"Ma-maksud aku batu giok, By." Aku menjawab asal seraya tersenyum manis.Mata Akbar memicing, setelah itu alis kanannya terangkat tipis. "Memangnya kenapa dengan batu giok?""Aku penasaran sama batu giok, By, soalnya gak pernah lihat. Oh iya, laper nih. Kamu gak laper? Mau aku masakin apa suapin gitu?" cecarku karena tentu saja merasa sangat bersalah.Lagi pula Akbar tidak boleh tahu tentang Gio atau dia akan mengadu pada ibu. Bukan hanya itu, rencana untuk mengunjungi sang kekasih bisa batal karena kami akan pindah rumah atau kemungkinan buruk lainnya.Yup, aku sudah mendapat ide harus melakukan apa saja selama di sini, toh tidak harus bekerja lagi karena diminta resign walau belum memberi kabar pada Kak Rina juga."Kamu bisa masak?"Baru saja ingin menjawab, aroma masakan sudah menguar dalam hidung. Aku menarik lengan Akbar, menuntunnya keluar kamar. Tepat di meja makan sudah terhidang masakan istimewa."Sejak kapan Mbok masak?" tanyaku langsung menyambar piring kosong."Tadi, Bu. N
Read more