Home / Rumah Tangga / Hadiah Madu Untuk Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Hadiah Madu Untuk Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

90 Chapters

Bab 51: Cemburu tiga wanita

“Saya akan menikahimu Naya,”DEG“ADUH! Aw sakit,” teriak seseorang yang sedari tadi sedang memotong sayuran di dapur.Jidan dan Naya sontak menoleh ke arah dapur.“Kana,”“Mba Kana,”Keduanya sigap menuju dapur. Terlihat Kana yang sedang memegangi telunjuknya yang sudah mengalirkan darah segar.“Ya Allah Mba Kana, kenapa bisa begini?” panik Naya seraya memegang lengan Kana.Kana hanya terdiam tak percaya. Bukan, bukan soal tangannya yang terluka, bahkan luka itu tidak sakit sama sekali, karena ia sudah terbiasa dengan luka-luka dapur.“Mba, ini dalam sekali lukanya,” panik Naya lagi.‘Tidak Nay, ada yang jauh lebih dalam dari luka ini’ batin Kana sambil memandangi wanita lugu yang sedang panik itu.“Pak Kyai, apa ada kotak P3K?”“Ada, ayo bawa Kana duduk dulu,”Jidan cepat menuju kotak P3K yang menempel di dinding. Diikuti oleh Naya dan Kana yang menuju sofa ruang keluarga.“Ini,” Jidan menyerahkan kotak putih persegi panjang pada Naya.“Terimakasih Pak Kyai,” ucap Naya.‘Sungguh, ak
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

Bab 52: Menjelang keberangkatan

Bab 52Terlihat wanita paruh baya keluar dari dapur membawa senampan hidangan teh dan kue untuk mereka. Tidak lain wanita itu adalah bude Asiah, istri pakde Khairul.“Kenapa Ba?” tanya bude Asiah yang ikut duduk di samping pakde Khairul.“Iniloh Mi, Jidan mau ke Mesir. Biasa, gara-gara gosip yang viral itu,” jawab pakde Khairul sedikit menggoda.“Yo ndak papa toh Ba, biarkan saja berangkat. Itu namanya laki-laki yang berani dan bertanggung jawab. Lagi pula sambil menjenguk istri dan adek disana, iya kan Nang?” bude Asiah tersenyum ramah. Tampak mendukung pilihan Jidan untuk pergi menemui Inda, demi memperbaiki prasangka buruk yang ditujukan Inda untuknya.“Iya Bude,”“Mau berapa lama kamu disana?” tanya pakde Khairul yang mulai menyetujui keberangkatannya.“Dua bulan sepertinya Pakde,”“Lama itu Jidan. Bagaimana dengan urusan-urusan yang belom kelar?”“Jidan minta bantuan Pakde sekali Pakde,” Jidan memelas.“Jidaaaan... Jidan. Begitulah kalau jauh sama istri, pasti banyak yang terbeng
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Bab 53: Terkejut

Bab 53Ding... Ding...Ia raih benda pipih yang berdering di hadapan. Ternyata Luna yang menghubunginya.“Halo assalamu’alaikum Lun,”“Halo assalamu’alaikum Jidan,”Keduanya mengucap salam bersamaan.“Eh wa’alaikumussalam Jidan,” jawab Luna. Jidan terdiam menunggu apa yang akan Luna sampaikan.“Soal berita itu... Aku minta maaf Jid,” lirihnya.“Ini salah aku Lun. Karena aku tidak berhati-hati, semua jadi salah paham,” kilah Jidan. “Maaf Lun, aku harus pergi siang ini. Tidak usah difikirkan berita itu ya? Aku pastikan semua akan baik-baik saja,”“Baik Jidan. Sekali lagi aku minta maaf,”“Tidak apa-apa, aku pergi sekarang Lun. Assalamu’alaikum,”“Iya silahkan, wa’alaikumussalam,”Jidan pun bergegas menemui mentri pendidikan perihal kesediaannya untuk berangkat ke Mesir, dan langsung berhasil mendapatkan visa kerja selama tiga bulan.***Mentari senja sedikit demi sedikit telah mengurung, memberikan nuansa jingga di setiap sudut gedung pesantren. Sebagian santri telah menyelesaikan akti
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

