All Chapters of Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70

170 Chapters

Bab 61

Suasana sunyi sangat terasa. Hanya detak jarum jam yang terdengar memenuhi udara di dalam kamar. Perlahan, aku membuka mata. Dalam temaram cahaya lampu kamar, aku melihat seseorang tengah bersujud di samping meja.Siapa dia, yang berada di kamarku malam-malam begini?Tak ada yang berada di dalam sini sepanjang malam, selain aku dan ibu. Sesekali memang Mas Dika dan Ayah datang, tapi hanya sebentar. Tapi kini, kulihat sudah jam tiga pagi, dan ada seseorang yang asing, bahkan melaksanakan ibadah di sini. Hingga ia bangun dari sujud panjangnya, membuat aku mengernyitkan kening saat kukenali ia sebagai Pak Hanan. Hei, kenapa dia berani masuk ke kamarku pagi buta begini? Di saat aku sedang tidur pula. Menyapu pandang ke seluruh isi kamar, pandanganku terhenti pada beberapa bungkus kado di atas meja. Terdiam sejenak, lantas kedua mataku membesar, saat menyadari sesuatu. Astaghfirullah, baru tersadar, kalau aku kini sudah menjadi seorang istri.
last updateLast Updated : 2022-08-21
Read more

Bab 62

"Nanti kita berkunjung ke sana, ya? Biar bagaimana pun, dia berperan banyak dalam pernikahan kita. Ya?" pintanya, yang segera kuiyakan.Kulihat ia membuang muka ke jendela yang tertutup tirai setelahnya. Mau tak mau membuat aku bertanya-tanya, ada apa sebenarnya?Wajah Kak Dirga melintas begitu saja. Ia bahkan baru pulang saat hari telah gelap. Ia menyaksikan semua acara hingga selesai. Sang ibu juga tak kulihat keberadaannya. Rasa bersalah menderaku tanpa bisa kucegah. "Pak, ada apa?" tanyaku ingin tau."Tidak, tidak ada apa-apa, apa kamu mau sesuatu, minum misalnya?" tawarnya, setelah terlihat menguasai diri."Boleh. Ya udah, aku ambil minum dulu, ya, Pak." Aku beringsut hendak turun, tapi tangannya mencegahku."Eh, kamu di sini aja, bentar, ya."Ia sudah beranjak meninggalkan kamar sebelum kuiyakan. Tak lama kemudian ia telah kembali dengan segelas air hangat yang segera kusambut."Terima kasih, Pak," u
last updateLast Updated : 2022-08-21
Read more

Bab 63

Jarum jam menunjuk angka dua, saat Pak Hanan pulang ke rumah ini. Gegas kuambil air minum, untuk menyambut ia yang baru pulang kerja, seperti pesan ibu.Ia tak sendiri. Ada dua mobil lain berpenumpang penuh yang ikut serta, bersamaan dengan kedatangannya. Sekelompok orang dengan kostum yang membuat aku insecure seketika. Pak Hanan, ia justru memilih masuk ke kamar, dengan menarik tanganku, sementara yang lain mulai terdengar berbincang di ruang tamu."Ini kok malah ke sini, sih, Mas? Mereka, siapa, Mas? Keluarga kamu?" tanyaku beruntun, begitu ia menghabiskan segelas air yang kusuguhkan."Makasih, Sayang. Iya, mereka semua, keluarga suami kamu ini," jawabnya, lantas menyerahkan gelas tersebut."Lah, keluarganya ke sini kok malah ngumpet di kamar, sih, Mas, bukannya ditemui," protesku. Tadi pagi saja ia berpesan supaya aku bersiap menyambut kedatangan mereka, sekarang sudah sampai di sini, malah dibawanya aku masuk ke kamar. Maunya apa co
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more

