Share

Tamu tak Diundang

Penulis: Raiha Raisha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Siapa?”

Raksha dan Sena terdiam kaget mendengar suara seorang wanita ketika mereka baru saja masuk ke dalam aula Padepokan Dewa Matahari. Aula yang luas itu tampak gelap, hanya sinar matahari siang yang masuk dari sela-sela jendela kayu di samping kanan aula yang menjadi sumber cahaya.

Sosok wanita paruh baya, mengenakan kain tunik panjang berwarna hitam yang dilapisi dengan selendang kuning di pinggangnya tengah duduk di tengah aula. Raksha menajamkan pandangannya sehingga bisa melihat lebih jelas wanita berambut hitam sebahu dengan tahi lalat di bawah bibirnya itu. Wanita paruh baya itu adalah guru aliran Kanuragan Wiratama. Namanya adalah Nandina.

“Apa kalian dari Kerajaan Kanezka?” tanya Nandina lagi.

Sena menarik Raksha lalu mempercepat langkahnya. Keduanya langsung duduk bersimpuh di hadapan Nandina.

“Tidak, guru. Saya Sena Suradarma, Pendekar Pedang Cahaya yang baru lulus dan hendak memperdalam aliran Kanuragan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Titisan Ashura   Murid Baru

    Detik demi detik yang terlewat rasanya berjam-jam lamanya. Baik Sena dan pasukan Kanezka saling menatap tajam dengan hawa membunuh yang menggelora di tiap hati mereka. Hanya butuh satu dorongan agar mereka saling membunuh satu sama lain.Namun Raksha tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia tidak mau Sena berakhir menjadi buronan dan harus membuang mimpinya menjadi Pendekar Dewa Matahari hanya karena kehilangan kesabaran menghadapi segerombolan ‘bandit’ yang dibalut seragam berzirah macam Pasukan Kanezka yang tengah mengepungnya itu.Sepersekian detik ketika pencahayaan di aula menjadi temaram, Asoka dan Gardapati melesat sekencang angin yang berhembus dari balik bayangan Raksha. Keduanya mencakar tiap bilah tombak perak, busur, dan anak panah perak milik prajurit Kanezka yang ada di aula secepat kilat sampai-sampai tiap prajurit, bahkan Sena, sekalipun tidak sadar apa yang telah menerpa mereka. Di tengah kegelapan yang hanya sekilas itu, mereka hanya bis

  • Dendam Titisan Ashura   Keraguan Sena

    Satu minggu berlalu semenjak Raksha dan Sena memutuskan untuk mendalami Kanuragan Wiratama. Mereka berdua sedang fokus untuk membereskan padepokan yang berantakan sehingga mereka belum memulai latihan mereka. Walau padepokan ini kecil, Raksha dan Sena cukup kerepotan untuk membersihkan semua padepokan ini karena hanya mereka bedua yang melakukannya.Ketika sedang sendirian di padepokan, Raksha diam-diam menyuruh prajurit arwahnya untuk membersihkan ruangan tempat dia berada, lalu pura-pura capek di hadapan Sena agar terlihat kalau dia yang membersihkannya. Terlepas dari itu, Raksha dan Sena berhasil membersihkan padepokan hingga layak pakai dan mereka akan memulai latihan mereka untuk mendalami Kanuragan Wiratama besok pagi.Di malam kala itu, Sena tengah termenung di hadapan Patung Dewa Matahari yang kini tidak lagi retak setelah dia dan Nandina sebelumnya telah memulihkannya dengan Kanuragan Wiratama. Tatapan Sena tertuju pada Patung Dewa Matahari, tetapi pikirannya

  • Dendam Titisan Ashura   Latihan Dasar Kanuragan Wiratama

    Di pagi itu, setelah Raksha dan Sena berlatih silat, Nandina meminta mereka memanjatkan doa pada Dewa Matahari. Ketiganya kala itu tengah berdoa di hadapan patung Dewa Matahari di lapangan padepokan dengan penuh khidmat.Lambat laun, Raksha dan Sena bisa merasakan sensasi panas di telapak tangan kanannya. Rasa panas itu semakin ketara ketika cahaya berwarna biru kehijauan timbul dari patung Dewa Matahari. Keduanya berupaya mengatur napasnya sambil menahan perih yang kian menerpa.“Tahan. Anugerah Dewa Matahari telah merasuki tubuh kalian. Tetap fokus kalau kalian tidak mau tangan kalian terbakar sia-sia.” Nandina mengingatkan.Baik Raksha dan Sena merasa kulit telapak tangan kanan mereka dikelupas kasar dengan logam panas. Mereka tidak menyangka Kanuragan Wiratama yang tengah menyelimuti tubuh mereka itu lebih memekik perih dibanding ketika mereka mempelajari Kanuragan Khsatriyans. Jantung berdegup kian kencang, begitu juga dengan keringat yang memba