Bab 54: Berbincang dengan dokter tampan

BRUKKK Naya jatuh pingsan dengan tubuh tergeletak miring di lantai.“Astaghfirullah Naya! Kenapa? Kana! Tolong panggil Pak Maman sekarang,” pekik Jidan panik.Kana pun tak kalah panik mendengar teriakan Jidan. Tanpa harus berpikir sejuta kali, Jidan langsung membopong wanita yang terkulai lemas dengan wajah yang sangat pucat itu di antara dua tangannya.“Kita ke As-Syifa Pak!” pinta Jidan disambut oleh Pak Maman membukakan pintu mobil. “Kana ikut!” perintah Jidan mengisyaratkan agar Kana duduk dibagian tengah bersama Naya. Sementara Jidan akan duduk di depan bersama Pak Maman.Pak Maman pun langsung melesakkan mobilnya dengan cepat.20 menit, mobil pun berhasil terparkir di halaman rumah sakit. Jidan cepat menuruni mobil untuk meminta bantuan perawat agar segera membawa Naya ke ruang penanganan.“Ada apa Jidan?” Tanya Dr. Rio yang menghampiri Jidan.“Tidak tahu Rio, tiba-tiba saja wajah Naya pucat dan langsung pingsan,” jelas Jidan
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 55: Kenyataan pahit

“Ustadz Hanan,” sapa Kana dengan Nada terkejut.Semua menoleh ke arah Kana dan Dokter Rio di belakangnya. Hanan beranjak berdiri dan mempersilahkan Kana untuk duduk.“Mbak… “ panggil Naya.“Bagaimana keadaan Kaka sekarang?” tanya Kana menghampiri Naya.“Alhamdulillah Mbak, sudah lebih baik,” jawab Naya sambil tersenyum. Kana hanya mengangguk pelan, masih ada penyesalan dalam hatinya.“Ohya Mbak, Pak Kyai pasti sudah ke bandara kan?”“Sudah Nay. Astaghfirullah! Aku lupa Ka!” pekik Kana teringat sesuatu.“Apa Mbak?”“Dok? Bisa bicara di luar sebentar?” pinta Kana pada Dokter Rio yang masih didalam ruangan bersama mereka.“Bisa,” jawab Rio.“Saya keluar sebentar ya Ka, Pak Maman, Ust Hanan,”Sudah di depan ruangan.“Dok… Saya lupa mengabari Pak Kyai kalau Ka Naya sudah bangun. Hp saya pun tertinggal di rumah Dok karena buru-buru kesini,” jelas Kana.“Baik, saya yang akan mengabari Jidan,”“Terimakasih ya Dok,” Kana terdiam sejenak.“Emmm… itu Dok, apa boleh saya yang bicara pada beliau?”
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

Bab 56: Detik-detik kehancuran

Malam itu suasana rumah sakit tidak begitu ramai, hanya beberapa orang dan para perawat yang lalu lalang di sekitaran halaman. Di kursi yang sama, di bawah pohon. Kana dan Rio saling berbagi cerita.“Ada apa sebenarnya?” tanya Rio. Kana terdiam sejenak.“Aku takut mengatakannya Dok,” jawab Kana dengan wajah yang begitu kecewa.“Aku akan merahasiakan itu,” keukeh RioKana menunduk.“Aku…” belum sempurna kalimat itu terucap, terlihat butir air mata yang menetes di pipinya.Rio mengulurkan tangan, menepuk pundak Kana lembut ingin menenangkan.“Kalau tidak bisa cerita sekarang, tidak usah memaksakan diri. Cerita saja lain kali, saya siap menjadi pendengar,” ujar Rio.“Sebenarnya, aku yang telah meracuni Ka Naya, Dok,” ucap Kana berusaha untuk jujur.Rio terdiam, menatap dalam wanita pemilik senyum manis di hadapan. Rio yakin, Kana tidak benar-benar sengaja melakukannya. Terlihat dari ia begitu peduli pada Naya. Wajahnya sangat terkejut sekaligus menyesal saat dokter Rio menyampaikan penye
last updateLast Updated : 2023-02-28
Read more

Bab 57: Ledakan bom

Inda terkejut membeku. Dengan cepat ia menghempaskan tangannya, namun tidak berhasil melepas genggaman Zein.Kedua telapak tangan yang saling beradu, bersatu menciptakan desiran hebat dalam hati.“Zein… please lepaskan,” pinta Inda dengan memelas.“Tidak, biarkan seperti ini dulu, Oke? Aku tidak mau kamu digoda terus menerus seperti itu In,”Inda menunduk. Rasanya aneh sekali baginya yang sudah menikah lalu bersentuhan dengan pria lain. Kemana perginya kepercayaan yang diberikan oleh Jidan? Ia mulai merasa ingkar, ini adalah sesuatu yang salah. Tidak, Inda tidak boleh membiarkan itu semua terjadi.“Inda!” tiba-tiba suara lantang memecah pikiran Inda, menghentikan langkah tergesa menghindari keramaian.“Mas,” bak disambar petir, tubuh Inda semakin kaku, bola matanya membulat sempurna, tidak menyangka Jidan tiba-tiba muncul di hadapan dengan keadaan tangannya masih digengam oleh pria lain.“Siapa kamu hah?” Kali ini Jidan benar-benar murka, mengepalkan tangan lalu menerjang wajah kokoh
last updateLast Updated : 2023-03-03
Read more

