Semua Bab Dendam Titisan Ashura: Bab 31 - Bab 40

170 Bab

Bisikan Gala

“Ujian minggu depan akan sulit.” Gala memulai pembicaraan seraya melahap pisangnya.“Kau tahu apa yang akan diujikan minggu depan?” tanya Sena penasaran.Gala memandang sekitar, memastikan tidak ada yang mengamati mereka, lalu kembali mengalihkan perhatiannya ke Sena dan Chayla. “Ya, kudengar ujiannya adalah mengambil liontin perak di hutan Dharmawangsa.” Bisiknya pelan.Chayla dan Sena yang mendengarnya mendadak terbelalak. Berbeda dengan Raksha yang tampak bingung.“Mengambil liontin di hutan? Hanya itu ujiannya?” Raksha masih tidak percaya.“Liontin itu bukanlah liontin biasa, Raksha. Liontin perak itu adalah milik Pendekar Pedang Cahaya yang meninggal di hutan.” Chayla menjelaskan.“Pendekar Pedang Cahaya tentunya tidak mati tanpa sebab di hutan Dharmawangsa, kecuali mereka diserang oleh para siluman yang menempati hutan itu. Ketika Pendekar Pedang Cahaya meninggal, Kanuragan Khsatriyans yang masih bersemayam dalam tubuhnya akan terkumpul dan membentuk liontin perak yang tertanam
Baca selengkapnya

Pencarian Liontin

“Dulu aku ingat kau hendak menjadi prajurit untuk mengangkat martabat keluargamu, Chayla.” hibur Raksha di tengah perjalanannya menyusuri hutan. “Menurutku itu tujuan yang mulia. Kau harus bangga akan pilihanmu ini.”Chayla menatap Raksha lalu tersenyum lirih. “Benarkah?” tanyanya memastikan.“Ya, kau pernah cerita kalau kau adalah anak paling tua di keluargamu. Aku salut dengan kedewasaanmu.”Chayla menundukkan wajahnya yang memerah malu. Senyumnya merekah, menggantikan ekspresi muram yang semula terpahat di wajahnya.“…tapi aku sadar kalau aku masih jauh apabila dibandingkan denganmu dan Sena. Rasanya seperti langit dan bumi.” Chayla menghela napas.“Sudah kubilang, jangan memikirkan orang lain. Fokus pada dirimu.”“Y-ya, kau benar, Raksha.” Chayla membenarkan dengan senyum kikuknya.Tak terasa, bandul perak yang Chayla genggam kala itu berdenging kian keras. Chayla dan Raksha tahu kalau itu adalah tanda liontin perak yang mereka incar semakin dekat.Percikan suara air sungai yang t
Baca selengkapnya

Raksha vs Baswara Pancaka

“Siapkan perisai dan rantai! Biar aku yang penggal kepalanya!”Teriakan Baswara membangkitkan semangat tarung kelima anak buahnya yang sempat gentar melihat sosok Raksha yang kini menyerupai prajurit arwah yang berzirah lengkap. Dua anak buahnya dengan cepat memendarkan cahaya Kanuragan Khsatriyans di tiap lengan mereka sehingga membentuk perisai yang kokoh. Di saat yang sama, tiga anak buahnya mengubah bentuk cahaya perak di lengan kanan mereka menjadi rantai. Hanya Baswara yang membentuk cahaya Kanuragan Khsatriyans di lengan kanannya menjadi golok sakti.Raksha reflek menunduk rendah ketika rantai perak musuhnya yang hendak melilit tubuhnya itu datang. Dia langsung menerjang untuk membalas. Namun dua anak buah Baswara langsung berembuk rapat sambil mengangkat perisai mereka.Baswara yang semula percaya diri mendadak merinding takut ketika perisai anak buahnya itu sontak luluh lantak di cakar oleh Raksha. Perisai perak sekelas pendekar muda tidak akan kuat menahan cakar siluman hari
Baca selengkapnya