Bab 64

"Wah, hebat, ya. Nggak apa-apa, nanti habis ini bawa dia kuliah, Nan. Mau ya, Mbak Husna?" beliau bertanya dengan memegang lenganku. Aku masih terhenyak mendapatkan titah seperti ini, tak menyangka sama sekali sebelumnya. Kuminta persetujuan dari suamiku, ia menjawab dengan senyum dan anggukan. Melintas begitu saja, pertanyaan Pak Hanan saat kami berdua selesai menikmati es krim dulu, ia juga melontarkan pertanyaan yang sama."Ya udah, dipikir-pikir dulu, nggak mesti jawab sekarang. Nanti ke sana, ya, nginep di rumah Mama. Biar tau sana, belum pernah dibawa ke sana, kan, sama Hanan? Kamu gimana, sih, Nan?"Aku mengangguk, sementara Pak Hanan tak berkutik dicecar sang ibu. Sesekali kulihat ia menggaruk kepala yang tak gatal."Boleh kan, Bu?" Kini ia beralih minta ijin pada Ibu."Iya, tentu saja boleh. Pernikahan kan bukan hanya menyatukan dua hati, tapi juga dua keluarga. Iya kan, Bu?""Nah, itu, betul, Bu. Aduh, maafkan anak say
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more

Bab 65

Sebuah genggaman lembut di kedua kaki, menimbulkan rasa dingin di sana, lantas membuat aku mengerjapkan mata. Sayup-sayup suara adzan menyapa indera pendengaran.Wajah yang tersenyum, menyambut terbukanya mata ini. Senyum yang semakin lama, membuat aku semakin jatuh hati pada lelaki ini. Juga perlakuan manisnya, yang membuat aku merasa dicintai setulus hati."Bangun, Sayang, sudah Maghrib ini," ujarnya perlahan. Ia mendaratkan bibirnya di puncak kepala, membuat aku memejamkan mata. Lagi."Yah, dia merem lagi. Ayo, bangun dong, nggak boleh tidur Maghrib istriku yang cantik," ujarnya, lantas dicubitnya hidung ini. "Ini Maghrib? Bukannya Subuh?" tanyaku, sambil melihat sekeliling.Seingatku, tadi aku berbaring, sambil menunggu ia selesai membersihkan diri dan melaksanakan sholatnya. Kulihat jam dinding, hampir jam enam. Semburat warna jingga juga masih terlihat dari jendela yang masih terbuka."Bukan, Sayang. Ayo, bangun dulu, dong
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Bab 66

Sang ibu tak dapat menyembunyikan raut khawatir di wajahnya. Dengan sigap, ia mengambil air hangat untuk membasahi tenggorokan sang anak. Ia mengelus punggung sang putra hingga batuknya mulai reda."Kakak lagi sakit?" tanyaku. Tak bisa kututupi rasa khawatir ini. Aku merasa suara batuknya bukan batuk biasa. Seperti sulit untuk dikeluarkan, tapi ditahan juga tak bisa. Aku yang melihat saja merasa kalau itu sangat sakit."Ya, gini, lagi kena batuk sama flu aja. Nggak apa-apa ini, iya kan, Nan?"Kedua lelaki ini saling bersitatap sejenak, lantas Pak Hanan menganggukkan kepalanya. Secepat ini ia sakit. Bukankah kemarin ia masih baik-baik saja, dan, sehat?"Diminum dulu, Nak," ujar Bu Ndari menawarkan, membuat suasana canggung terhenti. Kuikuti titahnya, Demikian juga dengan Pak Hanan.Perbincangan dilanjutkan untuk beberapa waktu lamanya. Tak terasa sudah satu jam kami berbincang. Selama itu pula, aku mendengar suara batuk Kak Dirga terulang.
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Bab 67

Awalnya, kupikir yang ia sebut dengan kosan itu, kamar kos seperti yang biasa kulihat, yakni sebuah kamar dengan sebuah kasur dan lemari, lantas, kamar mandi satu buat rame-rame. Ternyata, yang ada di depanku sekarang, berupa kamar-kamar berjejer dengan penampilan yang hampir sama dari luar. Tapi ukurannya lebih besar dari yang biasa aku lihat.Kamar-kamar ini berupa bangunan bertingkat dua, membentuk huruf 'U'. Masing-masing ada tiga kamar di sebelah kanan dan kiri, satu kamar berada di tengah. Beberapa mobil dan sepeda motor tampak terparkir rapi di halaman."Tunggu sebentar, ya," pamitnya, setelah mobil benar-benar berhenti.Ia sudah melesat menuju pos penjaga, lantas berbicara sebentar di sana. Sejenak kemudian, pintu di sebelah kiriku ia buka. Aku bergegas turun setelahnya."Yuk, masuk," ajaknya, lantas kami pun mulai memasuki area kos-kosan ini.Di sebuah kamar kos paling tengah di lantai dua, ia membawa aku masuk. Sebuah
last updateLast Updated : 2022-08-24
Read more

