Beranda / Pernikahan / Hadiah Madu Untuk Suamiku / Bab 52: Menjelang keberangkatan

Share

Bab 52: Menjelang keberangkatan

Penulis: Junatha Rome
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-08 23:35:10

Bab 52

Terlihat wanita paruh baya keluar dari dapur membawa senampan hidangan teh dan kue untuk mereka. Tidak lain wanita itu adalah bude Asiah, istri pakde Khairul.

“Kenapa Ba?” tanya bude Asiah yang ikut duduk di samping pakde Khairul.

“Iniloh Mi, Jidan mau ke Mesir. Biasa, gara-gara gosip yang viral itu,” jawab pakde Khairul sedikit menggoda.

“Yo ndak papa toh Ba, biarkan saja berangkat. Itu namanya laki-laki yang berani dan bertanggung jawab. Lagi pula sambil menjenguk istri dan adek disana, iya kan Nang?” bude Asiah tersenyum ramah. Tampak mendukung pilihan Jidan untuk pergi menemui Inda, demi memperbaiki prasangka buruk yang ditujukan Inda untuknya.

“Iya Bude,”

“Mau berapa lama kamu disana?” tanya pakde Khairul yang mulai menyetujui keberangkatannya.

“Dua bulan sepertinya Pakde,”

“Lama itu Jidan. Bagaimana dengan urusan-urusan yang belom kelar?”

“Jidan minta bantuan Pakde sekali Pakde,” Jidan memelas.

“Jidaaaan... Jidan. Begitulah kalau jauh sama istri, pasti banyak yang terbeng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 53: Terkejut

    Bab 53Ding... Ding...Ia raih benda pipih yang berdering di hadapan. Ternyata Luna yang menghubunginya.“Halo assalamu’alaikum Lun,”“Halo assalamu’alaikum Jidan,”Keduanya mengucap salam bersamaan.“Eh wa’alaikumussalam Jidan,” jawab Luna. Jidan terdiam menunggu apa yang akan Luna sampaikan.“Soal berita itu... Aku minta maaf Jid,” lirihnya.“Ini salah aku Lun. Karena aku tidak berhati-hati, semua jadi salah paham,” kilah Jidan. “Maaf Lun, aku harus pergi siang ini. Tidak usah difikirkan berita itu ya? Aku pastikan semua akan baik-baik saja,”“Baik Jidan. Sekali lagi aku minta maaf,”“Tidak apa-apa, aku pergi sekarang Lun. Assalamu’alaikum,”“Iya silahkan, wa’alaikumussalam,”Jidan pun bergegas menemui mentri pendidikan perihal kesediaannya untuk berangkat ke Mesir, dan langsung berhasil mendapatkan visa kerja selama tiga bulan.***Mentari senja sedikit demi sedikit telah mengurung, memberikan nuansa jingga di setiap sudut gedung pesantren. Sebagian santri telah menyelesaikan akti

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 54: Berbincang dengan dokter tampan

    BRUKKK Naya jatuh pingsan dengan tubuh tergeletak miring di lantai.“Astaghfirullah Naya! Kenapa? Kana! Tolong panggil Pak Maman sekarang,” pekik Jidan panik.Kana pun tak kalah panik mendengar teriakan Jidan. Tanpa harus berpikir sejuta kali, Jidan langsung membopong wanita yang terkulai lemas dengan wajah yang sangat pucat itu di antara dua tangannya.“Kita ke As-Syifa Pak!” pinta Jidan disambut oleh Pak Maman membukakan pintu mobil. “Kana ikut!” perintah Jidan mengisyaratkan agar Kana duduk dibagian tengah bersama Naya. Sementara Jidan akan duduk di depan bersama Pak Maman.Pak Maman pun langsung melesakkan mobilnya dengan cepat.20 menit, mobil pun berhasil terparkir di halaman rumah sakit. Jidan cepat menuruni mobil untuk meminta bantuan perawat agar segera membawa Naya ke ruang penanganan.“Ada apa Jidan?” Tanya Dr. Rio yang menghampiri Jidan.“Tidak tahu Rio, tiba-tiba saja wajah Naya pucat dan langsung pingsan,” jelas Jidan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 55: Kenyataan pahit