Kecemasan Sena

“Kemana, Raksha?”Pertanyaan itu berulang kali terngiang di benak Sena. Dia, Gala dan sebagian besar prajurit pemuda sudah menyelesaikan ujiannya dengan baik tanpa perlu menghadapi siluman sesuai dengan strategi yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun tim Raksha dan tim Baswara belum tiba di padepokan.Para prajurit Kanezka dan guru pendekar muda sempat cemas karena ada peserta, terutama Baswara, belum kembali. Besar kemungkinan mereka diserang siluman. Sebelum malam tiba, guru Chandra, guru Harsa, dan prajurit Kanezka berangkat ke hutan untuk mencari tim Raksha dan tim Baswara. Sayangnya, sampai malam ini, belum ada kabar.“Raksha, ayolah. Kamu tidak mungkin gagal hanya karena ujian sepele seperti ini. Aku tahu kamu bisa membimbing Chayla.”Sena kembali uring-uringan. Entah sudah berapa lama dia mengetuk meja dengan jarinya karena kecemasan yang melanda hatinya.“Kuharap tidak terjadi apa-apa terhadap mereka.” Gala mencoba menghibur.“Ya, mereka pasti kembali.”“Prajurit Kanezka dan
Baca selengkapnya

Dibutakan Amarah

“Hahahahaha! Gembel tua! Bagaimana bisa?!” tawa Baswara menggaung. Tatapan angkuhnya tertuju pada Raksha.Di tengah kekalutan pikirannya, Raksha yang mendengar tawa meremehkan Baswara kala itu mendadak terjerumus dalam kebencian dan kemarahan yang luar biasa. Keinginan membunuh keluarga pancaka yang satu ini sontak membeludak dalam hatinya.“Hah, si gembel tua masih hidup ternyata! Lihatlah semua! Lihat bagaimana si gembel ini melukai temannya sendiri! Dia bahkan tidak bisa dipercaya untuk menjaga kerabatnya sesama Pendekar Pedang Cahaya! Aku yakin temannya itu menjadi korban serangan siluman karena kebodohannya!” ejek Baswara keras.Para pendekar muda dan prajurit Kanezka langsung percaya dengan seruan Baswara. Tatapan mereka pada Raksha kala itu tampak sinis.“Gembel tua terkutuk! Kau hanyalah benalu! Kau hanya bisa membuat kekacauan di padepokan ini! Harusnya kau malu!” sentak Baswara memojokkan Raksha.Raksha tidak habis pikir dengan keangkuhan Baswara. Walau dia dan anak buahnya
Baca selengkapnya

Strategi Ujian Kedua

“Maaf, Yang Mulia. Sampai saat ini kami tidak menemukan jejak terkait Pendekar Dunia Arwah yang mengendalikan Siluman Srigala di lembah ini.”Salah satu prajurit arwah Raksha melaporkan hasil pengamatan terbarunya yang nihil seraya duduk bersimpuh di hadapan tuannya. Kesembilan prajurit arwah lainnya yang bersimpuh mengitarinya pun melaporkan kenihilan yang sama.“Apa ada hal lain selain itu?” tanya Raksha masih tidak puas.“Ya, Yang Mulia.” Salah satu prajurit arwahnya menyambut, “Kami menelusuri jejak jenazah kandidat pendekar yang tewas di lembah ini karena serangan siluman srigala saat ujian kandidat pendekar sebelumnya. Hasilnya, tidak ada jenazah yang tersisa.” lanjutnya.“Tidak ada? Maksud kalian jenazah itu menghilang tanpa jejak? Semua jenazah yang dikuburkan itu?” tanya Raksha lebih spesifik.“Ya, Yang Mulia. Tidak ada jejak penggalian kuburan atau tanda-tanda kalau mayat itu terurai.”“….berarti mereka dibangkitkan menjadi prajurit arwah oleh Pendekar Dunia Arwah yang kita
Baca selengkapnya

Jebakan di Hutan Dharmawangsa

Entah sudah berapa lama Sena melangkah, tetapi langit yang menaungi terasa gelap karena rimbunnya pepohonan yang tengah dia lewati. Matahari yang bertengger di siang kala itu terik dan menyilaukan, tetapi tidak terasa karena diredam oleh dedaunan lebat pepohonan di hutan ini.Dengan menggunakan mata batinnya, Sena dapat melihat benang tipis yang timbul dari gelang kirinya tengah mengarah ke arah timur, yang menunjukkan arah Raksha berada sekarang. Namun setelah sekian lama berlari dan melangkah, rasanya jarak antara dirinya dan Raksha belum juga memendek.Bukannya harusnya lebih cepat karena Raksha juga pasti berjalan menuju kesini?Atau mungkin ada sesuatu yang terjadi pada Raksha?Bagaimana kalau Raksha terkena perangkap atau jadi sasaran Baswara dan gerombolannya lagi?Semua kecemasan yang timbul dan pertanyaan yang mencuat malah membuat Sena khawatir. Langkahnya yang semula pelan kembali dia percepat lagi dengan berlari. Kala itu, dia tidak sadar kalau semak-semak disekitarnya ber
Baca selengkapnya

