Semua Bab PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN: Bab 31 - Bab 40

126 Bab

Bab 31

Rindu, Cinta dan LukaBy: Ayu SyafitriRinduDia hadirMengalahkan derasnya hujanNamun, tidak berhasil mengusikmuApakah hatimu telah beku?Matamu telah buta?Ada apa?Terluka?Bukan!Aku tahu!Kamu mengedepankan egoAgar dapat membunuh perasaanmuAku bukan terobsesi padamuMelainkan sedang berusahaMenyulam rinduUntukmuAkuMasih mencintaimuWalau raga iniTak lagi nampak olehmu~~~"Kamu gak mau ambil fotomu? Soalnya aku mau hapus di sini.""Bukan hanya di galeri, aku juga akan menghapus namamu di hati dan doaku.""Tentu, aku tetap akan mendoakan kebahagiaanmu dengan Akbar."Kalimat Gio terngiang-ngiang dalam pikiran padahal bukan inginku untuk bertemu dengannya pagi tadi setelah kepergian Akbar. Mungkin karena melihat aku tadi malam, dia semakin sadar kalau perempuan yang dicintainya memang pantas untuk lelaki lain.Gio salah, aku pantas dan ditakdirkan untuknya bukan dengan lelaki lain. Hanya saja semua butuh waktu dan proses, aku percaya itu.Aku merasa tulang-tulangku lemah se
Baca selengkapnya

Bab 32

PoV Akbar___"Pasti Ayu nungguin, nih. Mana ponselnya gak aktif lagi!" gumamku sambil menambah kecepatan mobil karena tidak sabar mau sampai ke rumah.Sejak sore tadi akun Whats*pp-nya tidak aktif, ditelepon juga tidak tersambung. Itulah mengapa sejak awal aku ingin Mbok Marni kerja di rumah karena kalau ada apa-apa dia bisa mengabari.Sekarang kami sudah rasakan akibatnya. Ayu sama sekali tidak ada kabar, aku khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di rumah. Aku juga memaksa diri untuk lembur gara-gara sibuk dengan prasangka baik.Mungkin sebaiknya aku juga meminta nomor Dian nanti biar kalau Ayu menghilang di sosial media lagi, aku bisa bertanya padanya. Ah, semoga saja prasangkaku kalau dia memang sibuk belanja atau menonton.Berulang kali aku klakson, tetapi pintu gerbang tidak juga dibuka. Mau tidak mau aku harus turun, setelah itu berlari masuk rumah meninggalkan mobil di luar begitu melihat lampu tidak ada yang menyala."Apa jangan-jangan Ayu pingsan?" tanyaku khawatir
Baca selengkapnya

Bab 33

PoV Ayu____"Iya, maaf karena tadi aku sengaja mengikuti Akbar dari belakang khawatir dia kenapa-kenapa. Apalagi kan ini sudah malam, dia juga lelah habis kerja terus nyari kamu." Gio menatapku lekat.Kini aku mengerti kalau alasan mengikuti adalah karena rasa khawatirnya yang tinggi. Sekarang hatiku sudah membaik. Senyum pun sudah terbit di bibir."Sekarang kamu pulang dan ingat, jangan ngelakuin ini lagi. Kasian kalau Akbar nyari kamu sampai pagi dan besoknya berangkat kerja lagi. Akbar sayang sama kamu, Ay ... yu."Mungkin Akbar merasa cemburu sehingga tangan kanannya merangkul pundakku. Melihat perubahan wajah Gio, aku langsung menepis tangannya dan melangkah cepat ke mobil Akbar.Mereka berdua mengobrol, entah apa yang dibicarakan. Namun, dari tatapan Akbar, sepertinya ini hal serius. Aku jadi tidak enak pada Gio."Ayo, kita pulang!" ajak Akbar begitu masuk mobil padahal sejak tadi aku menunggunya."Kenapa pergi?" tanyany
Baca selengkapnya

