Home / Rumah Tangga / Aku Tak Bodoh / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Aku Tak Bodoh: Chapter 51 - Chapter 60

151 Chapters

Part 51

"Assalamu'alaikum. Tante … oh Tante?"Suara seseorang memanggilku dari luar ketika aku baru siap bebersihan badan. Aku bergegas membukakan pintu. "Dini?""Iya, Tante," katanya pelan. Aku melebarkan daun pintu dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam. "Kenapa, Din?" tanyaku langsung. "Disuruh Mama kemari, Tante," jawabnya.Dahiku mengernyit begitu mendengar perkataan Dini barusan, disuruh mamanya? "Ada perlu?" tanyaku curiga. "Mama suruh Dini, minta makan kemari. Jam segini biasa Papa udah pulang bawa makanan, tapi sampai sekarang belum juga pulang. Dini lapar, boleh Dini makan disini, Tante? " tanyanya dengan sedih. Jleb! Mas Adit belum pulang? Kemana dia? Apa dia jadi tumbal kerusuhan? Terus Mbak Yana Apa kabarnya? Masa nungguin suami, anak sampai makannya terlantar! Begitu banyak pertanyaan yang mengganjal di kepala. Aku kembali fokus pada anak itu. "Hari ini Mama Dini apa nggak masak?" tanyaku hati-hati"Mama sakit Tan, jadi nggak masak. Nenek juga nggak mau masak," lapornya
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Part 52

'Jika ada yang terluka parah, besok segera ke dokter, dan tak perlu bekerja.'Perkataan itu tiba-tiba terlintas di kepalaku. Aku berniat mengirim email ke HRD, jika hari ini aku akan libur dengan beralasan sakit. Sakit trauma. Send. Email terkirim. Aku menghela nafas lega. Mata dari semalam tak bisa terpejam, ketika ikut membaca seluruh isi chat Mas Bima dari beberapa nomor. Ternyata seperti ini perangai sesungguhnya dari Arya Bima Sakti. Ck, mengsedih. Tak mempersiapkan segala keperluan Mas Bima pagi ini, kembali aku berbaring dan bergelung dengan selimut tebalku di atas peraduan setelah selesai salat subuh. Hingga pukul enam lebih dua puluh menit, suamiku itu terbangun dengan kendadapan sendiri. "Duh, kok Mas nggak dibangunin?" Ia berbicara sambil melompat dari kasur. Bergegas membersihkan diri, dengan suara berkicau-kicau. Biarlah! Tak berselang lima menit, dia sudah kembali dari kamar mandi. Aku tetap berpura-pura bergelung di atas kasur sambil mengintip dari balik selimut s
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Part 53

"Nggak usah sok-sokan ayu, deh!" lontarnya dengan ketidaksukaan yang menjadi-jadi"Emang bukan ayu, aku Firda, Mbak!" celetukku. "Suami kerja, istri di rumah malah bawa masuk lelaki lain. Nggak malu kamu, Fir. Apa kata orang nanti?""Kata orang yang mana, Mbak?" sahutku sengaja mempermainkan perkataannya. "Kata orang-orang sini lah. Ngakunya sakit, tapi bisa-bisanya hanya berdua saja di dalam.""Mbak sendiri, udah sehat?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. "Bukan urusan kamu. Mbak sakit juga karena ulah kamu yang ngebuat malu. Minta dulu duit Bima, Dini sakit," ucapnya dengan suara yang tiba-tiba mengecil, nggak segarang waktu di awal-awal kemunculannya. "Kalau sakit ya minta saya papanya dong! Masa minta kemari!" geramku."Bima yang suruh!" jawabnya tak tahu malu. "Nggak ada!""Jangan alasan kamu. Itu juga pasti ulah kamu kan? Setelah makan, makanan dari kamu, Dini muntah-muntah. Sekarang badannya demam. Kamu ngeracuni anak Mbak, kan? Hayo ngaku!""Oh, Mbak mau bilang kalau yang
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Part 54

