Home / Pendekar / Dendam Titisan Ashura / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Dendam Titisan Ashura: Chapter 1 - Chapter 10

170 Chapters

Kezaliman Kanezka

“Raja Widyanata Harapan Baru Nusantara!”“Mari songsong Masa Depan Gemilang bersama Dewa Kartikeya...!”Raksha membuka kedua matanya dengan berat hati, Teriakan para prajurit kerajaan Kanezka itu hampir saja membuat kepalanya pecah. Belum lagi derap langkah kaki zirah mereka yang terdengar serentak keras menggetarkan jantungnya hebat.“Musnahlah kalian, Sakra! Musnahlah kalian Yaksha! Musnahlah kalian Rakshasa!”“Terkutuklah kalian, Mavendra!”“Celakalah kalian, Pendekar Dunia Arwah...!”“Hancurlah kalian, Titisan Ashura! Kalian tidak ada tempat di bumi Nusantara!”Teriakan para prajurit Kanezka semakin terdengar jelas. Dunia yang Raksha lihat masih setengah buram. Seluruh sendi tubuhnya masih terasa linu karena dia menghabiskan istirahat malamnya di hamparan tanah kering penuh batu kerikil beratapkan langit sambil diterpa angin yang dinginnya menusuk tulangnya.Raksha terhuyung-huyung hampir jatuh karena terlalu cepat bangun. Lebam di sekujur tubuhnya pun sontak menusuk, tapi sebisa
Read more

Titik Balik

“Hei, bangun.”Raksha merasakan ada yang menggenggam pundaknya dengan tangan yang terasa besar dan hangat. Dia awalnya menolak bangun, tetapi sesorang terus memanggilnya hingga kesadarannya lama-lama pulih.Sekilas Raksha memaksakan diri untuk membuka matanya, dia melihat pria jangkung bertubuh kekar mengenakan jubah panjang penuh robek berwarna coklat tua usang. Rambut pria itu panjang berantakan berwarna hitam. Tatapannya hangat, berbeda dengan para prajurit Kanezka yang mencekam dan menakutkan. Sebelum Raksha membuka mulutnya, pria itu memeluknya erat.“Maaf. Ini pasti berat bagimu.” ujar pria itu menahan sendu.Kata-kata itu membuat Raksha teringat akan tragedi yang menimpa keluarganya. Dia melihat sekitar, dan ternyata tragedi itu bukanlah mimpi buruk belaka. Semua pembunuhan sadis itu nyata dan terjadi persis di depan matanya. Beberapa saat setelah itu, dia kembali menangis.“Tidak apa-apa. Menangislah. Tumpahkan semua kesedihan dan kemarahanmu atas tragedi ini.” hibur pria itu.
Read more

Dendam

Sinar rembulan yang menaungi membuat malam ini tidak terlalu temaram. Keheningan malam kala itu terusik dengan suara galian tanah yang tengah dilakukan Raksha.Raksha menatap kedua tangannya yang berwarna coklat karena tanah. Dia masih tidak percaya dia bisa menggali lubang cukup dalam lalu mengubur jenazah keluarganya hanya dengan kedua tangannya semata. Lebih anehnya lagi, tangannya tidak terasa sakit dan tubuhnya tidak terasa lelah. Jayendra pun tidak membantunya sama sekali saat dia mengubur mayat keluarganya. Sejauh manapun Raksha berpikir, dia masih merasa kalau hal ini tidak masuk akal.“Raksha, ini.” Jayendra tiba-tiba datang memberikan tiga pasak batang kayu.Raksha tidak tahu Jayendra dapat pasak kayu itu dari mana, tetapi dia menerimanya lalu menggunakannya untuk dijadikannya nisan untuk makam almarhum ayah, ibu, dan adiknya. “Saya harap mereka dapat hidup damai di dunia arwah.” ujar Raksha lirih.“Kau bisa mengunjungi mereka kalau kau mau, Raksha.” sela Jayendra.“M-maksu
Read more