Bab 34

Aku menundukkan wajah begitu bertemu mata dengan Akbar. Sejak tadi subuh aku menangisi diri yang sudah tidak perawan lagi dan semoga Gio mengerti kalau ini bukan kehendakku.Jangan sampai karena hal ini membuatnya enggan bersamaku kembali. Maka dari itu aku berinisiatif untuk menyembunyikannya sampai waktu itu tiba."Kenapa murung sampe nangis gitu?""Ya kan tadi malam kamu gak bisa nahan diri. Dibilang jangan macam-macam!" gerutuku kesal.Akbar terkekeh pelan. "Maaf, ya, Sayang." Tangan kanannya memegang pucuk kepalaku yang masih basah karena harus mandi sebelum subuh. "Lain kali aku gak bakal mendadak gitu. Abis tadi malam kamu cantik banget.""Tetap saja. Ini kamu udah ambil.""Loh, kamu kan istri aku, sementara aku ini suami kamu. Wajar kan ada ibadah seperti itu bahkan pahalanya gede. Kamu kenapa sih gak mau aku sentuh sampe nangis kek gitu? Ada masalah?"Aku membuang wajah karena benar-benar ngambek. Akbar malah terkekeh pelan t
Baca selengkapnya

Bab 35

Sabtu pagi, Akbar disibukkan dengan mengurus rumah serta memasak karena aku sudah dua hari ini mengurung diri dalam kamar. Gio belum tahu perkara malam itu, tetapi sikapnya begitu dingin.Aku sudah mencoba mengirim pesan via Whats*pp dan Facebo0k, tidak ada satu pun yang dibaca apalagi dibalas. Padahal dia sering online dan pasang status. Dari caption-nya menggambarkan kebahagiaan."Ayu, aku mau nanya sama kamu. Boleh?" Akbar melangkah masuk kamar, kemudian duduk di tepi ranjang menghadapku."Boleh. Nanya apa?""Kenapa menangis terus, aku perhatiin dua hari ini kamu kayak sedih gitu. Menyesal menikah sama aku?"Pertanyaan Akbar sedikit menohok hati. Pada matanya yang teduh terpancar luka paling dalam. Aku berusaha menelan kesedihan untuk menutupi kebohongan."Bukan gitu. Aku cuma gak nyangka aja bakal nikah secepat ini sama orang yang baru aku kenal. Bukan cuma itu, aku juga rindu sama ibu, ayah dan juga Mbak Rina." Terpaksa berbohong.Memang tidak sepenuhnya bohong karena memang rind
Baca selengkapnya

Bab 36

"Gio ...." Aku menatap mata Akbar lekat. "Tidak apa-apa.""Bilang sama aku, Ay. Tenang aja, aku janji gak bakal marah kalo memang ada rahasia."Aku memaksa diri bangun dan bersandar pada kepala ranjang. Sepertinya memang sudah saatnya Akbar tahu. Aku juga sudah tidak tahan untuk menjalani kehidupan pernikahan konyol ini.Kami duduk saling berhadapan, Akbar memegang tanganku erat. Aku merasa dia sudah sangat siap menerima kenyataan sesakit apa pun hatinya nanti."Gio sebenarnya masa laluku dan perempuan yang meninggalkannya karena menikah dengan lelaki pilihan ibu adalah aku."Untuk sejenak Akbar tertegun, matanya berembun sementara napasnya berembus berat. Namun, tidak lama karena sekarang bibirnya sudah mengukir senyum.Walau aku tahu kalau senyumnya palsu sekaligus menyimpan luka sangat dalam."Lalu? Apa sekarang masih mencintainya?" Senyum Akbar masih sama, tidak pudar sedikitpun."Tidak.""Ceritakan semuanya, Ay. Aku siap mendengarkan!""Maaf kalau aku harus jujur sama kamu, By. I
Baca selengkapnya

Bab 37

"Janji? Satu hal? Apa?"Akbar mengulum senyum. "Sebelum kita masuk rumah, ada janji yang harus kita sepakati. Ini demi kebaikan bersama karena hidup dalam satu rumah artinya harus saling mencintai, care dan sebagainya.""Jadi aku janji apa?" tanyaku yang mungkin dengan tampang blo'on."Kamu harus janji sama aku untuk belajar melupakan Gio. Maksudku melupakan masa lalu kalian, berhenti mencintainya dan hanya mencintaiku sebagai suami kamu."Untuk sesaat aku tertegun mendengar permintaan Akbar. Bagi orang lain, itu terdengar sepele, tidak denganku yang masih disekap masa lalu.Pikiran menerawang jauh untuk sesaat, kemudian aku mengikutinya dengan menatap langit yang perlahan berubah mendung. Apakah semesta tidak suka dengan sikapku yang durhaka pada suami?Akbar memegang kedua tanganku seakan menaruh sebuah harapan."Baiklah, aku janji akan berubah demi kamu, By. Mulai saat ini aku anggap Gio cuma temen dan tetangga sebelah rumah. Aku akan berusaha melupakan masa lalu dan menerima kehen
Baca selengkapnya

