Home / Rumah Tangga / Hadiah Madu Untuk Suamiku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Hadiah Madu Untuk Suamiku: Chapter 71 - Chapter 80

90 Chapters

Bab 71: kabar baik dari bidan Laila

Kekhawatiran Naya seakan masih harus menabrak dinding kokoh. Tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat Jidan dari belakang, dan berharap semua akan baik-baik saja.Jidan memasuki kamar membawa semangkuk bubur ayam serta air hangat untuk sang istri. Namun, Wanita cantik bak bidadari itu sedang tertidur dengan wajahnya yang lesu dan pucat pasi. Jidan meletakkan bubur itu di meja samping ranjang, kemudian meraih handuk kecil yang membalut dahi Inda dan membasahinya Kembali dengan air hangat lalu meletakkannya di dahi Inda.“Mas?” Inda terbangun karena terasa ada sesuatu di dahinya.Jidan memandangi Inda dalam-dalam.“Maaf Mas membangunkanmu,” ucap Jidan.“Tidak apa-apa Mas. Aku menunggu Mas sejak tadi lalu tertidur,”“Kalau begitu mau makan bubur sekarang?” tawar Jidan dibalas anggukan oleh Inda.Jidan membantu mengubah posisi Inda untuk bersandar di ranjang dan mengambilkan bubur untuknya. Suapan pertama berhasil ditelan oleh Inda, suapan kedua, hingga suapan ketiga, Inda tidak bisa mel
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Bab 72: menjadi penguat

Laila telah pamit pulang. Jidan cepat menuju kamarnya, sementara Kana Kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa penasaran atas keadaan Inda.“Sayang,” tegur Jidan yang baru saja memasuki kamar.Inda tersenyum sambil memandangi Jidan. Ia seka pipi mulus bersih milik Jidan yang kini sudah duduk di sebelah Inda.“Dokter tidak mengatakan apa-apa tentang keadaanmu Sayang. Kenapa?” tanya Jidan dengan lembut.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Sayang. Aku baik-baik saja,” jawab Inda. “Sini istirahatlah Sayang, besok harimu akan berat sekali,” titah Inda meminta Jidan segera tidur di sampingnya.Inda memeluk Jidan dengan penuh kenyamanan, menumpahkan segala rasa yang baru saja hadir di hatinya, sebuah kebahagiaan yang baru saja diucapkan oleh bidan Laila pada dirinya. Memandangi Jidan yang sudah mulai tertidur, mengeratkan pelukannya sekali lagi dan tenggelam dalam pelukan sang suami hingga menghantarkannya ke dalam mimpi yang Indah.*** TOK! TOK! TOK!“Pak Kyai!” panggil Kana dari depan pint
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Bab 73: "Mas, Mas pulang cepat kan?"

Ini adalah saat pertama kali Naya menginjakkan kaki di kamar Inda dan Jidan. Kamar yang begitu indah dan megah, dilengkapi dengan furniture mahal dan antik. Sebagian pajangan di dalamnya adalah barang antik dari Mesir, terlebih dengan adanya kamar mandi kecil disudut kiri yang membuat kamar ini semakin mewah.Inda sudah dibaringkan di ranjang. Kana mulai mencari minyak kayu putih untuk diberikan pada Inda. Sementara Naya, membuka kaus kaki yang masih terpasang di kaki Inda.Persis seperti seorang ratu yang tertidur, wajah pucatnya masih terlihat sangat cantik, bahkan jemari kakinya begitu lentik, kuku-kukunya bening mengkilap.‘Ustadzah Inda pasti mengurus dirinya dengan baik, beruntung sekali mereka saling memiliki satu sama lain. Indah luar dalam’ bathin Naya memuji.Jidan mulai mengoleskan minyak penghangat di bagian hidung dan tangan Inda dengan perlahan, kekhawatiran sangat jelas terlihat di wajahnya. Ia dekatkan wajah tampannya pada Inda yang masih tak sadarkan diri, membisik ha
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

