Semua Bab Dendam Titisan Ashura: Bab 61 - Bab 70

170 Bab

Wilayah Netral

‘Aku ingin berkunjung ke rumahmu dulu, Sena.’Kata-kata Raksha itu masih terngiang-ngiang di kepala Sena sampai-sampai dia sulit tidur. Dia bangun dengan mata berkantung lalu agak panik melihat penampilannya yang menampikkan wajah lelah. Berulang kali dia cuci muka lalu menatap wajahnya di cermin untuk memastikan parasnya masih segar.“Kenapa dia malah ingin ke rumahku?” gumam Sena dengan wajah memerah malu. Dia sudah meminta para pembantu dan pelayan untuk membersihkan rumah demi mempersiapkan kedatangan Raksha. Namun ayahnya malah mempertanyakan hal itu.“Ada acara apa? Sepertinya kamu sibuk, Sena. Apa ada yang mau melamarmu?”Sena menutup wajahnya yang merah padam. Entah usil atau tidak, tetapi pertanyaan ayahnya itu membuat suasana hatinya makin tidak karuan. Semoga saja dia berpikir terlalu berlebihan soal ini.Tapi bagaimana kalau Raksha serius?Tidak. Tidak bisa. Sena masih harus mengejar impiannya
Baca selengkapnya

Jebakan Lingga

“Cepat keluar sebelum kubakar kereta kuda ini, Yasa!”Perintah kasar Lingga memaksa Yasa keluar dari kereta kudanya. Awalnya Yasa ingin keluar sendiri dan meminta Raksha dan Sena tetap di kereta. Tetapi keduanya menolak.Yasa, Raksha, dan Sena keluar dengan perasaan berang. Kejengkelan mereka kian menjadi saat melihat raut wajah Lingga yang masam.“Komandan Lingga! Kau telah lancang karena-“Yasa mendadak berhenti ketika Lingga mengacungkan pedangnya tepat didepan hidung Yasa. Sena dan Raksha sudah bersiaga, tetapi puluhan prajurit Kanezka yang mengepung mereka mengancam untuk tidak melakukan perlawanan. Mengepungnya mengancam untuk tidak membela Yasa.“Berlagak bodoh kau sekarang! Kau pikir aku bodoh apa?! Kau telah melukai anak buahku!” sentak Lingga keras seraya menunjuk prajuritnya yang terhuyung lemas.Raksha sadar kalau prajurit yang tengah ditunjuk itu adalah prajurit yang sempat kehilangan kesadara
Baca selengkapnya

‘Pengadilan Dewa Langit’

“Bocah tidak sopan! Kau berani mengacungkan pedang kepadaku?! Mana rasa hormatmu, bocah?!” Lingga menyentak keras sambil membuang pedangnya.Telapak tangan Lingga yang memancarkan cahaya perak Kanuragan Khsatriyans kala itu membuat kulit tangan dan lengan kanannya mengeras seperti baja. Dia langsung mencengkeram bilah pedang Raksha keras hingga pecah.Raksha tidak bergeming. Dia tetap berdiri tegak membentengi Sena dan Yasa dari Lingga.“Komandan Lingga, tolong hentikan semua keributan ini. Keluarga Suradarma tidak terlibat atas apapun yang anda tuduh.” tegas Raksha.Lingga menarik kasar rompi Raksha lalu menatapinya tajam. “Besar sekali kata-katamu, bocah! Kau tahu penghinaan macam apa yang telah kau lakukan, hah?! Kau sudah terlibat dalam semua pengkhianatan ini!”“Ya, biar saya saja yang disalahkan atas kekacauan ini. Saya tidak ada hubungannya dengan keluarga Suradarma. Saya hanya orang asing di kota in
Baca selengkapnya