Raksha vs Baswara Pancaka (II)

“Hahahahah! Semuanya! Bersiaplah! Si gembel tua itu akan datang! Kita hancurkan dia dengan temannya yang bodoh ini!”Baswara terbahak puas dengan ekspresi bengis. Teman-temannya memaksakan senyum mereka seraya menyeru semangat menyambut antusias tuannya.Di antara gerombolan Baswara yang semangat, hanya Gala yang tampak murung. Dia tidak menyangka kalau Sena akan melawan. Lebih parahnya lagi, dia juga tidak menduga kalau Baswara sampai berani menggunakan racun hanya untuk meredam pemberontakan Sena. Ini benar-benar di luar kendalinya. Rasa bersalah menyelimuti hatinya. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan karena dia juga takut dengan Baswara.Di sisi lain, Sena terjembap jatuh. Tidak hanya pandangannya yang buram, tetapi pendengarannya juga lambat laun kian redup. Mulutnya masih komat-kamit memanggil Raksha dengan suara yang kian senyap. Dia memaksakan diri untuk tetap siaga, tetapi semua rasa perih yang timbul memaksa kedua matanya terpejam.Tepat setelah Sena memejamkan matanya
Baca selengkapnya

Menyelematkan Sena

“Ra….cun….Se….na….”Gala memaksakan diri mengucapkan itu walau tubuhnya sudah lemas dan wajahnya membiru karena cekikan kuat Raksha.Raksha merasa ada yang janggal. Dia mengabaikan sejenak amarahnya lalu melepas kasar Gala hingga tubuhnya terjatuh lemas didepannya.Gala terbatuk keras. Mulutnya dia buka lebar-lebar untuk meraup udara yang dia butuhkan. Beberapa menit setelah napasnya kembali stabil, walau tubuhnya masih ringkih dan tidak kuat untuk berdiri, dia memberanikan diri menghadap prajurit arwah yang menatapinya dengan hawa membunuh yang mencekik didepannya.“Itu…penawar racun Sena…..” Gala menunjuk botol kendi yang tergeletak di sebelah tubuh Sena. “Tolong berikan aku waktu untuk memberikannya padanya. Kumohon….setelah itu, kau bebas melakukan apapun padaku….”Raksha mengerling. Apa yang dikatakan Gala benar adanya. Dia pun tidak merasakan adanya hawa membunuh dari Gala, yang berarti Gala tidak sedang berusaha untuk menipunya. Namun dia masih tidak mengerti alasan Gala repot-
Baca selengkapnya

Keteguhan Sena

“Raksha, jangan kesini!”Sena bangun seraya menjerit dengan wajah yang pucat karena cemas. DI tengah jantungnya yang masih berdegup kencang, dunia yang dia lihat masih setengah buram, tetapi lambat laun kian terlihat jelas. Matanya terbelalak saat wajah Raksha yang ada di sampingnya terlihat begitu jelas dan nyata.“Raksha! Kamu-““Tenang, tenang….” Raksha memegangi Sena yang hampir meraih pundaknya. “Tubuhmu bagaimana? Masih pegal atau nyeri?” tanyanya santai.“Baswara! Mereka menyerang kita! Ini bukan saatnya berleha-leha! Ayo kita pergi dari sini!” Sena beranjak dengan kepala yang masih pusing lalu menarik paksa Raksha untuk pergi entah kemana seperti orang linglung.“Sena, cukup. Tidak ada Baswara disini.” Raksha menenangkan dengan lembut.“Ti-tidak…! Kamu tidak mengerti! Mereka hendak menjebak kita dan-“Mendadak dunia yang Sena lihat seolah jungkir balik. Tubuhnya yang gemetaran mendadak limbung lalu terjatuh. Raksha reflek merangkul Sena agar tidak ambruk.“Uhhh….kepalaku pusin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status