Home / Pendekar / Dendam Titisan Ashura / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Dendam Titisan Ashura: Chapter 81 - Chapter 90

170 Chapters

Impian

Kecemasan yang sempat berkemelut di hati Sena luruh setelah dia melihat pasukan Kanezka dan bantuan dari istana tiba ke arah Benteng Bisma untuk membantu siapapun yang masih bertahan hidup. Dia harap mereka bisa segera bergerak cepat untuk menyembuhkan Ragnala, Yajna, Enda, dan siapapun yang terluka parah disini, termasuk Lingga sekalipun.Sejenak Sena termenung. Dia mengingat lagi momen ketika dia bertarung melawan Jayendra Mavendra untuk pertama kalinya. Entah dia nekat atau sudah gila, dia tidak menyesali pilihannya untuk beradu silat melawan Jayendra dengan taruhan nyawa. Terlepas dari ketakutan yang menaungi jiwanya ketika dia bertarung melawan Jayendra, dia bisa merasakan kemarahan dan kebencian yang luar biasa besar dari tatapan dingin Jayendra.“Kesaktian dia memang luar biasa, Raksha…tapi…” ujar Sena sekonyong-konyong.“Hmm? Kenapa, Sena? Siapa yang kamu maksud?” tanya Raksha yang masih merangkul Sena. Dia tampak ke
Read more

Meninggalkan Kota Rasagama

Dinginnya angin malam yang berhembus tidak membuat Raksha kehilangan konsentrasinya. Dia duduk bersila sambil memejamkan matanya, menajamkan fokusnya sehingga kanuragan Ozora yang muncul di kirinya menyebar ke seluruh tubuhnya  merata.Dengan pandangan batinnya, Raksha melihat kalau prajurit arwah yang dia miliki kini menambah menjadi sekitar 1000 prajurit ditambah dengan tiga prajurit arwah elitnya yang paling diandalkan Raksha, yakni Suja, Asoka, dan Gardapati. Sejauh ini Kanuragan Ozora dalam tubuhnya berkembang pesat setelah pertempurannya di Benteng Bisma, tetapi di saat yang sama, dia tidak bisa melepas kekhawatirannya akan Kanuragan Yudha yang ada di dalam tubuhnya.Dalam satu minggu terakhir, Raksha mencoba menggunakan Kanuragan Yudha lagi untuk sekedar mempelajarinya, tetapi hasilnya nihil. Kanuragan Yudha itu seolah ‘hidup’ dan hendak menguasai jiwa dan pikirannya. Bahkan apabila dia tidak sedang berlatih atau menggunakan kemampuan silatnya,
Read more

Sabotase

“…jadi alasanmu memilih Pendekar Dewa Matahari karena kamu ingin menjadi prajurit elit Kanezka?”Tebakan Raksha itu membuat Sena termenung sejenak.“Ya, itu benar….tetapi semuanya tidak sesederhana itu.” jawab Sena setelah jeda panjang.”Aliran Pendekar Dewa Matahari paling sulit dikuasai dibandingkan semua aliran yang sudah kubahas. Tidak banyak orang yang memilih aliran ini karena mereka khawatir tidak bisa menguasai tingkatan tertentu di aliran ini lalu tidak bisa menempati posisi tinggi di Kanezka nanti.” lanjutnya.“Kalau kamu orangnya, kurasa kamu bisa menguasai Aliran Pendekar Dewa Matahari. Kamu berbakat.” balas Raksha tenang. Dia ingat saat dia bertarung dengan Sena di Benteng Bisma. Sena menunjukkan kepiawaiannya dengan Kanuragan Wiratama yang baru saja dia pelajari pada saat itu juga. Bahkan Ragnala pun terkaget-kaget dibuatnya. Mungkin Sena bukan sembarang pendekar. Dia adalah pendekar terp
Read more

