"Beb, kamu nginap di sini?" tanya Mas Fadil kepada Arimbi ketika kami sudah berada di depan rumah kontrakan. "Em …" Arimbi terlihat bingung mau jawab apa. "Lu pulang aja, Mbi. Gue udah gak papa. Tapi kalo lu mo nginap, ya nggak bakalan gue usir juga kale," celetukku. "Gue pulang aja deh ya, Fir! Kalau ada apa-apa lu bisa kabari gue!" "Siap! Aman itu! Palingan, motor entar gue ambil lagi ke tempat lu! Kangen gue sama si merah," kataku, mengingat saat ini aku sudah perlu motor. "Yoi, besok Mas Fadil ato siapaaa gitu, gue suruh bawakan kemari. Kalau suasana hati belum stabil, nggak usah kerja dulu, nggak enak liat wajah lu yang masih lebam," usul Arimbi. "Ah, lebam-lebam masih manis juga kok!" kataku narsis. "Memang! Aura manis dan cantik lu langsung keluar loh, Fir! Iya kan, Mas?" "Haaah … Mas harus jujur atau bohong?" Mas Fadil malah menjawab pertanyaan dengan bertanya. "Jujur!" jawab Arimbi cepat. "Kalian nggak lapar?""Lah, ha ha ha. Mas lapar toh?" tanya Arimbi dengan keke
Last Updated : 2024-01-15 Read more