jiwa membuatku susah untuk mengendalikan diri. Aku mengacak-acak isi lemari dan mengempaskan semua ke lantai. Tangisanku pecah kembali. Mengingat perlakuan Mas Bagas selama ini. Sungguh lelaki yang tak layak untuk dipertahankan. "Hanum. Astaghfirullah. Tenang. Kendalikan dirimu!"Seseorang memelukku dari belakang. Itu Mas Bagas. Aku tahu sekali. Dia memelukku erat. Menahan tubuhku melakukan hal yang semakin brutal. "Sayang. Istighfar. Dengarkan Mas. Mas di sini, Sayang."Aku menyikut perutnya menggunakan siku. Mas Bagas mengaduh. Tak sudi rasanya tubuhku disentuh oleh lelaki itu lagi. Untuk apa dia melarangku? Memangnya dia peduli? "Minggir. Jangan sentuh aku!" Teriakanku semakin menjadi. "Hanum, tenang dulu! Kita bicarakan baik-baik
Terakhir Diperbarui: 2022-12-19