Pencemaran Nama Baik

“Anjali, kau mendengar narasi yang salah! Aku adalah saksi mata langsung atas tragedi di Benteng Bisma! Baik Keluarga Suradarma ataupun Pendekar Dewa Matahari bukanlah orang yang sepantasnya disalahkan atas tragedi itu! Semua sudah terjadi! Kita tidak perlu membahas siapa yang salah dan siapa yang benar!” seru Sena dengan niatan untuk menengahi Anjali yang sudah kepalang murka.“Kau tidak pantans menceramahiku, Suradarma! Atas semua pengkhianatanmu yang membela Jayendra Mavendra dan fitnah yang telah kau sebar dengan licik, kau masih berani menceramahiku?! Aku bersumpah akan membalas penghinaan yang telah kau lakukan dengan keji kepada ayahku!” Anjali masih tidak mau terima.“Tapi-““Sena.” bisik Raksha cepat sembari memegangi pundaknya sehingga Sena berhenti. “Aku tahu Anjali sudah buta akan amarahnya, tetapi ada yang aneh dengan keyakinannya. Dari semua amarah yang dia lontarkan, sepertinya dia hanya percay
Read more

Raksha & Sena vs Baswara & Anjali

“Raksha, awas!”Sena menyeru keras. Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans di telapak tangan kanannya memancar terang lalu membentuk pisau perak yang langsung dia lempar ke arah Panji sebelum pendekar Dewi Bumi itu meninju tanah lagi untuk mendatangkan gempa.Panji sadar akan ancaman yang datang. Dia langsung membatalkan jurusnya lalu meloncat mundur, tetapi tidak cukup cepat karena pisau perak Sena berhasil menyayat tipis dadanya.Di saat yang sama, Baswara menerjang dari titik buta Sena. Tombak sakti Baswara melesat cepat untuk menebas Sena sebelum mangsanya itu sadar.“Sena!” Raksha buru-buru menerjang lalu menarik mundur Sena sehingga keduanya menunduk amat rendah menghindari tebasan horizontal Baswara yang liar.Baswara yang jengkel mengencangkan genggaman gagang tombaknya untuk lanjut menebas keduanya secara horizontal. Namun niatan itu mendadak berhenti karena Raksha baru saja meloncat maju ke arahnya. Dugaannya kalau Rak
Read more

Perseteruan Para Elit

“Bunuh mereka!”Teriakan Panji yang menggelora sontak membuat Wanda dan Taksa siaga. Angin dingin yang terbentuk dari gabungan ajian sakti mereka kembali muncul lalu menerjang Raksha. Di saat yang sama, Panji mencengkeram keras tanah yang ada didepannya lalu dia angkat kasar sehingga lempengan tanah didepannya itu terlempar kencang hendak menghantam Sena dan Raksha.Raksha berkonsentrasi penuh membentuk rentetan perisai perak yang melindunginya dan Sena. Di saat yang sama, Sena fokus menggunakan Kanuragan Wiratama-nya. Cahaya biru kehijauan yang memancar di tubuh Sena itu kini membuat perisai perak yang Raksha buat semakin kokoh. Namun mereka tidak menyangka kalau terjangan angin dingin yang membekukan dan lempengan tanah keras dari musuh begitu kuat sehingga sebagian perisai perak yang melindunginya pecah.Pecahan batu dan es tersebar liar. Sena yang sadar akan hal itu hampir terlambat menghindar, tetapi Raksha buru-buru menangkisnya dengan tubuhnya
Read more

Fitnah Besar

Keheningan menyeruak selepas kepergian Gala dan Chayla. Namun sebelum Raksha dan Sena pergi, Saguna datang menghampiri.“Aku minta maaf atas keributan ini. Aku tidak menyangka mereka berkomplot untuk menyerang kalian terang-terangan di kota ini.” Saguna menunduk sopan dan penuh hormat.“Oh, Tuan Saguna tidak perlu memohon maaf. Tuan sudah menyelamatkan kami!” balas Sena ramah.“Ya, tuan. Kami selamat karena tuan berani membela kami.” Raksha menambahkan. Kalau Saguna tadi tidak turut campur, mungkin dia sudah menyuruh Asoka atau Gardapati untuk mencabik-cabik salah satu dari komplotan Baswara itu.Saguna tersenyum. “Tidak perlu pakai ‘tuan’ segala. Usia kita sepertinya tidak beda terlalu jauh.” Dia menyalami Sena dan Raksha bergantian. “Namaku Saguna Arkananta, Pendekar Dewa Api. Aku mendengar kabar tentang kekacauan di Kota Rasagama, tetapi aku tidak percaya kalau keluarga Suradarma yang me
Read more