  • Dendam Titisan Ashura   Tiba di Desa Wisaka

    Dua minggu berlalu semenjak latihan Kanuragan Wiratama berlangsung. Raksha dan Sena kini memutuskan untuk fokus mengumpulkan bintang jasa dengan mengambil misi sulit dari Kerajaan Kanezka demi keberlangsungan latihan mereka.“Guru Nandina, kami pamit.” Sena menunduk hormat bersama Raksha.“Ah, ya. Semoga kalian berhasil. Aku menghargai keputusan kalian yang berani untuk mengambil misi yang sulit dari Kerajaan Kanezka, tetapi kusarankan agar berhati-hati. Tidak ada gunanya kalau kalian mati-matian di misi itu tetapi kembali tinggal nama.” Nandina menasehati.Raksha sebenarnya masih tidak habis pikir dengan Nandina yang tampak tenang.Apa Nandina tidak sadar kalau dia dan Sena mempertaruhkan nyawa untuk mengambil misinya itu demi menjaga padepokannya?Kenapa Nandina tampak santai dan tidak peduli dengan risiko kalau mereka berdua gagal?Kalau dia memang dekat dengan Raja Widyanata, kenapa dia tidak melaporkan ketidakadi

  • Dendam Titisan Ashura   Tinju Maut

    “Apa? Apa? Aku belum dengar pembelaan kalian? Apa suara kalian tidak terdengar karena kalian hanya dua orang saja?! Ahahahahahaha!”Panji tertawa terpingkal-pingkal bersama Anjali dan anak buahnya dengan nada meremehkan.Sena sudah mengepal kedua tinjunya, tidak sabar untuk menghantam kepongahan mereka satu per satu, tetapi dia tahu kalau itu tidak ada gunanya. Raksha benar, dia harus fokus pada misinya.Di tengah gelak tawa itu, tetua Desa Wiraka melangkah untuk menghampiri Sena dan Raksha. Namun dia mendadak berhenti karena jalannya dihalang oleh Anjali dan Panji.“Tidak perlu repot-repot memberitahu mereka tentang misi ini, tetua desa! Tidak ada gunanya juga! Mereka berdua akan mati oleh siluman itu bahkan sebelum mereka sadar apa yang telah membunuh mereka!” seru Panji meremehkan.“Jangan khawatir soal jasad kalian nanti. Aku dengan senang hati akan mempersembahkannya untuk siluman lain. Paling tidak itu lebih berg

  • Dendam Titisan Ashura   Taruhan

    Tiga hari berlalu semenjak Raksha dan Sena tiba di Desa Wisaka. Sejauh ini, belum ada pergerakan yang berarti dari siluman misterius yang tengah menghantui desa ini. Baik tim Raksha – Sena dan tim Anjali – Panji belum menemukan sedikitpun petunjuk akan siluman tersebut.Langit sore kala itu perlahan kian gelap, menandakan malam telah tiba. Raksha yang ada di bukit dekat desa kala itu masih memantau dari kejauhan kondisi di sekitar desa. Tidak ada pergerakan yang dirasa misterius. Dia hanya melihat puluhan pendekar Dewi Bumi dan Pendekar Tubuh Baja bergantian patroli ke tiap sisi desa untuk mencari siluman yang sama, tetapi selama tiga hari terakhir, hasilnya masih nihil.“Yang Mulia Raksha.”Suara Asoka terdengar jelas di dalam kepala Raksha.“Ada perkembangan terbaru?” tanya Raksha dalam hati.“Saya dan Gardapati sudah memantau setiap sisi desa ini, Yang Mulia. Kami yakin siluman yang anda cari ada di desa