Bab 74: Bersama dokter Rio

Setelah sampai di rumah, Kana gelisah sekali atas kejadian hari ini. Entah saat Inda mengizinkan Naya untuk menemani Jidan, atau saat Jidan marah pada wartawan yang menanyakan dirinya. Kana memutuskan untuk pergi dari rumah, hanya sekedar ingin menyegarkan fikirannya.‘sepertinya tidak ada celah untukku membuktikan perasaanku. Bahkan bukan hanya Bersiap untuk pergi dari pesantren, tapi sekaligus memikul rasa malu karena lancang telah jatuh cinta pada Pak Kyai’ gelisah Kembali melanda hati Kana.“Stop Pak. Berhenti disini saja,” pintanya kala taxi yang ia tumpangi telah sampai di suatu tempat dimana ia akan menghabiskan waktunya disana.Suatu taman yang masih satu pemilik dengan rumah sakit Asy-Syifa tempat Rio bekerja. Entah mengapa sejak saat ia bercerita dengan Rio, membuat Kana nyaman untuk ingin mengunjungi taman itu lagi.Ia duduk di sebuah kursi Panjang dekat dengan gerbang pembatas jalan yang ditumbuhi rumput kecil, menambah suasana menjadi teduh dan nyaman. Ia pandangi ponsel
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

Bab 75: Terbongkarnya rahasia

Matanya melebam merah, tangis perih telah menyisakan bekas di wajah teduhnya. Ia tidak bisa berfikir jernih saat ini, yang ingin ia lakukan hanya mengemas baju dan pergi sejauh mungkin dari rumah itu.Dengan berat hati, ia beranjak dari ranjang untuk mengambil kopernya diruang penyimpanan barang. Ia memberanikan diri untuk meluapkan segala kepedihannya di hadapan semua. Ketika ia keluar kamar, sudah tidak ada siapapun disana. Sepertinya mereka sudah selesai membicarakan pernikahan kedua Jidan. Ini adalah waktu yang tepat untuk Kana mengemas barang kemudian baru meminta izin untuk berhenti bekerja dan Kembali ke kampung halaman untuk selama-lamanya.Berhasil ia mengambil koper. Namun, baru saja ia hendak membawa koper it uke kamarnya, Jidan sudah berdiri di ruang keluarga, dan melihat dirinya yang sedang menarik koper.“Untuk apa koper itu Kana?” tanya Jidan mengerutkan dahi.Kana terdiam sejenak, kali ini ia tidak bisa menyembunyikan apapun lagi, terlebih dengan wajahnya yang lebam
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

Bab 76: kabar di hari yang sama

Hari ini, pagi-pagi sekali Inda sudah terbangun untuk menyiapkan sarapan, karena Kana sudah berangkat ke kampung halamannya kemarin. Terasa lengang rumah ini tanpa Kana, tanpa ada suara yang biasa terdengar saat ia mengerjakan sesuatu.Suara denting piring yang diletakkan di atas meja sudah terdengar di ruang makan, menandakan bahwa Inda telah selesai membuat sarapan yang nikmat sebelum suaminya pergi ke kantor beberapa saat lagi.“Mas, ayo kita sarapan dulu,” ajak Inda sambil tangannya begitu lihai menata sajian makanan di atas meja kaca.“Belum pakai dasi Sayang,” sahut Jidan dari dalam kamar. Inda bergegas masuk kedalam kamar untuk membantu Jidan mengenakan dasi.Ia pasangkan dasi biru muda pada kerah kemeja dengan warna senada yang suaminya pakai, kemudian meraih jas hitam yang menggantung dan memakaikannya pada tubuh sekal Jidan.“Sudah siap semua?” Inda memperhatikan penampilan Jidan.Inda lekas mengecek tas kerja Jidan yang sudah ia siapkan sebelum membuat sarapan setelah subuh
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

Bab 77: Mengancani Sofia

DEG‘Hari jum’at, mengapa kabar ini datang secara bersamaan dan pada hari yang sama’ Gumamnya dalam hati Jidan terdiam sejenak, bagaimana cara ia memberitahu sang istri bahwa hari itu bertepatan dengan hari yang dipilih ibunda Naya yang mengundang mereka ke Bandung.“Kenapa Mas? Apa Mas sibuk di hari itu?” tanya Inda memecah hening Jidan.“Emmm. Sebenarnya, Naya baru saja mengabari bahwa Ibunya mengundang kita di hari jum’at besok,” jelas Jidan, dengan berat hati ia sampaikan kabar itu.Inda terdiam. Ada rasa sakit menyelubung di hatinya bak duri yang menusuk ke dalam kulit tanpa disadari.“Baik Mas kalau begitu. Nanti kita bicarakan lagi di rumah,” putus Inda.“Baik Sayang,”Sambungan pun berakhir. Jidan meletakkan ponselnya di atas meja kerja. Ia lihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 10 pagi. Hampir saja terlupa bahwa pagi ini ia ada rapat Bersama mentri pendidikan beserta jajaranya.***Sementara itu, kisah cinta dari kota Cairo yang semakin mengukir luka sepanjang hari. Setelah
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