    “Ustadz Hanan,” sapa Kana dengan Nada terkejut.Semua menoleh ke arah Kana dan Dokter Rio di belakangnya. Hanan beranjak berdiri dan mempersilahkan Kana untuk duduk.“Mbak… “ panggil Naya.“Bagaimana keadaan Kaka sekarang?” tanya Kana menghampiri Naya.“Alhamdulillah Mbak, sudah lebih baik,” jawab Naya sambil tersenyum. Kana hanya mengangguk pelan, masih ada penyesalan dalam hatinya.“Ohya Mbak, Pak Kyai pasti sudah ke bandara kan?”“Sudah Nay. Astaghfirullah! Aku lupa Ka!” pekik Kana teringat sesuatu.“Apa Mbak?”“Dok? Bisa bicara di luar sebentar?” pinta Kana pada Dokter Rio yang masih didalam ruangan bersama mereka.“Bisa,” jawab Rio.“Saya keluar sebentar ya Ka, Pak Maman, Ust Hanan,”Sudah di depan ruangan.“Dok… Saya lupa mengabari Pak Kyai kalau Ka Naya sudah bangun. Hp saya pun tertinggal di rumah Dok karena buru-buru kesini,” jelas Kana.“Baik, saya yang akan mengabari Jidan,”“Terimakasih ya Dok,” Kana terdiam sejenak.“Emmm… itu Dok, apa boleh saya yang bicara pada beliau?”

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 56: Detik-detik kehancuran

    Malam itu suasana rumah sakit tidak begitu ramai, hanya beberapa orang dan para perawat yang lalu lalang di sekitaran halaman. Di kursi yang sama, di bawah pohon. Kana dan Rio saling berbagi cerita.“Ada apa sebenarnya?” tanya Rio. Kana terdiam sejenak.“Aku takut mengatakannya Dok,” jawab Kana dengan wajah yang begitu kecewa.“Aku akan merahasiakan itu,” keukeh RioKana menunduk.“Aku…” belum sempurna kalimat itu terucap, terlihat butir air mata yang menetes di pipinya.Rio mengulurkan tangan, menepuk pundak Kana lembut ingin menenangkan.“Kalau tidak bisa cerita sekarang, tidak usah memaksakan diri. Cerita saja lain kali, saya siap menjadi pendengar,” ujar Rio.“Sebenarnya, aku yang telah meracuni Ka Naya, Dok,” ucap Kana berusaha untuk jujur.Rio terdiam, menatap dalam wanita pemilik senyum manis di hadapan. Rio yakin, Kana tidak benar-benar sengaja melakukannya. Terlihat dari ia begitu peduli pada Naya. Wajahnya sangat terkejut sekaligus menyesal saat dokter Rio menyampaikan penye

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-28
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 57: Ledakan bom

    Inda terkejut membeku. Dengan cepat ia menghempaskan tangannya, namun tidak berhasil melepas genggaman Zein.Kedua telapak tangan yang saling beradu, bersatu menciptakan desiran hebat dalam hati.“Zein… please lepaskan,” pinta Inda dengan memelas.“Tidak, biarkan seperti ini dulu, Oke? Aku tidak mau kamu digoda terus menerus seperti itu In,”Inda menunduk. Rasanya aneh sekali baginya yang sudah menikah lalu bersentuhan dengan pria lain. Kemana perginya kepercayaan yang diberikan oleh Jidan? Ia mulai merasa ingkar, ini adalah sesuatu yang salah. Tidak, Inda tidak boleh membiarkan itu semua terjadi.“Inda!” tiba-tiba suara lantang memecah pikiran Inda, menghentikan langkah tergesa menghindari keramaian.“Mas,” bak disambar petir, tubuh Inda semakin kaku, bola matanya membulat sempurna, tidak menyangka Jidan tiba-tiba muncul di hadapan dengan keadaan tangannya masih digengam oleh pria lain.“Siapa kamu hah?” Kali ini Jidan benar-benar murka, mengepalkan tangan lalu menerjang wajah kokoh

