Home / Pendekar / Dendam Titisan Ashura / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dendam Titisan Ashura: Chapter 21 - Chapter 30

170 Chapters

Tantangan Pertama

“Ya, terima kasih atas pengertiannya, Sena. Tapi kusarankan agar kau lebih berhati-hati lagi saat menolong orang. Aku yakin kau lebih muda dariku dan masa depan milikmu lebih cerah dariku. Jangan terlalu dekat denganku. Aku sudah membuat banyak orang menjadi musuh.” Raksha berulang kali memperingati.“Aku tidak peduli. Toh, keinginanku menjadi pendekar bukanlah untuk menjadi budak keluarga Pancaka ataupun lainnya.” tepis Sena mengulang-ulang jawabannya.Raksha menghela napas panjang. Entah Sena yang terlalu naif atau terlalu percaya diri dengan kemampuannya sampai-sampai dia berani bersikap seperti itu membuat Raksha berang.“Kenapa kau ingin menjadi Pendekar Pedang Cahaya, Raksha?” tanya Sena lagi.Tidak mungkin Raksha menjawab kalau dia ingin membalas dendam. Dia sudah memikirkan alasan palsunya apabila ada orang yang ingin menanyakan perihal ini.“Aku hanya ingin mengubah nasibku. Sepertinya menjadi pendekar dapat mengangkat martabatku di masa depan nanti.”“Benarkah?”“Ya, benar.”
Read more

Senjata Suci Pertama

“Ugh…”Sengatan panas cahaya Dewa Kartikeya semakin menusuk hingga Raksha kesulitan untuk fokus. Dia berlutut sejenak untuk menahan kepedihannya. Di saat yang sama, ejekan Baswara dan anak buahnya menghujaninya di tengah penderitaannya.“Sudah, relakan saja tanganmu! Kembali saja ke kampungmu dengan tangan buntung, gembel!”“Tidak apa-apa, gembel! Ayah dan ibumu pasti menerimamu walau kau hanya bertangan satu! Itupun kalau kau masih punya malu! Hahahahahah!”“Bagaimana, gembel?! Nyawa atau harga dirimu yang kosong?! Tidak usah berlagak! Memohonlah padaku! Aku ini pemaaf, loh!”Kebencian Raksha kian menjadi setiap melihat senyum sinis dan tatapan meremehkan Baswara dan anak buahnya. Dia memejamkan matanya untuk mengalihkan semua fokusnya pada lengan kanannya. Semuanya akan percuma kalau dia hanya marah buta pada orang-orang bodoh didepannya itu.Walau pelan, lambat laun Raksha bisa merasakan Kanuragan Khsatriyans di lengan kanannya lebih dalam. Dia tidak lagi merasakan aliran kanuragan
Read more

Tantangan Kedua

Kegelapan yang datang menaungi langit menandakan malam sudah tiba. Ratusan kandidat pendekar yang tersisa di padepokan berjalan keluar kota, tepatnya ke perbatasan kota dikawal oleh para prajurit Kanezka.Malam hari adalah waktu yang berbahaya karena di saat malam, para siluman pemburu biasanya berkeliaran di sekitar perbatasan kota. Apabila mereka lengah, maka mereka akan tewas dimakan siluman.Raksha pernah mendengar dari gurunya bahwa siluman sejatinya dapat dikendalikan apabila para pendekar dunia arwah tidak diburu seperti penjahat karena hanya mereka yang bisa mengendalikan insting liar siluman. Sekarang para Pendekar Kerajaan Kanezka kewalahan untuk membasmi siluman dengan cara mereka sendiri. Benar-benar bodoh, pikirnya.Setibanya di perbatasan kota, Raksha melihat jauh ke belakang, sekitar 5000 kaki dari lokasinya, adalah Gerbang Masuk Kota Udayana. Di sekitarnya hanyalah jalan berbukit dengan bebatuan dan rumput pendek ditemani semilir angin malam yang dingin. Di tengah kedi
Read more

Siluman Srigala (I)