Mencari Kebenaran

“Ini pasti tahayul! Pendekar baru lulus macam apa yang bisa lolos dari jeratan rantai hakim para dewa?!”Lingga mengumpat dalam hatinya tidak berhenti. Para prajuritnya pun terheran-heran melihat kehebatan Raksha mematahkan rantai hakim para dewa itu. Mereka semua masih berusaha mencerna apa yang baru mereka lihat.“Bocah kurang ajar!” Lingga melontarkan tinjunya. Raksha sadar akan serangan Lingga, tetapi dia memilih untuk diam dan menahannya.Raksha terpelanting jatuh dengan sedikit lebam di pipinya. Rasa sakit ini masih bisa dia tahan karena dia sadar kalau tinju Lingga begitu lemah dan serampangan. Kemungkinan besar Lingga melakukan itu hanya untuk meluapkan emosinya.Lingga terlalu murka sampai-sampai dia tidak sadar kalau Raksha telah memerintahkan Gardapati, sang Siluman Srigala, untuk masuk menyusup ke dalam bayangannya. Bahkan pasukan Lingga pun tidak menampikkan sedikitpun rasa curiga karena masih tercengang dan terlalu fo
Baca selengkapnya

Terlambat

‘Jurus Penukar Jiwa!’Sepersekian detik setelah Raksha menyerukan itu, tubuhnya langsung berpindah tempat ke satu komplek perumahan yang terdiri rumah-rumah kayu sederhana. Langit malam menaungi dengan sinar bulan purnama penuh yang menerangi, tetapi Raksha tidak melihat satu pun batang hidung penduduk Desa Yada sejauh dia memandang.Komplek tempat Raksha sekarang berada letaknya kurang lebih 500 kaki dari daerah kota utama Rasagama. Komplek ini terdiri dari puluhan rumah kecil. Dilihat dari bahan kayu yang kasar yang menjadi pondasi utama tiap rumah yang ada di komplek itu, Raksha yakin kalau penduduk Desa Yada hanya diberikan lokasi berupa tanah kosong oleh Yasa untuk tinggal. Lokasinya sengaja agak jauh dari kota karena Yasa mengerti sebagian orang di Kota Rasagama masih memiliki prasangka buruk terhadap orang dari luar kotanya.Namun kali ini, situasi di komplek perumahan itu benar-benar sunyi. Hanya ada suara banyak orang batuk sekilas lalu kemb
Baca selengkapnya

Lahirnya Yaksha

“Ari! Ini aku, Raksha!”Seruan lirih Raksha dibalas Ari dengan tendangan cakarnya. Raksha reflek mengangkat lengan kanannya pendek untuk menangkis tendangan Ari, tetapi dia tidak mengira kalau Ari lanjut melontarkan tendangan berikutnya yang berhasil mendarat di dada Raksha sehingga dia terdorong semakin jauh.“Yang Mulia Raksha!”Siluman Srigala Gardapati dan Suja Sang Prajurit Arwah Elit keluar bersamaan dari balik bayangan Raksha. Keduanya menerjang Ari yang hendak melumat Raksha dengan kedua cakar di tangannya.Gardapati menerkam kedua kaki Ari dengan taringnya, sedangkan di saat yang sama, Suja menahan tinju kanan Ari lalu mencekik lehernya. Kedua pengawal Raksha itu sontak mundur karena Ari masih memaksa merangsek masuk untuk menghajar Raksha.“HAH!”Ari menyeru keras seraya memutar tubuhnya kencang hingga Suja dan Gardapati ikut berputar lalu terpental, terlepas dari tubuh Ari. Walau kakinya robek d
Baca selengkapnya

Mavendra vs Rajendra

“Percuma melawan, Raksha! Bergabunglah dengan Yaksha! Kita balas kezaliman Kanezka dengan darah!”Aryasatya menyeru sambil tersenyum remeh, menikmati kepayahan Raksha dan pasukannya yang habis dibantai secara perlahan oleh pasukan Yaksha-nya. Saat itu tatapannya tertuju pada Raksha yang masih di lindungi oleh ketiga pengawal arwahnya yang terkuat, yakni Suja, Gardapati, dan Asoka.Tiba-tiba aura ungu Kanuragan Ozora yang ada di sekitar tubuh Raksha menyeruak hebat hingga menyelimuti Raksha dan sebagian pasukannya. Beberapa saat setelah itu, Aryasatya tidak lagi melihat sosok Raksha di posisinya yang semula. Dia hanya melihat Suja, Gardapati, dan Asoka berlari ke arah yang berbeda melewati kerumunan prajurit arwah dan pasukan Yaksha yang tengah berseteru satu sama lain. Tetapi dari arah lari mereka yang perlahan menuju satu titik, Aryasatya tahu kalau tujuan mereka adalah dirinya.“Jadi itu trik murahanmu, bocah?! Menggelikan! Kau memalukan nama
Baca selengkapnya