Pertarungan Pertama

Langkah prajurit Kanezka yang menghampiri kala itu terasa mendetum di dada Raksha. Baru saja Raksha berdiri, si prajurit langsung menampar pipinya keras hingga Raksha terpelanting.“Ah! Aku ingat kau! Kau bocah yang tadi siang! Kau masih hidup ternyata?!” seru prajurit itu berang. Dia melirik makam keluarga Raksha. ”Kau sampai mengubur keluargamu?! Dasar bocah kurang kerjaan! Buat apa repot-repot?! Desa ini akan habis dibakar! Orang-orang akan tahu kalau pengkhianat hukumannya mati!” lanjutnya kasar.Dulu mungkin Raksha pasti akan ketakutan setiap ada prajurit Kanezka memojokannya. Namun sekarang semuanya berubah. Semua ketakutan itu kini telah berganti menjadi amarah.Tamparan prajurit itu tidak terlalu ketara seperti sebelumnya sehingga Raksha cukup kuat untuk bangkit dan menatap balik prajurit itu. Namun si prajurit masih memandang remeh Raksha yang dia pikir adalah seorang pemuda yang lemah dan tidak berdaya.Si prajurit memfokuskan dirinya sehingga lengan kanannya memancarkan cah
Read more

Latihan

“Hahhh…..Hahh….”Raksha berlari berulang kali membuka mulutnya lebar untuk mengambil napas sebanyak mungkin. Dadanya sudah kembang kempis, jantungnya berdegup cepat, tubuhnya bercucuran keringat deras, bahkan kepalanya pun semakin pusing. Namun dia berusaha sekuat mungkin untuk terus menapakkan kakinya yang sudah pegal itu untuk terus berlari memutari bukit sekitar 10.000 kaki dari desanya.Raksha berlari semenjak tengah siang hingga langit kian jingga. Kedua pergelangan tangan dan kakinya diikat rantai besi dari gurunya. Rantai itu adalah rantai khusus yang membuat kekuatannya tertahan sehingga dia tidak bisa melepaskan seluruh tenaga dalamnya. Gurunya bilang rantai ini biasa dipakai Prajurit Kerajaan Kanezka untuk melemahkan Pendekar Dunia Arwah.“Berlarilah sekuat yang kau bisa, Raksha. Putari bukit ini.”“Berapa putaran, guru?”“Sebanyak yang kau bisa….sampai kau sadar kalau berlatih menjadi pendekar Dunia Arwah tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.”Sekilas, Raksha menging
Read more

Kembali ke Desa

“Ribuan prajurit mungkin bisa menghancurkan istana dari luar, tetapi seorang prajurit yang menyusup dengan cerdik bisa membunuh raja yang berlindung didalam istana.”Kata-kata Jayendra itu masih terngiang di benak Raksha. Karena itu juga, Raksha memutuskan untuk kembali ke desanya setelah tujuh hari dilatih Jayendra. Sekilas dia melihat para penduduk desa terdiam kaget melihat kedatangannya, tetapi mereka memilih membisu, khawatir prajurit Kanezka akan menyiksanya nanti.“Hei, bocah!”Raksha berhenti saat salah satu prajurit Kanezka menyeru memanggilnya. Derap langkah kaki zirah berdatangan menghampirinya. Dia perlahan bungkuk untuk menaruh hormat dengan wajah tertunduk kepada mereka. Tidak disangka, orang yang memanggilnya itu adalah, Suja Bhagawanta, sang komandan pasukan Kanezka yang membunuh keluarganya sebelumnya.“Kukira kau sudah mati, bocah.” seru Suja remeh seraya menyepak wajah Raksha kasar.Raksha terpelanting, tetapi kini dia bisa menahan rasa nyeri itu berkat Kanuragan O
Read more

Sang Buronan

Gerbang pintu terbuka lebar dari dalam. Raksha mengedarkan pandangannya sekitar, melihat puluhan prajurit Kanezka di berbagai sisi tengah sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang sedang berlatih bersama, ada yang sedang membereskan zirah mereka, dan sebagian besar lainnya hilir mudik di halaman.Markas pasukan Kanezka yang ada di desa Raksha ini adalah kediaman tetua desa yang dibuatkan benteng kayu sementara. Semenjak tetua desa dibunuh beserta keluarganya, rumah tetua desa yang relatif paling besar dibandingkan rumah penduduk desa lainnya dijadikan markas sementara oleh Kanezka.Di halaman tetua desa yang luasnya hampir 300 kaki, banyak tenda darurat yang dibuat oleh prajurit Kanezka untuk menyimpan perlengkapan mereka. Tenda khusus untuk tempat makanan ada di pojok timur, dekat dengan posisi dapur.Sekilas Raksha melihat, para prajurit Kanezka disini hilir mudik tampak sibuk, seolah-olah mereka sedang dikejar sesuatu. Apa sang komandan telah memberikan perintah baru pada mereka? Baru sa
Read more