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 58: Perih

    “Mas, aku takut,” keluh Inda kala mereka sudah berada di bawah tiang masjid.“Kita akan aman Sayang. Tenang ya?”“Bagaimana Sofia, Rena dan yang lain?”“Coba Mas hubungi mereka dulu ya?” Jidan cepat merogoh saku jaket tebalnya.“Halo Sofia?” ucap Jidan saat panggilan sudah tersambung.“Mas Jidan. Kami di masjid Azhar Mas. Mas sama Kaka dimana?” sahut Sofia.“Kami juga di Azhar Sof. Di bawah tiang ruak tahfiz syekh Zaglul,”“Sofia dan Ka Rena kesana ya Mas,”“Oke,”“Dimana Mas?” tanya Sofia mendongakkan wajah mencari Jidan.“Sebelah kiri, sini,” sahut Jidan sambil melambaikan tangan pada Sofia dan Rena yang berdiri tak jauh dari sana.Mereka pun segera menghampiri Jidan.“Ka Inda kenapa?”“Kenapa Da?” tanya Sofia dan Rena.“Kaki aku terbentur tangga lorong tadi. Tapi gapapa ko. Cuma nyeri sedikit,” jawab Inda mengelus pelan bagian atas mata kakinya.“Kalian Cuma berdua?” tanya Inda yang menyadari mereka hanya berdua.“Iya Nda. Zein dilarikan ke rumah sakit,”“Hah? Kenapa Ren?” panik In

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 59: Melepas Rindu

    Jidan cepat membuka ponsel, menekan tombol panggilan pada seseorang.“Assalamu’alaikum, Naya,” ucap Jidan.“Wa’alaikumussalam Pak Yai,” jawab Naya.“Saya akan segera pulang. Di hari jum’at besok saya akan bertemu dengan orangtuamu,”“Ha? Pak Kyai bukankah baru saja sampai di Cairo?” tanya Naya terheran.“Persiapkan saja,” tegas Jidan.“Mas Jidan? Kenapa?” tanya Sofia melihat keanehan prilaku sang kakak.“Mas akan kembali ke Malang besok,”“Hah? Kenapa Mas? Ada apa?” mata Sofia membelalak terkejut.“Mas kerumah Hikam dulu Sof. Titip Kakak. Saya pulang dulu Ren, assalamu’alaikum,” tanpa menghiraukan siapapun. Jidan pergi meninggalkan Inda tanpa sepatah katapun.Rena dan Sofia saling pandang melihat tingkah Jidan. Keduanya mulai memahami apa yang telah terjadi di dalam saat Inda keluar mengejar Jidan.“Mas, tunggu!” pekik Inda. Namun tidak dihiraukan lagi oleh Jidan.Meski Jidan tidak menoleh sedikitpun ke arah Inda. Ia tetap mengikuti Jidan sampai mereka menunggu taksi di tepi jalan.“M

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 60: jujur

    Alarm ponsel berbunyi setelah jam menunjukkan pukul empat pagi. Inda lebih dulu bangun dan bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh lalu menunaikan salat sunnah. Seperti biasa, aktifitasnya akan dimulai sebelum subuh. Begitu juga dengan Jidan yang sudah terbiasa dengan jadwal yang sama.Mengerjakan salat sunnah, berdzikir, membaca Al-Qur’an hingga waktu subuh tiba, kemudian dilanjut dengan membaca kitab sebagai rutinitas belajarnya hingga pukul enam pagi barulah ia melakukan aktifitas dunia. Ia memulai aktifitas dunianya dengan memasak. Di tengah Inda sedang menyiapkan bahan masakan, ia berniat untuk memasak lebih banyak dari biasanya, mengingat mantannya yang tak berdaya di rumah sakit. Disisi lain, Inda takut akan niatnya itu. Ia bimbang dan ragu untuk meminta izin pada Jidan. Belum selesai masalah salahpaham antara mereka, sudah menambah masalah baru dengan ia yang begitu perhatian pada Zein.“Mas, aku masak lebih banyak dari biasanya,” ucap Inda ragu.“Terimakasih Sayang,”