Mata dibalas Mata

“Uhh…”Raksha membuka matanya walau dunia yang dia lihat masih buram. Sejenak dia mengedip-ngedipkan matanya lalu mengatur napasnya, pandangannya menjadi jelas. Namun yang dia lihat hanyalah kegelapan yang tidak ada ujungnya.“Kakak!”Raksha terjembap kaget. Dia kenal suara yang memanggilnya. Baru saja dia membalikkan badan, sosok perempuan mungil memeluknya. Perempuan itu adalah adiknya, Ira.“Ira? Bagaimana bisa?” tanya Raksha kebingungan.“Kakak! Akhirnya kakak datang kesini! Kita bisa bermain lagi!” Ira melebarkan senyum polosnya.“Kamu kelihatan lelah, nak Ibu sudah siapkan makan.”“Raksha, istirahat dulu.”Suara ayah dan ibu Raksha mendadak terdengar disamping kiri dan kanan Raksha. Raksha tidak menyangka kalau kedua orang tuanya itu tengah berdiri dengan senyum hangat khas yang biasa menyambutnya setelah dia lelah bekerja.“Ayah&h
Baca selengkapnya

Darah dibalas Darah

“Mata dibalas mata! Darah dibalas darah! Kanezka dan Kota Rasagama harus menerima ganjarannya!”   “Bangkitlah Titisan Ashura! Bangkitlah Titisan Ashura! Bangkitlah Titisan Ashura!”Aryasatya menyeru penuh antusias menyambut kebangkitan Raksha yang telah menyatu dengan Kanuragan Yudha. Seluruh dukun yang ada di sekitarnya pun ikut menyeru dengan gegap gempita.Raksha bangkit perlahan. Tatapannya masih kosong.“Raksha Mavendra! Ini adalah momen bersejarah! Pendekar Sakra dan Yaksha bersatu! Kami Rajendra dengan senang hati menyambut kesatuan titisan Ashura!” Aryasatya masih antusias.Raksha mengerling ke arah Aryasatya. Namun belum  mengatakan apapun.“Ayo, Raksha! Menyatulah denganku! Kita akan hancurkan Kerajaan Kanezka! Kita tunjukkan pada Nusantara kalau titisan Ashura-lah pahlawannya! Para pemuja dewa itu akan runtuh ditangan bumi pertiwi!” Aryasatya menjulurkan telapak
Baca selengkapnya

Kedatangan Pendekar Dewa Matahari

“Ah…!”Sena bangun dari mimpinya dengan tubuh penuh keringat. Wajahnya lembap karena air mata membasahi kedua pipinya. Dia melihat sekeliling, lalu tersadar kalau dia bukan lagi di dunia yang penuh kegelapan, tetapi dikamarnya sendiri.Walau kepalanya masih terasa pusing, Sena menyeka air mata sekilas lalu segera beranjak dari tempat tidurnya. Rambutnya masih berantakan, wajahnya masih sembab, para pembantunya memanggilnya karena cemas, tetapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan cepat menuju kamar Raksha.“Raksha…?” Sena memanggilnya berkali-kali setelah dia mengetuk pintu sampai lima kali lebih tetapi tidak ada jawaban. Perlahan, dia membuka pintu kamar itu yang ternyata tidak terkunci.Dada Sena rasanya berdegup lebih cepat. Dia tidak melihat siapapun di kamar. Tempat tidurnya masih rapi dan jendela pun tertutup rapat. Tidak ada jejak secuil pun yang menunjukkan Raksha kabur dari kamarnya.“N-nona Sena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status