Aku menunduk dengan cepat. Mengambil novel yang telah aku sediakan dari dalam tas dan berpura pura membaca di sebelah mereka. Metode penyamaran ini juga sering aku lihat di perfiliman dan hari ini aku mempraktekkannya. Maka, jangan ragu mencari ilmu. Banyak lihat banyak tahu, banyak ilmu makin maju. Set dah, bahas apaan sih?!Ponsel mode stanbay merekam suara. "Jadi, sekarang Reno gimana bro?" tanya orang yang tepat berasal di sebelahku. Jiah. Nggak lakik, nggak perempuan bahasnya dari tadi Kang Reno. Viral banget sih, Jadi pengen kenalan! Di Tok Tok viral nggak ya? "Ngegembel, dipecat, digugat cerai. Ck, memang tu anak, hidupnya langsung menyedihkan. Mana Desi lagi hamil ya!" jawab temannya yang lain. "Lo aja yang gantiin, Bro. Lo, kan cinta mati ama Desi, tapi cinta terpendam sampai tuh cewek dinikahi Reno, eeeeh sekarang malah diselingkuhi. Apes!" sambung teman mereka yang bertanya tadi. "Ogah, gue nggak mau nasib gue sama kayak Reno. Hari gini cari kerja tuh susah, jangan car
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Part 55

Perkenalkan, saya ini istri dari karyawan Ibu yang bernama Arya Bima Sakti. Maksud kedatangan saya kemari, tidak lain ingin mempertanyakan perihal gaji suami saya, Bu," kataku mantap tanpa embel malu-malu lagi. "Ada apa ya Mbak, dengan gaji suaminya?" tanya Bu Jelita masih diselimuti kebingungan. "Maaf sebelumnya Bu, jika saya terkesan lancang. Bolehkah saya bertanya berapa besaran gaji suami saya, Bu?" "Maaf, apakah gaji suami tidak pernah sampai kepada Mbak, selaku istrinya?" balas Bu Jelita balik bertanya. "Sampai, Bu. Akan tetapi saya mencurigai adanya indikasi kecurangan suami terhadap nominal gajinya. Maaf ya Bu, saya terkesan blak-blakan atas permasalahan rumah tangga saya. Saya memberanikan diri kemari, karena mengetahui betapa responsibilitasnya Ibu dalam menyikapi permasalah rumah tangga karyawannya dari pesan yang masuk ke ponsel suami saya," paparku jujur. "Maksudnya? Maaf, saya kurang paham, Mbak Fir!"Aku membuka tas slempang, mencari ponsel, mengutak atik sebentar,
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Part 56

Aku mendekam di balik selimut seperti orang tak bertulang. Mas Bima membuka pintu kamar dan melihatku sama persis seperti penampakan di waktu pagi, ketika ia akan pergi bekerja. "Kamu masih sakit juga?" tanyanya ketus. "Masih!" jawabku mengimbangi keketusannya. "Oh."Oh? Hanya itu? Ia bahkan tak menanyakan aku sudah jadi berobat? Sudah makan, belum? Atau apapun yang berkaitan dengan diriku selama satu harian di rumah ini. Ia hanya berlalu tanpa berkata lagi. Tak apa Mas, aku juga sudah tak terlalu mengharap perhatian darimu. Pudar! Makanan pahit tak kan melukai sesiapa pun, jika sesiapa pun itu tak ikut memakannya. Tapi, perkataan atau goresan pena yang tidak baik, akan sangat melukai. "Kamu nggak masak?" tanya Mas Bima tiba-tiba, dari balik luar pintu kamar. Mungkin karena baru melihat meja makan kosong, yang tak ada apa-apanya. "Nggak! Pesan aja, Mas!" usulku. "Kamu tau kan, kalau Mas belum gajian?" keluhnya setengah protes tak terima usulanku. "Ya kalau gitu, numpang makan
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Part 57

Hari ini kerjaan kantor tak begitu menyesakkan jari-jari tanganku. Hanya saja, seperti skala rutinitas di rumah, di kantor pun seperti itu. Bosan! Akan tetapi, menghabiskan waktu hari ini untuk berkeluh kesah, berbagi suka duka terhadap hari kemarin adalah rutinitasku kepada sohib dunia, siapa lagi kalau bukan ... nah, pinter! Arimbi sampai mencip*k jidat Endang, begitu aku menceritakan segala kedurjanaanku di kantor Bang Jamet kemarin, eh Mas Bima deng! Gil* nggak tuh kecebong. Sampai-sampai Endang step mendadak karena cip*kan yang didapatnya dari makhluk sekelas Arimbi. Hingga siang ini pun, Arimbi masih saja terpingkal-pingkal melihat gigi tonggos palsu yang aku tunjukin kepadanya. "Beli dimana lu yang beginian?" sosornya penasaran sambil menimang-nimang itu gigi palsu di telapak tangannya."Ada deh, lu nggak usah tau, wkwkwkwk.""Helleh, nanti gue tanya lurah, beli ginian dimana!" katanya yang membuatku semakin terkekeh. "Eh Mbi, gue ada niat nih ngundang anak yatim buat doa
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Part 58