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21

Bab terbaru

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 90: TAMAT

    Jum’at, 13 maret 2023. Acara akad dan walimatul ‘ursy akan dilaksanakan. Semua persiapan selama tiga minggu lalu telah berbuah pada hari ini.Koordinasi pengurus yang sangat solit hingga terlihat begitu memuaskan. Mulai dari pengaturan para santri, tata letak dekorasi, serta sususan acara telah siap dimulai pada detik ini.Acara sakral, yaitu pengucapan janji suci, akan segera dimulai. Para tamu agung mulai berbondong menuju masjid dengan pelataran yang sangan indah. Dikhiasi bunga-bunga cantik bernuansa putih hijau, kursi-kursi yang berjejer rapi berselimutkan putih, karpet merah yang terbentang Panjang hingga tangga masjid yang sudah di dekor lengkungan bunga di depannya sebagai tempat penjemputan mempelai wanita saat ijab qabul telah dilantunkan. Semua tersusun rapi dan sangat khidmat.“Jidan sudah siap?” tanya penghulu.“Insyallah siap,” jawabnya mantap.“Ankahtuka wazawwajtuka Inayatu Shalihah binti H. Hasan Asy-Syadzuli bi mahril madzkur haaaalan,”“Qobiltu nikahaha wa tazwijaha

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 89: Harmonis

    “Sofi,” panggil Inda yang sangat mengerti apa yang sedang terjadi pada Sofia.“Ya Ka,” Sofia menoleh masih dengan wajah lesunya.“Dengarlah apa yang dikatakan oleh hatimu,” titah Inda tiba-tiba.Sofia hanya mengangguk lalu kembali berlalu.“Banyak yang menderita hatinya di rumah ini karena aku,” ucap Inda menyesal.“Kalau saja Ustadzah Inda saat itu tidak berterus terang memberitahu perasaan Kana pada Pak Kyai. Mungkin sampai kapanpun Kana akan terjerat oleh rasa yang membingungkan itu, dan menjadi benalu di rumah tangga Ustadzah. Karena untuk pergi dari pesantren ini pun Kana tidak mampu. Ternyata, cinta Kana pada pesantren ini, ketulusan Kana pada Umi dan Abi lebih besar dari apapun,”Inda terdiam, tertegun mendengar ucapan Kana.“Hingga akhirnya, Kana menemukan hikmah saat Kana berada di kampung. Seorang pria yang selama ini hanya sibuk dalam mempertaruhkan nyawa seseorang datang untuk menyatakan perasaannya dan telah berhasil membuka fikiran Kana dan memberi ruang padanya,”“Janga

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 88: kabar bahagia

    “Tapi…”“Kenapa?”“Naya malu Pak Kyai,”“Malu pada siapa?”“Anak santri. Mereka belum mengetahui acara ini. Dengan pergi berdua seperti ini, Naya khawatir ini akan menjadi fitnah,”Jidan menghela napas memperbaiki posisi duduknya berhadapan dengan Naya.“Kana,” panggil Jidan.“Baik Pak Kyai,” sahut Kana yang muncul dari ruang keluarga.“Tolong kumpulkan semua pengurus disini sekarang,”“Sekarang Pak Kyai?” tanya Kana memastikan.“Ya,”“Nggeh Pak Kyai,” angguk Kana lalu bergegas keluar mengerjakan perintah Jidan.Naya terbelalak mendengar ucapan Jidan yang tiba-tiba memanggil semua pengurus untuk berkumpul disini. Keputusan itu, pasti karena ucapannya barusan yang merasa malu karena para santri belum ada yang tahu.“Pak Kyai?” suaranya lirih tak percaya.“Kita cukup memberitahu pengurus saja kan?”“Kenapa tiba-tiba begini Pak Kyai? Pak Kyai semakin membuat Naya malu,” ujarnya mengerucutkan bibir manisnya.“Siap-siap saja dengan tanggapan mereka nanti,”Mendengar kalimat itu, wajah Naya