  • Dendam Titisan Ashura   Siluman Kelabang Raksasa

    “Tumpahkan semua! Pecahkan saja dengan kendinya sekalian!”Seruan Anjali yang keras kala itu membuat anak buahnya melempari kendi berisi air pemikat siluman itu ke rumah kayu yang tengah didiami Raksha. Walau tidak bisa dihirup oleh manusia, tetapi air itu dapat dihirup dan mendorong nafsu membunuh siluman pada umumnya.Tiga puluh kendi berisi sudah dipecahkan sehingga air pemikat siluman itu kini melumuri tiap sisi rumah kayu yang tengah dididami Raksha. Tepat setelah itu, Anjali dan anak buahnya mundur sekitar 50 kaki, bergantian posisi dengan Panji dan anak buahnya.Panji dan anak buahnya kala itu posisinya melingkari rumah kayu Raksha. Mereka serentak menghentakkan bumi sehingga lempengan tanah yang ada di sekitar rumah kayu Raksha terangkat tinggi, membentuk benteng batu yang menutup jalan masuk Raksha.“Bagus! Pertahankan benteng batu ini! Hajar dia kalau dia berani meloncati benteng batu ini!” seru Panji keras.Kegela

  • Dendam Titisan Ashura   Kemenangan Sesaat

    “Jayalah Mahadri! Jayalah Bhagawanta! Kita akan menjadi juara di Kerajaan Kanezka!” Anjali dan Panji bernyanyi merayakan kemenangan mereka dengan anak buahnya. Suara mereka terlalu ribut, sampai-sampai mereka tidak mendengar retakan di bongkahan batu raksasa yang tengah menimpa siluman kelabang itu kini kian panjang dan melebar.Ketika bongkahan batu itu terbelah lalu pecah, sontak Anjali, Panji, dan anak buah mereka pun diam. Senyum mereka yang semula terlihat lebar kini pudar, berganti menjadi raut wajah panik dan cemas. Kepanikan mereka kian menjadi ketika siluman kelabang itu kembali meliuk-liuk sambil berdesis semakin keras.“SSSHHHHH!!!!”“D-dia masih hidup?!”“Ra-rapatkan barisan! Tahan kembali kakinya! Jangan meleng!” Anjali kembali siaga seraya menguatkan tubuh bajanya. Dia dan anak buahnya dengan sigap menyergap tiap kaki siluman kelabang raksasa itu untuk kembali menahannya dengan tubuh baja merek

Bab terbaru

  • Dendam Titisan Ashura   Mencari Bantuan

    “Ah, ini tidak adil!”Sena menendang kursi yang ada di ruang jeruji depannya. Emosinya yang masih meletup-letup memaksa dia untuk duduk di salah satu ranjang jeruji sambil memijat-mijat dahinya yang mendadak terasa pusing. Niatannya untuk segera istirahat di Padepokan Kanuragan Wiratama pupus sudah karena keluarga Mahadri memaksa Raksha dan Sena masuk ke dalam penjara karena masih diduga mencuri pusaka suci milik Keluarga Jagadita dan Keluarga Nismara.“Padahal baru saja kita bebas dari penjara Keluarga Jagadita, sekarang Keluarga Mahadri malah memenjarakan kita lagi?! Ada apa dengan kebebalan mereka?! Mereka bahkan bilang kalau kita bisa bebas kalau kita bisa mengembalikan pusaka suci Keluarga Jagadita dan Keluarga Nismara?! Apa mereka itu dungu?! Sudah kubilang berkali-kali kalau kita berdua ini bukan pencuri!” Sena masih meluapkan amarahnya sambil mengepal kedua tinjunya keras. Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans sempat memancar terang untuk membentuk tombak perak yang akan dia guna

  • Dendam Titisan Ashura   Ancaman Keluarga Mahadri

    “Ah, akhirnya kita sampai, Raksha!”Sena buru-buru beranjak sambil menatap pelabuhan Kota Udayana yang semakin dekat dari perahunya. Dari terpaan angin kencang dan air yang tidak berombak, dia tahu kalau perahu yang tengah dia tumpangi itu akan membawa dirinya dan Raksha beberapa menit lagi.Raksha yang melihat ke arah yang sama awalnya menghela napas lega karena dia pun ingin istirahat sejenak. Namun kecurigaan tiba-tiba datang menyelimuti pikirannya ketika dia melihat seorang pria jangkung bertubuh gemuk yang mengenakan seragam katun berwarna ungu dengan rompi dan ikat pinggang berwarna kuning tengah duduk di ujung pelabuhan Udayana. Pria itu adalah Panji Mahadri, salah satu pendekar Dewi Pertiwi yang dulu pernah hampir membunuhnya karena kebenciannya terhadap pendekar Kanuragan Wiratama.Raksha semakin waspada ketika melihat ada dua pria paruh baya yang mengenakan pakaian seragam katun ungu yang sama seperti Panji tengah berdiri tegak di sebelah Panji. Kedua pria paruh baya itu ber