Bab 68

Aku terdiam sejenak mendapatkan pertanyaannya. Kupandangi wajah tampan suamiku, yang masih mengernyitkan keningnya."Maaf, tadi aku buka lemari kamu, Mas. Terus, lihat penampakan," jawabku mengulum senyum. Ia malah membesarkan bola mata. "Sejak kapan?" tanyaku, mulai menggodanya. Senang sekali kalau melihat ekspresinya seperti ini."Sejak aku jatuh hati, sama kamu, istriku. Ada lagi yang bikin kamu kelihatan seneng nggak?""Ada saatnya aku pengen seperti ini. Di tempat asing, seorang diri, ya, begini ini. Kayak tadi, pas nggak ada siapa-siapa. Makasih ya, Mas," ucapku tulus. Dan pandangan mataku buram seketika. Ia yang paham, segera merengkuh badan ini."Kembali kasih, Sayang. Ya udah, nanti kita nginep di sini kalau kamu suka. Biar Mas kasih kabar ke rumah. Biar Ibu sama Ayah nggak kuatir. Sekarang kita makan dulu, yuk. Masa kamu nggak laper?""Ya, laper dikit. Ya udah, kita makan dulu. Beneran ya, nginep sini?" tanyaku memasti
last updateLast Updated : 2022-08-24
Read more

Bab 69

Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Pak Hanan sudah terlelap sejak tadi, begitu kami kembali setelah menikmati dua bungkus nasi kucing dan jahe susu di warung angkringan.Aku masih terjaga di sini, meski sudah mencoba memejamkan mata, tapi tak bisa juga. Ada banyak hal yang mengganggu pikiranku, termasuk adanya Flora di tempat ini."Boleh saja, selama tamunya di luar, nggak masuk kamar. Tapi kalau darurat, kayak kita ini, ya boleh-boleh saja," ujar Pak Hanan tadi, saat aku bertanya mengenai tamu wanita di kos ini.Kuhembuskan napas panjang. Lantas beranjak ke dapur. Mengambil minum untuk membasahi tenggorokan."Sedarurat apa, sampai berada di sini, dan bukan dengan suami?" batinku, saat bayangan Flora yang bergelayut manja melintas lagi. Aku masih berharap kalau aku salah lihat tadi.Kuputuskan mengambil buku kecil dan pensil di tasku, benda yang selalu ada, kemana pun aku pergi. Di karpet ruang tamu ini, aku membawa bantal yang
last updateLast Updated : 2022-08-25
Read more

Bab 70

Aku semakin ingin tau apa yang terjadi di sana. Tapi bergerak mendekat juga aku tak berani. Tak lama kemudian, pintu itu terbuka juga. Seorang pria dewasa keluar dari sana. Beberapa orang menerobos masuk ke dalamnya.Beberapa pintu kamar yang lain mulai terbuka, lantas penghuninya ke luar, menuju pagar pembatas, sama seperti yang kulakukan. Kami jadi seperti sedang menonton sebuah pertunjukan. Tapi hanya sebentar, sebab satu persatu mulai kembali ke kamar masing-masing dan kembali menutup pintu."Ada apa di sana, Mas, kok rame sekali?" tanyaku, setelah beberapa saat tak bersuara. Ia tak segera menjawab, malah menghela napas panjang."Ada yang buat masalah. Mas ke bawah dulu, ya. Kamu ke dalam aja, bahaya."Aku menurut saat ia membawaku masuk dan meminta aku istirahat di kamar."Tunggu di sini, ya. Jangan ke mana-mana. Mas, ke bawah sebentar. Oke?" ujarnya, lantas melesat tanpa menunggu jawabanku. Aku menghembuskan napa
last updateLast Updated : 2022-08-25
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status