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 87: Ruang bunga

    Dua hari kemudian, kondisi bayi dalam kandungan Inda dinyatakan normal, dan sudah diperbolehkan pulang.Sore hari, Inda dan Jidan sudah sampai di halaman pesantren. Suasana yang tenang, beberapa kegiatan masih berlangsung. Ada yang sedang menghafal di gazebo, ada yang sedang gotong royong membersihkan kamar masing-masing, dan ada juga yang sedang mengikuti ekstrakulikuler karena hari ini adalah hari minggu, dimana kegiatan kesenian dijadwalkan pada hari itu sebagai waktu refreshing bagi para santri.Juga, di area lahan kosong yang terletak di samping rumah pengasuh terlihat Pak Maman sedang mengkordinasi para pegawai yang mulai merancang Pembangunan sebuah rumah yang akan dihadiahkan untuk Naya nanti.“Apa Naya sudah memilih desain interiornya Mas?” tanya Inda yang melihat-lihat area tersebut.“Dia masih melihat-lihat katalog yang diberikan arsitek kemarin Sayang,” jawab Jidan santai.“Assalamu’alaikum Ustadzah?” sapa para santri yang berlalu didekatnya dan tak lupa mereka menyalami J

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 86: Titik terang

    Sungguh ingin ia mempertahankan sang mantan agar dapat kembali padanya. Sudah sejauh ini ia memperjuangkan sang kekasih, berharap masih ada ruang baginya untuk mendapat cinta yang selama ini telah ia pupuk hanya untuk wanita pemilik wajah anggun nan cantik, yang matanya mampu meluluh lantakkan hati yang memandangnya, yang senyumnya mampu meruntuhkan benteng pertahanan.‘In, siapa yang akan menutup luka yang tergores dalam di hati ini In? Aku masih menyayangimu bahkan entah sampai kapan. Bisakah kamu melihat itu In? aku akan selalu menunggumu’ Pemandangan di balik jendela bus menuju kota Jakarta terasa sedang mengiba ikut merasakan pilunya cinta seorang pria yang baru saja menerobos masuk dalam kehidupan sang mantan. Dengan penuh resiko dan bahaya.KLING KLINGPonsel Zein berbunyi. Panggilan dari Firhan sang wakil keamanan.“Halo assalamu’alaikum Han,”“wa’alaikumussalam Zein,” jawab Firhan tergesa. “Zein gawat Zein. Ada pengeroyokan antar kekeluargaan di distrik 10 Zein,”Zein terteg

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 85: Rancu

    TAK TAK TAKLangkah kaki terdengar gagah mendekat memasuki ruang tunggu.“Sofi. Bagaimana keadaan Kakak?” panik Jidan.“Kak Inda masih harus istirahat Kak,” jawab Sofia.Zein hanya melirik sinis pada Jidan dan Naya yang baru saja sampai di ruangan itu. Jidan melangkah sampai di depan Zein yang hanya duduk tak menghiraukan kedatangan Jidan.“Silahkan tinggalkan ruangan ini,” perintah Jidan pada Zein.Zein beranjak dari kursinya dan memandang tajam pada lawan bicaranya.“Jika kamu tidak bisa membahagiakannya. Lepaskan dia dari jerat hidupmu yang rumit itu!” ucapannya penuh penekanan dan mengintimidasi.“Apa hak kamu berbicara seperti itu hah?” cecar Jidan.“Aku. Tidak akan pernah menyerah untuk ini! Ingat itu!”“CUKUP!” teriak Sofia menghentikan perdebatan keduanya. “Jika masih ada yang belum selesai antara kalian, kenapa kamu meminta aku untuk memulai suatu hubungan Kak Zein? Kenapa?” derai air mata tak sanggup untuk dibendung. Kenyataan itu cukup menyakitkan bagi Sofia yang hanya menj