Bab 38

Dian belum menyebutkan nama perempuan itu, tetapi panggilan langsung terputus. Aku mendengkus kesal dengan prasangka mereka semua bekerja sama untuk menutupinya.Daripada bingung begini, mungkin sebaiknya aku menelepon Akbar memintanya pulang. Aku paling tidak suka dikerjai seperti ini apalagi dia ada orang lain yang tidak aku kenal.Kalau Akbar jatuh cinta sama perempuan itu, aku berakhir dimadu? Sudah menikah paksa, masa iya diduakan juga? No!Aku mencari-cari nomor Akbar dan melakukan panggilan suara. Lama baru tersambung. "Akbar, tolong!" teriakku."Kamu kenapa, Ay?""Ini aku mau disekap. Cepet datang ke sini!""Iya-iya, aku ke sana sekarang!" Akbar semakin panik.Biar lebih meyakinkan lagi, aku berteriak, kemudian memutus sambungan telepon. Akbar pasti merasa bersalah sudah meninggalkanku. Sekarang waktunya acting!***Aku duduk di ruang tamu dengan posisi santai sambil menikmati cemilan dan teh hangat. Tentu ponsel tidak mau ketinggalan. Aku menonton video pendek yang kebetulan
Baca selengkapnya

Bab 39

Begitu Akbar menghilang dari pandangan, aku langsung menyelinap masuk ke pekarangan rumah Gio. Untung saja gerbangnya sedikit terbuka sehingga memudahkanku untuk menemuinya.Dalam waktu yang sama, Gio keluar rumah sambil memakai helm. Aku mengukir senyum manis lantas melambaikan tangan padanya dengan anggun."Ayu? Ngapain di sini?""Gio, kamu harusnya gak nanya gitu ke aku. Kamu ke mana selama ini? WA gak bales, adanya dibaca doang padahal rajin online. Ngapa, sih?" Aku berkacak pinggang.Lelaki bertubuh jangkung itu membuang napas kasar. Matanya melirik ke kanan dan kiri tidak menentu arah. Aku tersenyum kecut melihatnya sulit memberi jawaban."Sore nanti aku harus pergi dari sini, baliknya entah kapan," lanjutku hingga kami beradu pandang.Aku tidak melihat gurat kesedihan di wajahnya, lelaki itu bahkan tidak memberi respon apa-apa. Mungkinkah dia bahagia kalau aku sudah tidak menjadi tetangganya lagi?Gio merogoh kantong celana, dia mengeluarkan benda pipih berwarna hitam. Segera a
Baca selengkapnya

Bab 40

Sesampainya di rumah mertua, aku langsung menghela napas panjang. Ini kali pertama kami ke sini setelah menikah. Aku takut mereka baik di awal saja.Di luar sana banyak sekali mertua yang sangat benci pada menantu. Terutama sang ibu, biasanya mereka akan cemburu kalau anak lelakinya terkesan mementingkan sang istri padahal itu semua kan sudah menjadi kewajiban.Memang surga suami masih ada pada ibunya, tetapi memenuhi kebutuhan istri adalah kewajiban. Adil bukan dibagi sama rata, ada aturannya dan semoga Akbar mengerti."Ay, kok bengong?""Eh, iya. Udah sampe, ya?""Ngelamun?"Aku hanya tersenyum tipis, kemudian keluar dari mobil mengekori Akbar yang sudah menenteng tas kami. Tas besar itu penuh seperti akan menginap satu minggu saja.Pintu terbuka lebar, ibu dan ayah mertua menyambut kami dengan baik. Aku senang karena tidak dipandang sinis oleh mereka seperti menantu di channel Indosi4r."Mending mandi dulu, kalian pasti capek, kan? Bentar lagi juga isya!" pinta ibu mertua.Sekali l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status