Bab 58: Perih

“Mas, aku takut,” keluh Inda kala mereka sudah berada di bawah tiang masjid.“Kita akan aman Sayang. Tenang ya?”“Bagaimana Sofia, Rena dan yang lain?”“Coba Mas hubungi mereka dulu ya?” Jidan cepat merogoh saku jaket tebalnya.“Halo Sofia?” ucap Jidan saat panggilan sudah tersambung.“Mas Jidan. Kami di masjid Azhar Mas. Mas sama Kaka dimana?” sahut Sofia.“Kami juga di Azhar Sof. Di bawah tiang ruak tahfiz syekh Zaglul,”“Sofia dan Ka Rena kesana ya Mas,”“Oke,”“Dimana Mas?” tanya Sofia mendongakkan wajah mencari Jidan.“Sebelah kiri, sini,” sahut Jidan sambil melambaikan tangan pada Sofia dan Rena yang berdiri tak jauh dari sana.Mereka pun segera menghampiri Jidan.“Ka Inda kenapa?”“Kenapa Da?” tanya Sofia dan Rena.“Kaki aku terbentur tangga lorong tadi. Tapi gapapa ko. Cuma nyeri sedikit,” jawab Inda mengelus pelan bagian atas mata kakinya.“Kalian Cuma berdua?” tanya Inda yang menyadari mereka hanya berdua.“Iya Nda. Zein dilarikan ke rumah sakit,”“Hah? Kenapa Ren?” panik In
last updateLast Updated : 2023-03-10
Read more

Bab 59: Melepas Rindu

Jidan cepat membuka ponsel, menekan tombol panggilan pada seseorang.“Assalamu’alaikum, Naya,” ucap Jidan.“Wa’alaikumussalam Pak Yai,” jawab Naya.“Saya akan segera pulang. Di hari jum’at besok saya akan bertemu dengan orangtuamu,”“Ha? Pak Kyai bukankah baru saja sampai di Cairo?” tanya Naya terheran.“Persiapkan saja,” tegas Jidan.“Mas Jidan? Kenapa?” tanya Sofia melihat keanehan prilaku sang kakak.“Mas akan kembali ke Malang besok,”“Hah? Kenapa Mas? Ada apa?” mata Sofia membelalak terkejut.“Mas kerumah Hikam dulu Sof. Titip Kakak. Saya pulang dulu Ren, assalamu’alaikum,” tanpa menghiraukan siapapun. Jidan pergi meninggalkan Inda tanpa sepatah katapun.Rena dan Sofia saling pandang melihat tingkah Jidan. Keduanya mulai memahami apa yang telah terjadi di dalam saat Inda keluar mengejar Jidan.“Mas, tunggu!” pekik Inda. Namun tidak dihiraukan lagi oleh Jidan.Meski Jidan tidak menoleh sedikitpun ke arah Inda. Ia tetap mengikuti Jidan sampai mereka menunggu taksi di tepi jalan.“M
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more

Bab 60: jujur

Alarm ponsel berbunyi setelah jam menunjukkan pukul empat pagi. Inda lebih dulu bangun dan bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh lalu menunaikan salat sunnah. Seperti biasa, aktifitasnya akan dimulai sebelum subuh. Begitu juga dengan Jidan yang sudah terbiasa dengan jadwal yang sama.Mengerjakan salat sunnah, berdzikir, membaca Al-Qur’an hingga waktu subuh tiba, kemudian dilanjut dengan membaca kitab sebagai rutinitas belajarnya hingga pukul enam pagi barulah ia melakukan aktifitas dunia. Ia memulai aktifitas dunianya dengan memasak. Di tengah Inda sedang menyiapkan bahan masakan, ia berniat untuk memasak lebih banyak dari biasanya, mengingat mantannya yang tak berdaya di rumah sakit. Disisi lain, Inda takut akan niatnya itu. Ia bimbang dan ragu untuk meminta izin pada Jidan. Belum selesai masalah salahpaham antara mereka, sudah menambah masalah baru dengan ia yang begitu perhatian pada Zein.“Mas, aku masak lebih banyak dari biasanya,” ucap Inda ragu.“Terimakasih Sayang,”
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status