Berlatih bersama Arwah

“Guru adalah salah satu anggota keluarga kerajaan Mavendra?” Raksha bertanya lagi untuk memastikan. Jayendra hanya mengangguk singkat untuk menjawabnya.“Maaf, guru, saya bukan bermaksud lancang, tapi yang saya dengar dari kebanyakan orang, keluarga Mavendra sudah-”“Tewas semua? Itu setengah benar. Sebagian dari kami masih hidup dan kabur dari cengkeraman Kanezka. Mereka ingin memastikan kematian setiap dari kami.”“Kalau begitu guru harus kabur! Nyawa guru terancam!”“....lalu membiarkan orang-orang didesamu mati sia-sia?”Raksha membisu. Dia tidak bisa mengiyakan pertanyaan itu karena dia tidak mau desanya hancur.“Aku tidak memiliki pilihan lain.” Jayendra membuka sebagian jubahnya, memperlihatkan luka sayatan hebat sepanjang punggung dan perutnya. Tidak ada darah yang timbul dari luka itu, tetapi sebagian warna kulit di sekitar lukanya itu berwarna hitam. “Di perang terakhir melawan Kanezka, aku terkena racun mematikan yang membuatku gerakanku terbatas. Aku masih butuh waktu untu
Read more

Mengendalikan Siluman

Siluman adalah arwah hewan buas atau hewan mistik yang ada di nusantara. Jayendra menjelaskan, bagi para Pendekar Dunia Arwah, mengendalikan siluman adalah sesuatu yang berisiko, tetapi sangat membantu ketika dibutuhkan.Biasanya para Pendekar Dunia Arwah yang masih amatir bergerak secara berkelompok, kurang lebih terdiri dari lima sampai sepuluh orang, untuk mengendalikan satu siluman yang tangguh. Namun sekarang tantangannya adalah Raksha hanya seorang dan taruhannya adalah nyawa Raksha sendiri.“Saya sudah berjanji pada guru dan saya tidak mau menarik balik kata-kata saya lagi, guru.” tegas Raksha walau dia masih sedikit cemas dalam hatinya.“Ada garis yang tipis yang membedakan apakah orang itu pemberani atau nekat, Raksha. Kau bisa saja mati konyol.”“Kalau aku tidak bisa mengendalikan siluman, maka semua rencanaku untuk membalas Kanezka akan sia-sia, guru. Tolong berikan saya kepercayaan. Saya akan lakukan apa yang saya bisa untuk melindungi guru.”Jayendra tertegun sejenak mend
Read more

Raksha vs Asoka Sang Siluman Harimau

Semilir angin berhembus menerpa pelan rumput panjang di sekitar Raksha. Tempat dia berada sekarang lebih sunyi daripada sebelumnya. Sekitar 15 kaki didepannya, terdapat siluman harimau yang tubuhnya dua kali lebih besar dari siluman harimau lainnya. Raksha tahu kalau siluman harimau didepannya itu adalah pimpinan siluman harimau yang memburunya.“Jadi ini yang kau incar, bocah? Duel denganku?” tantang siluman harimau itu dengan nada berat.“....tidak ada artinya kalau aku tidak berhasil meyakinkanmu.” Raksha memasang kuda-kuda. Aura ungu dari Kanuragan Ozora yang tengah menyelimuti lengan kirinya memancar terang seiring dengan kian membaranya kanuragan yang ada di dalam tubuhnya.“Kupikir kau hanyalah bocah nekat yang mempertaruhkan nyawamu dengan nafsu belaka. Tetapi aku salah. Kau memikirkan semua ini dengan matang.”Sang siluman harimau itu berdiri dengan dua kakinya. Api arwah berwarna hitam menyelimuti seluruh tubuhnya sehingga bentuknya yang semula menyerupai harimau kini beruba
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status