  • Dendam Titisan Ashura   Kembali ke Pulau Udayana

    “Kami harus menghajar anda, Yang Mulia?”Asoka dan Gardapati masih kebingungan dengan perintah Raksha. Mereka berdua bahkan kaget ketika melihat Raksha memanggil Suja dari balik bayangannya.“Suja, kau pukul perutku. Asoka kau cabik punggungku. Gardapati kau gigit pundakku.” Perintah Raksha sembari menunjuk ke arah perut, punggung, dan pundaknya.“Apa Yang Mulia yakin dengan ini?” tanya Suja sama bingungnya.“Aku hanya ingin memastikan Sena percaya dengan ceritaku tadi. Cepat lakukan sebelum terlambat!” tegas Raksha sambil menyeru.Asoka dan Gardapati pun berhenti ragu. Asoka yang pertama kali melesat ke punggung Raksha lalu mencakar sebagian punggung Raksha dengan tinju cakarnya yang sengaja dia tidak buat terlalu mematikan agar tuannya bisa menahannya.Raksha bisa merasakan guratan yang tajam di sepanjang pinggangnya hingga darahnya sempat menyembur perlahan, tetapi dia masih bisa menahannya karena dia tahu Asoka menahan diri. Sepersekian detik setelah itu, Gardapati datang menerjan

  • Dendam Titisan Ashura   Perginya Sang Buto Ijo

    “Semuanya! Ikuti aku!”Usai Sena menyimpan tongkat emasnya di balik punggungnya, dia pun langsung mengangkut Wanda yang masih tidak sadarkan diri. Seruannya yang keras membuat perhatian puluhan pendekar dewa angin yang masih kewalahan untuk kembali bangkit untuk melarikan diri. Ardiman yang ikut dibantu bangkit oleh para pendekar dewa angin pun kini sadar akan kehadiran Sena yang baru saja menolongnya untuk menjauh. Dia melihat Rakshasa sedang mengalihkan perhatiannya untuk melawan Raksha.“Suradarma….kau…membantu…kami…?” ujar Ardiman di tengah tubuhnya yang sekarat dan tertatih-tatih.“Sekarang bukan saatnya untuk mencurigaiku dan Raksha, Tuan Ardiman! Kita harus segera melarikan diri!” seru Sena balik.Ardiman tidak bisa membantahnya. Kondisinya dan seluruh pasukannya sudah sekarat dan kalau Rakshasa kembali menyerangnya maka kematian adalah kepastian yang akan menimpa mereka semua. Dia pun akhirnya memilih untuk menghilangkan kecurigaan terhadap Sena dan Raksha, lalu memilih memuta

  • Dendam Titisan Ashura   Menolong Keluarga Jagadita

    “Raksha, biar aku yang urus ini.”Raksha berhenti melangkah sejenak ketika Sena memintanya sembari mengacungkan tongkat emasnya ke arah pintu goa yang ada di depannya itu. Hanya dengan satu hantaman, puing-puing batu yang menutup pintu goa itu hancur seketika oleh serangan Sena. Kini Sena dan Raksha bisa melihat sosok Rakshasas yang mengaung layaknya harimau raksasa yang hendak menerkam mangsanya, yakni Ardiman, Wanda, dan puluhan Pendekar Dewa Angin lainnya.“Astaga…baru pertama kali kulihat monster sebesar ini…” Sena mengencangkan pegangan tongkat emasnya sambil bersiaga penuh.“Monster itu masih mengincar Adriman. Kita punya kesempatan untuk menyerangnya dari belakang.” ujar Raksha sambil membuat telapak tangan kanannya memancarkan cahaya perak Kanuragan Khsatriyans sehingga membentuk pisau keris. Telapak tangan kirinya yang sudah menggenggam erat pisau kujang emas membuat dia semakin sigap dengan kemampuan silatnya.Namun Raksha tahu kalau Rakshasas bukanlah siluman biasa yang mud

  • Dendam Titisan Ashura   Munculnya Raksahsas

    “Wanda…bersiaplah. Akan kita serang mereka lagi sekaligus dengan jurus angin sakti!”Seruan keras Ardiman membuat Wanda langsung bersiaga sembari memasang kuda-kuda tegak. Dia melihat pusaka syal hijau pamannya kini memancarkan cahaya hijau sehingga angin tornado berputar kencang mengitari tubuh mereka dan pasukannya.Tepat setelah Ardiman mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah lima pengawal arwah elit yang sebelumnya menyerangnya, dia kini ikut mengarahkan telapak tangan kanannya. Angin kencang yang kini terkumpul di pusaka syal hijau Ardiman menguat, bersamaan dengan puluhan pendekar dewa angin yang baru saja menyembuhkan lukanya lalu ikut berkonsentrasi sehingga angin tornado Ardiman berputar semakin kencang.“Lima prajurit arwah itu tidak menyerang, paman! Ini kesempatan kita!” seru Wanda semangat.“Ya, kita-“Ardiman tiba-tiba berhenti menyeru ketika tanah yang dia, Wanda, dan puluhan prajuritnya pijak berguncang keras, sampai-sampai mereka hampir kehilangan keseimbangan dan