Bab 78: menunggu calon istri

“Ayo kita memulai suatu hubungan?” kalimat Zein berhasil membuat Sofia menghentikan kegiatannya menikmati matcha pilihan Zein di hadapannya.“Hubungan? Maksud Kakak?” tanya Sofia ingin memperjelas.“Aku ingin kita memiliki suatu hubungan. Kepedulianmu sudah cukup membuatku sadar, bahwa tidak ada perhatian yang tanpa makna dan tanpa maksud,”“Sebenarnya itu sudah lama sekali aku rasakan Kak. Perasaan ini, telah menuntunku untuk terus memikirkan Kakak,” sela Sofia.“Kalau begitu, kamu mau kita memiliki hubungan itu kan?”“Tapi…” kalimat Sofia terhenti, ia masih tidak percaya dengan semua yang dikatakan Zein, kenapa rasanya hambar sekali, cara Zein mengungkapkan itu terasa ngambang, tidak membuatnya bahagia seperti pasangan pada umumnya yang memulai suatu hubungan dengan orang yang dicinta.“Apa Kakak benar mencintai Sofia?” lanjutnya.“Aku membutuhkan orang sepertimu Fi,” kalimat Zein terdengar begitu ambigu“Apa Kakak sudah melupakan cinta pertama Kakak?”“Cinta pertama tidak akan terl
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Bab 79: Terbongkarnya rahasia Dani

Dari ruang keluarga, terdengar pintu ruang pertemuan ditutup, bertanda bahwa Naya sudah berada di dalam ruang pertemuan. Inda beranjak dari kursi ruang keluarga, melangkah menuju kamarnya. Ia lirik sekilas ruang pertemuan yang di batasi oleh pintu sehingga ia hanya mendengar ucapan salam seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam rumah ini. Ia tidak ingin mendengar lebih lama percakapan antara mereka, ia lebih memilih akan berdiam di kamar dan menunggu suaminya bercerita.DING! DING! DING!Ponsel Inda berdering, nama Rena meminta panggilan video.“Assalamu’alaikum Bu Nyai,” ucap Rena bersemangat.“Wa’alaikumussalam Niiiiiing,” jawab Inda antusias.“Gimana kabarnya? Sehat kan di Indonesia?”“Alhamdulillah, sehatlah. Yang disana juga sehat selalu ya,”“Aamiin. Oiya, mau nanya sesuatu boleh gak?”“Apa tuh?”“Emang bener lo jadi mau ngejodohin suami lo?”“Ha? Kabar dari siapa Ren?”“Dari mantan lo. Ka Zein,”“Kenapa cepet banget kabarnya nyebar ya?”“Ha? Jadi beneran suami lo mau nikah
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Bab 80: Tidak biasa

Garis mega memisah langit dan pesisir kota sudah terbentang memberitahu bahwa gelap akan segera tiba. Fortuner yang dikendarai sang kyai muda telah melesak meninggalkan kantor. Dengan raut wajah dan hati yang gundah, Jidan terus memikirkan kejadian-kejadian beberapa bulan yang lalu, hingga puncaknya ia harus kehilangan sang ibu. Semua terjadi saling berkaitan antara kehidupan pesantren, rumah tangganya Bersama Inda juga tentang pekerjaannya di departemen agama.Kepala Jidan terasa sangat pening, ia pelankan laju mobil untuk berhati-hati, beberapa mobil di belakangnya melaju mendahului Jidan, tatapannya hampir kosong, hingga akhirnya suara ponsel berdering menyadarkan fikirannya.“Halo assalamu’alaikum Sofi?” ucap Jidan.“Wa’alaikumussalam Ka,”“Ada apa?” suaranya parau.“Tiket bulan depan sangat mahal Kak. Sofi milih bulan ini aja ya Kak, gak sabar juga pengen pulang nih Kak,”“Oke, Kakak transfer sekarang uang tiketnya,” Jidan dengan cepat menyetujui usulan sang adik.“Baik Kak, maka
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status