“Menunduk, Sena! Dari selatan!”Teriakan keras Raksha di tengah jeritan para kandidat dan auman siluman srigala menyadarkan kesiagaan Sena untuk lebih memperhatikan sisi belakangnya. Sena kala itu reflek menunduk dan berhasil menghindari anak panah yang hampir menembus punggungnya.“Raksha?”Sena yakin kalau dia tidak salah dengar akan seruan Raksha yang memperingatinya. Namun kekacauan di sekitarnya membuat perhatiannya teralihkan kembali. Dari sebelahnya, ada seorang kandidat yang menubruknya karena tidak melihatnya.Kandidat itu adalah seorang perempuan, sebaya dengan Sena tetapi lebih pendek darinya. Rambutnya hitam panjang sebahu, dibiarkan terurai berantakan. Wajahnya yang ayu terlihat kacau karena penuh air mata dan keringatnya. Namanya adalah Chalya.Sena tahu kalau Chalya tengah panik karena dikejar siluman srigala yang memburunya. Chalya tidak bisa berdiri karena lututnya mendadak lemas ketakutan. Dia memejamkan matanya saat siluman srigala itu membuka taringnya lebar untuk
Read more

Siluman Srigala (II)

“Si Baswara brengsek itu….”, kutuk Sena perlahan. Raksha baru sadar kalau Sena juga memperhatikan kebiadaban Baswara dan gerombolannya yang telah mengorbankan kandidat lainnya untuk keamanan diri dan kelompoknya.Beberapa saat berlalu, Sena duduk bersimpuh sambil menahan nyeri. Rasa perih akibat luka tusuk anak panah yang masih bersarang di bahu kanannya terasa lagi.“Jangan bergerak. Biar kubantu.” Raksha memegangi pundak Sena perlahan.Sena bisa merasakan sensasi hangat yang menenangkan dari telapak tangan kiri Raksha. Tenggelam dalam rasa hangat yang meredakan semua perihnya, dia baru sadar melihat anak panah yang menancap di bahunya kini lepas. Tidak hanya itu, lukanya pun kembali menutup. Sebagian besar rasa perih itu kini hilang.“Sudah kubilang, Baswara itu berbahaya. Untungnya kamu tidak menjadi salah satu korban dia, Sena.” balas Raksha penuh syukur.“Ya, terima kasih atas semua bantuanmu, Raksha. Tapi….” Sena beranjak pelan.“Tapi?”Sena tiba-tiba menatap tajam Raksha. Ekspr
Read more

Siluman Srigala (III)

“Aahhh….!”Chalya menjerit ketika dirinya, bersama dengan Raksha dan Sena, jatuh dari batu yang telah runtuh dihancurkan Baswara. Kepulan debu dari pecahan batu datang menutupi pandangan sekitar, tetapi mereka sontak siaga karena mereka bisa merasakan derap langkah kaki siluman srigala datang mendekat cepat.“Raksha, tahan sampai matahari terbit! Aku yakin pasukan Kanezka akan datang sebentar lagi!” seru Sena seraya memendarkan cahaya perak di tangan kanannya menjadi tombak sakti.Raksha tahu kalau rencana Sena itu adalah pilihan terakhir karena mereka berdua tidak lagi melihat batu besar yang serupa untuk kembali berlindung disekitar mereka. Kalaupun ada, pasti sudah ditempati kandidat lain. Raksha dan Sena tentunya tidak mau melukai kandidat lain hanya untuk keselamatan mereka sendiri.“Yang mulia Raksha. Siluman srigala yang datang jumlahnya sangat banyak. Anda membutuhkan bantuan kami agar bisa bertahan.” tawar Asoka yang terdengar didalam kepala Raksha.Raksha tahu kalau itu adal
Read more

Kembali ke Udayana

“Selamat, kalian semua telah lulus menjadi kandidat Klan Pendekar Pedang Cahaya.”Selebrasi Chandra, sang komandan pasukan Kanezka yang datang menjemput para kandidat, kala itu terdengar datar dan dingin. Chandra ditemani puluhan prajurit Kanezka di belakangnya. Setiap dari mereka menumpakki kuda dan mengawal para kandidat yang masih bertahan hidup untuk kembali ke kota Udayana.Di sepanjang perjalanan, Raksha melihat mayat para kandidat yang bergelimpangan dengan luka cakar yang menggurat di punggung, badan, atau leher. Para siluman srigala yang tewas telah hilang terpendar menjadi buih-buih hitam karena terbakar oleh sinar sang matahari.Raksha ingat kalau gurunya pernah berkata bahwa tubuh siluman yang sudah mati tidak akan tahan sampai pagi karena mereka sejatinya bukanlah mahluk hidup seperti hewan, tetapi hewan yang telah dirasuki arwah jahat pengganggu yang berkeliaran di dunia. Ketika hewan biasa menjadi siluman, maka tubuhnya sebagian besar sudah rusak.Raksha melihat sekilas
Read more