  • Dendam Titisan Ashura   Serangan Pengawal Elit Arwah Raksha

    “Pendekar Kanuragan Wiratama harusnya mampus!”Wanda berulang kali menyerukan hal itu dengan keki. Walau Birawa, Pendekar Kanuragan Wiratama yang dia dan keluarganya buru untuk keamanan Nusantara kini sudah mati, dia masih tidak terima kalau yang mengalahkan Birawa ternyata adalah Raksha dan Sena, dua Pendekar Kanuragan Wiratama yang kini paling hebat diantara pendekar kanuragan lainnya.Tidak hanya Keluarga Jaganita, Wanda ingat kalau keluarga lainnya dari Nismara, Mahadri, Pancaka, dan Bhagawanta pun belum menyerah untuk mengerdilkan Pendekar Kanuragan Wiratama sebelum mereka bergabung untuk ikut dalam kompetisi Turnamen Sembilan Bintang Langit.“…sepertinya kamu sudah tidak sabar untuk memenjarakan mereka di Udayana, nak.”Ardiman tiba-tiba menanggapi Wanda, yang merupakan keponakannya.“Ya, paman! Mereka masih membawa bahaya di Udayana nanti, apalagi saat mereka mengikuti Turnamen Sembilan Bintang Langit!” seru Wanda.“Aku mengerti, nak. Banyak keluarga militer Kanezka yang mulai

  • Dendam Titisan Ashura   Rencana Perlawanan Raksha

    “Jangan lambat kalian!”Sena dan Raksha lagi-lagi disentak oleh pendekar dewa angin yang ada di belakang mereka untuk melangkah lebih cepat. Mereka berdua tengah dalam perjalanan ke ujung utara hutan, dimana disana banyak bangunan rumah yang dibuat oleh pendekar dewa angin sebagai tempat mereka beristirahat dan berlatih di Pulau Babar.Raksha mengedarkan pandangannya sekilas. Dia melihat ada dua puluh lebih bangunan rumah yang jaraknya antar tumah sekitar 50 kaki tersebar di ujung hutan ini. Tidak banyak pohon yang tersebar di ujung hutan ini sehingga Raksha bisa merasakan kalau pendekar dewa angin yang ada disini lebih bebas untuk beraktivitas di tempat ini.Raksha yang awalnya mengira dia dan Sena akan dibawa ke salah satu rumah tersebut ternyata salah. Para pendekar dewa angin menyuruh mereka masuk ke salah satu goa yang ada sekitar 60 kaki di arah selatan tempat perumahan tersebut. Ketika Raksha melihat goa yang sempit itu dan jeruji di pintu goanya, dia baru sadar kalau para pen

  • Dendam Titisan Ashura   Ancaman Keluarga Militer Jagadita

    “Yang Mulia, ternyata benar, pasukan Kanezka tengah mendatangi goa ini dengan persenjataan lengkap.”Bisikan Sakuntala yang terdengar hanya di dalam hati Raksha kala itu sempat membuat Raksha berhenti mengubur mayat terakhir di Goa. Dia melirik Sena sekelabat, setelah dia memastikan kalau Sena masih sibuk mengubur, dia kembali fokus ke Sakuntala.“Berapa kekuatan?” tanya Raksha berbisik.“Tidak banyak, Yang Mulia. Sekitar 30 kekuatan. Mereka semua mengenakan seragam pendekar silat Udayana berwarna hijau.” jawab Sakuntala.“….berarti mereka dari Padepokan Kanuragan Wayu. Kenapa mereka ada di pulau ini?”“Saya tidak tahu pasti, Yang Mulia. Tetapi saya bisa merasakan hawa membunuh dari mereka. Harap berhati-hati, Yang Mulia Raksha.”Raksha diam sejenak lalu berpikir. Dia tahu kalau Padepokan Dewa Angin dan Padepokan Dewa Air seringkali berkoalisi dan bertukar ilmu ajian sakti sehingga dia tidak heran melihat Wanda Jagadita dan Taksa Nismara bisa menguasai jurus pengendalian air dan angin

DMCA.com Protection Status