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 84: keadaan genting

    Pagi yang segar di hari sabtu, Inda memutuskan untuk memulai harinya dengan menyirami tanaman bunga di halaman depan rumah. Para santri pun yang hendak masuk ke kelas berlalu Lalang menyapanya dengan santun, beberapa mereka menyalami Inda dengan takzim.“Kamu tau gak Ser? Kemarin Pak Kyai pergi sama Ka Naya loh!”“Kemana ya kira-kita?”“Kalo akau perhatiin ya, akhir-akhir ini Ka Naya selalu dipanggil ke rumah pengasuh tau,”Tak sengaja Inda mendengar percakapan segerombol santriwati sedang membicarakan suaminya dengan ketua putri. Rasanya tidak etis sekali ada pembicaraan seperti itu di pesantren ini, terlebih itu menjurus kepada fitnah nantinya.Larut dalam fikiran, seketika perut Inda terasa nyeri seperti ada yang meremasnya dengan kuat. Inda merintih kesakitan, wajahnya memucat, tubuhnya membungkuk menahan sakit. Selang air yang semula di tangan, ia jatuhkan seketika.Dua oran santriwati yang melihat Inda hampir terjatuh di tanah, segera berlari untuk menopang tubuh Inda. Seluruh s

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 83: Menghadap calon mertua

    “Kyai?” panggil Naya.“Ya?” sahut Jidan.“Apa Ustadzah Inda telah menyiapkan semua isi tas Pak Kyai?” tanya Naya yang masih terkesima dengan ketelatenan Inda dalam menyiapkan perjalanan Jidan.“Iya. Kenapa?”“Masyaallah sekali Pak Kyai, sangat lengkap dan rapi,” puji Naya.“Kamu sudah membuka semua bagian?” tanya Jidan memastikan. Naya menggeleng.“Di bagian paling besar, itu berisi pakaian, termasuk handuk kecil dan sapu tangan, di bagian ke tiga, ada perlengkapan untuk perawatan mulut. Dan yang paling kecil ini, Inda berpesan,”kalau ada receh kembalian, taruh disini ya Mas, biar dompet Mas tidak gembung” Begitu katanya,”Naya tersenyum mendengar penjelasan Jidan, kemudian menunduk merasa insecure denga napa yang dilakukan Inda untuk Jidan. Dia tidak yakin bahwa dirinya akan seperfeksionis Inda atau malah menyusahkan mereka.“Kamu, tetaplah jadi dirimu sendiri. Aku akan mencintaimu dengan apa adanya dirimu,” kata Jidan melihat perubahan sikap Naya.“Terimakasih Pak Kyai,” ucap Naya

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 82: Insecure

    Waktu itu telah tiba. Hari dimana Jidan dan Inda akan segera berangkat menemui ibunda Naya.Jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi, seperti jadwal yang sudah ditentukan, Inda akan pergi untuk memeriksakan kehamilannya terlebih dahulu Bersama Jidan.Setelah mengantri menunggu giliran, akhirnya Inda dan Jidan sudah berada di ruangan dan akan segera dilakukan USG yang ditangani langsung oleh bidan Laila.“Sepertinya Ustadzah terlalu banyak fikiran ya?” tebak Laila.“Tidak juga sih Dok, biasa saja, tidak ada yang saya fikirkan berlebihan,” tanggapan Inda mencoba mengelak.“Harus badrest dulu ya Ustadzah. Jangan terlalu melakukan yang berat-berat dulu,”“Apa melakukan perjalanan jauh akan berpengaruh pada bayi kami Dok?”“Kemana?”“Bandung misalnya,”“Emmm. Sepertinya tidak bisa Ustadzah, khawatir terjadi sesuatu pada bayinya nanti,”Inda hanya melirik pada sang suami. Mengisyaratkan hari ini ia tidak akan bisa menemani sang suami.“Baik kalau begitu Dok, terimakasih ya Dok,” ucap Jida

DMCA.com Protection Status