Tamu tak Diundang

“Siapa?”Raksha dan Sena terdiam kaget mendengar suara seorang wanita ketika mereka baru saja masuk ke dalam aula Padepokan Dewa Matahari. Aula yang luas itu tampak gelap, hanya sinar matahari siang yang masuk dari sela-sela jendela kayu di samping kanan aula yang menjadi sumber cahaya.Sosok wanita paruh baya, mengenakan kain tunik panjang berwarna hitam yang dilapisi dengan selendang kuning di pinggangnya tengah duduk di tengah aula. Raksha menajamkan pandangannya sehingga bisa melihat lebih jelas wanita berambut hitam sebahu dengan tahi lalat di bawah bibirnya itu. Wanita paruh baya itu adalah guru aliran Kanuragan Wiratama. Namanya adalah Nandina.“Apa kalian dari Kerajaan Kanezka?” tanya Nandina lagi.Sena menarik Raksha lalu mempercepat langkahnya. Keduanya langsung duduk bersimpuh di hadapan Nandina.“Tidak, guru. Saya Sena Suradarma, Pendekar Pedang Cahaya yang baru lulus dan hendak memperdalam aliran Kanuragan
Read more

Murid Baru

Detik demi detik yang terlewat rasanya berjam-jam lamanya. Baik Sena dan pasukan Kanezka saling menatap tajam dengan hawa membunuh yang menggelora di tiap hati mereka. Hanya butuh satu dorongan agar mereka saling membunuh satu sama lain.Namun Raksha tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia tidak mau Sena berakhir menjadi buronan dan harus membuang mimpinya menjadi Pendekar Dewa Matahari hanya karena kehilangan kesabaran menghadapi segerombolan ‘bandit’ yang dibalut seragam berzirah macam Pasukan Kanezka yang tengah mengepungnya itu.Sepersekian detik ketika pencahayaan di aula menjadi temaram, Asoka dan Gardapati melesat sekencang angin yang berhembus dari balik bayangan Raksha. Keduanya mencakar tiap bilah tombak perak, busur, dan anak panah perak milik prajurit Kanezka yang ada di aula secepat kilat sampai-sampai tiap prajurit, bahkan Sena, sekalipun tidak sadar apa yang telah menerpa mereka. Di tengah kegelapan yang hanya sekilas itu, mereka hanya bis
Read more

Keraguan Sena

Satu minggu berlalu semenjak Raksha dan Sena memutuskan untuk mendalami Kanuragan Wiratama. Mereka berdua sedang fokus untuk membereskan padepokan yang berantakan sehingga mereka belum memulai latihan mereka. Walau padepokan ini kecil, Raksha dan Sena cukup kerepotan untuk membersihkan semua padepokan ini karena hanya mereka bedua yang melakukannya.Ketika sedang sendirian di padepokan, Raksha diam-diam menyuruh prajurit arwahnya untuk membersihkan ruangan tempat dia berada, lalu pura-pura capek di hadapan Sena agar terlihat kalau dia yang membersihkannya. Terlepas dari itu, Raksha dan Sena berhasil membersihkan padepokan hingga layak pakai dan mereka akan memulai latihan mereka untuk mendalami Kanuragan Wiratama besok pagi.Di malam kala itu, Sena tengah termenung di hadapan Patung Dewa Matahari yang kini tidak lagi retak setelah dia dan Nandina sebelumnya telah memulihkannya dengan Kanuragan Wiratama. Tatapan Sena tertuju pada Patung Dewa Matahari, tetapi pikirannya
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status