Pintu kamar Viona aku terjang hingga engselnya rusak di bagian bawah. Mataku seketika perih, ketika melihat belatung goyang sedang bercosplay ria seperti blender. "Aaarrg …" jerit Viona."Firda!" cicit Hendrik. Viona kaget, begitu juga dengan Hendrik. Mereka berdua segera melepaskan diri antara satu dengan yang lainnya, lalu sibuk mencari sesuatu untuk menutupi tubuh polos mereka berdua. "Kamar yang dulunya tempat aku salati, tempat aku mengaji dan zikiri, harus hilang keberkahannya oleh kalian?!" Aku menjerit keras melepaskan kekesalan. Aku mendekati Viona lalu menarik rambutnya dengan keras. Ia hanya bisa pasrah mengikuti cengkraman tanganku di rambut blondenya, karena tangan Viona masih sibuk memegangi selimut untuk menutupi tubuh. Aku menyeretnya keluar dari dalam kamar menuju ruang tamu. Melihat aku menarik kekasihnya dengan ganas, Hendrik menangkap tanganku dengan buas dan memutar badanku hingga aku menghadapnya. Jambakan tanganku di rambut Viona pun terlepas."Aauch," jeri
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Part 59

"Iihh, si Abang, kayak belalang tempur aja buat kagetnya. Paru-paru hampir jatoh, nih. Kirain gak ada organdak disindang," keluhku dengan bercanda. “Ya maap, Mbak. Abang sengaja!" kekehnya pelan, “Lagian, ngapa tereak-tereak nggak jelas. Kayak awowok peliharaan Pak Solihin," sambungnya lagi. "Peliharaan Pak Solihin emang apaan, Bang?" tanyaku penasaran. "Monyet!” jawabnya tegas. " Monyet? Waaah ... si Abang, kadang ngomongnya suka bener!"" Ha ha ha, canda, Mbak!" "Ehg eehh ... tadi suara teloletnya hilang, kirain si Abang udah jauh, ya Firda tereak dong. Masak harus nyanyi. Yaudah, mana rotinya, Bang?" Aku menadahkan tangan. "Yang ini kan, Mbak?" Si Abang menyerahkan roti sobek rasa coklat ke tanganku. "Tau aja si Abang." Senyumku manis sambil menerima roti. "Ya tau dong. Abang udah paham. Si Mbak langganan tetap kalau udah empat hari," katanya mantap. "Waah, hebat ya sampai hapal. Tapi hari ini tambahi yang lain, Bang! Mau yang ini, ini dan itu," tunjukku pada beberapa var
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Part 60

Aku terhenyak di atas sofa. Suara gedoran pintu terdengar memekakkan. Heeeeh, amangtahe! (astaga) Aku beranjak dari duduk santaiku, lalu menuju pintu luar. "Hem …" kataku begitu pintu terbuka. Aku melihat seluruh family Fir'aun sudah berada di depan pintu dengan wajah-wajah sakaratul mautnya. "Yaelaaa. Mau klarifikasi? Satu darah nyerbu semua," celotehku."Banyak mulut! Apa maksud kamu ngirim begituan di grup Ibu-Ibu?" tanya Mbak Yana emosi. "Bukannya Mbak yang menggiring opini sendiri, hingga mereka gampang menebak tersangkanya? Perasaan Firda nggak ada sebut nama, tempat, apalagi nyenggol nama. Firda cuma nanya sama Ibu-Ibu. Oia Mas, mau apa lagi mereka berdua kemari?" tunjukku kepada dua orang parasit di sebelahnya."Minggir, Fir. Biarkan mereka masuk!" ucap Mas Bima tegas sembari bergerak ingin membawa koper Viona ke dalam rumah. "Eeits... tidak bisa, Mas!" tolakku dengan menutup jalan di pintu masuk. "Kamu nggak bisa ngelarang kami masuk, Mbak! Kami akan tetap tinggal dis
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more
PREV
1
...
45678
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status