Latihan Rutin

Raksha melihat langit malam yang perlahan berubah menjadi ungu karena mentari sebentar lagi tiba. Lengan kirinya yang diselimuti Kanuragan Ozora memancarkan aura ungu kehitaman. Dia tengah dikelilingi dua ratus prajurit arwahnya, termasuk Asoka dan Suja, yang bersimpuh hormat kepadanya. Tidak ada siapapun selain dia dan prajuritnya di tengah padang rumput yang lokasinya sekitar 4000 kaki di luar perbatasan Kota Udayana.Raksha duduk bertapa seraya mengatur napas dan menjaga konsentrasinya semalam suntuk. Dia mempertahankan kestabilan Kanuragan Ozora dalam dirinya yang menggerakan dua ratus prajurit arwahnya selama 30 hari terakhir ini. Baginya, ini adalah perkembangan yang baik, tetapi satu hal yang dia sadari bahwa kekuatan prajurit arwah relatif lebih stabil dan kuat di malam hari dibandingkan dengan waktu lainnya.Dalam 30 hari terakhir, Raksha baru mampu memanggil 10 prajurit arwah elit dan ratusan prajurit arwah dengan kekuatan rata-rata. Namun dia tahu langkahnya masih jauh untu
Read more

Keangkuhan Pancaka Baswara

“Raksha!”Sena datang menghampiri Raksha sambil tersenyum. Raksha sempat termenung melihat wajah Sena yang tampil lebih seksi karena penuh dengan keringat. Namun dia mendehem untuk menepis dorongan yang dia rasa aneh itu.“Hai, Sena. Ajian pembentuk senjata suci-mu tadi bagus.” puji Raksha.“Tahu darimana?” tanya Sena balik.“Aku mendengar Guru Harsa memujimu.”Sena terkekeh. Dia menyikut lembut Raksha. “Kamu juga dipuji Guru Harsa, kan? Aku dengar kok. Kamu bahkan sudah mencapai tingkat ksatria!”Raksha hanya mengangkat bahu sambil tersenyum sekilas. Dia tahu latihannya bersama Sena selama satu bulan terakhir membuahkan hasil.Terlepas dari itu, Raksha merasa bahwa dia bisa mencapai tingkatan kanuragan Senjata Suci yang cukup cepat dibandingkan yang lainnya karena dia dibantu oleh Kanuragan Ozora. Dia sebenarnya kagum dengan bakat Sena dan Baswara yang hampir mengimbanginya.“Ini semua berkat latihan bersama kita selama satu bulan terakhir, Sena. Terima kasih ya.” Raksha melanjutkan
Read more

Solidaritas

“Raksha, kamu tidak apa-apa?”Sena buru-buru menghampiri Raksha. Raut mukanya masih menampikkan kecemasan. Dia mengamati dari ujung kepala hingga ujung kaki Raksha, tetapi tidak sedikitpun ada luka yang dia duga sebelumnya.“Tidak apa-apa. Kamu belum makan?” tanya Raksha santai.“Apa yang terjadi dengan Baswara?” Sena masih penasaran.“Dia masih di luar di saung dengan anak buahnya.”Sena diam sejenak untuk berpikir. Dari gelagatnya, dia tahu kalau Raksha tidak memilih untuk tunduk pada Baswara seperti yang dia duga sebelumnya. Namun hal itu belum menghilangkan kekhawatiran dalam hatinya. “Apa yang kamu lakukan kepada mereka?”“Sedikit usil. Sudah, jangan dipikirkan. Ayo makan.”Raksha meninggalkan Sena yang masih gelagapan dibelakangnya. Dia mengambil piring dan daun pisang yang sudah tersedia di meja lalu mengambil nasi dan lauk yang dia rasa cukup.Masih banyak yang ingin Sena tanyakan, tetapi dia tidak bisa menahan rasa laparnya. Dia pun ikut mengambil nasi dan lauk dibelakang Rak
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status