Home / Romansa / Jebakan Sang Kupu-Kupu Malam / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Jebakan Sang Kupu-Kupu Malam: Chapter 121 - Chapter 130

248 Chapters

121.Aku Melihatnya

“Apakah kamu yakin sudah merasa lebih baik? Kamu baru saja keluar dari rumah sakit Esmee, bagaimana bisa kamu mengajakku kemari?” tanya Romain yang duduk di mobil sembari menatap Esmee yang duduk di sampingnya.Saat ini mereka berada di tempat parkir taman hiburan miliknya. Esmee yang duduk di samping Romain menyunggingkan senyuman.“Aku sudah merasa jauh lebih baik, Romain. Bukankah kamu melihatnya sendiri wajahku tidak lagi pucat dan aku tidak lagi merasa tubuhku lemas. Lagipula dokter sendiri dudah menyatakan jika aku sudah pulih.”Romain menghela nafas berat. “Meskipun kamu sudah pulih, tetap saja seharusnya kamu pulang dan beristirahat untuk memulihkan diri. Bukannya datang ke taman hiburan.”Ekspresi Esmee pun berubah sedih. “Padahal aku mengajakmu kemari karena aku ingin pergi berkencan denganmu. Tapi sepertinya kamu tidak menginginkannya.”Romain segera menggelengkan kepalanya. Dia meraih tangan sang kekasih. “Bukan seperti itu, Esmee. Aku hanya mengkhawatirkan kondisimu. Tent
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

122.Ucapan Perpisahan

“Aku memang mulai dewasa Kak Orly. Itulah sebabnya aku akan pergi.”Seketika wajah Orlena berubah pucat menengar ucapan Mia. Tatapannya tertuju lurus pada Mia yang mengalihkan pandangannya untuk melihat keindahan kota Zürich. “Apa maksudmu dengan kamu akan pergi, Mia?” tanya Orlena merasakan takut jika apa yang dipikirkannya akan terjadi.“Kak Orly pasti sudah mengetahui jika bagi orang lain, kami terlihat seperti monster.” Mia tampak begitu sedih.“Aku sudah meminta Max tidak mengatakan hal seperti itu, Mia. Dan hal itu juga berlaku untuknya,” ucap Orlena dengan begitu tegas.Mia menyunggingkan senyuman. Dia bisa melihat orang-orang yang berkerumun di bawah seperti semut-semut yang bergerak. “Ya, aku tahu Kak Orly akan berkata seperti itu. Karena hanya Kak Orly yang bisa memahami kami dan memperlakukan kami bukan hanya sekedar kepribadian yang tidak berguna. Tapi Kak Orly selalu memperlakukan kami dengan sangat berharga. Aku senang bisa mengenal Kak Orly.”Kemudian Mia menoleh kemba
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

123.Semakin Dewasa

“Jadi kepribadian Mia menghilang begitu saja?” tanya dokter Carlos.Setelah kejadian kepribadian Mia menghilang kemarin, Max dan Orlena mengunjungi dokter Carlos untuk mengetahui apa yang terjadi.“Aku tidak tahu apa yang terjadi. Karena saat itu Mia bersama dengan Orly.” Max juga tidak paham bagaimana bisa kepribadian yang selalu menjadi bagian dari dirinya sekarang tiba-tiba menghilang begitu saja.Tatapan Carlos pun beralih pada Orlena yang duduk di samping Max. Wanita itu tampak begitu sedih setelah apa yang terjadi pada Mia.“Apakah Mia mengatakan sesuatu, Miss Orly?” tanya Carlos ingin menggali informasi yang diperlukan untuk menyimpulkan apa yang terjadi pada Mia.“Sebelum Mia muncul kemarin, dia pernah bercerita padaku mengenai keinginannya pergi ke taman hiburan yang belum tercapai. Karena itu aku berjanji padanya jika aku akan mengajaknya pergi ke taman hiburan. karena itulah kemarin ak pergi ke taman hiburan bersama dengannya untuk memenuhi janjiku. Lalu saat puas bermain M
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

124.Mencari Müller 

“Esmee, aku perlu menelpon seseorang sebentar. Ini sangat penting,” ucap Romain kepada sang kekasih.Esmee melepaskan pelukannya. “Baiklah.”“Aku akan segera kembali.” Romain berdiri dan berjalan menuju ruang kerjanya. Esmee menatap sang kekasih dengan rasa penasaran. Entah mengapa Esmee merasa jika seseorang yang ditelpon oleh Romain berhubungan dengan seseorang yang dicarinya kemarin. Karena sorot mata pria itu sama seperti kemarin.Di dalam ruang kerjanya, Romain segera menghubungi detektif Furrer. Setelah menekan tombol panggil, Romain menempelkan benda itu di telinganya. Terdengar nada tunggu sejenak sebelum akhirnya suara yang berat menyapa pria itu.“Selamat malam, Mr. Martinez.” sapa Simeon dengan sopan.“Selamat malam, detektif Furrer. Saya hanya ingin bertanya apakah informasi yang Anda berikan benar atau tidak?”Simeon yang berada di ruang bilik kerjanya pun menganggukkan kepalanya. “Benar, Mr. Martinez. Saya memiliki bukti-bukti yang menunjukkan jika Camile Furgler telah
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

125.Rumah Baru

Max menghentikan mobil di depan sebuah rumah bergaya Eropa yang memiliki halaman luas. Rumah yang terlihat begitu tenang dan asri. Hijaunya tumbuhan dan rumput yang dipangkas rapi di depan halaman rumah tersebut terasa menyejukkan. Membuat mata betah memandang lama-lama pemandangan itu."Kamu menyukainya?" tanya Max, melirik pada Orlena dengan seulas senyum tipis terpatri di bibir.Orlena mengangguk dengan jujur. "Ya. Aku rasa, ini adalah rumah paling indah yang pernah aku lihat," aku wanita itu, masih memandang sekeliling.Max seketika terkekeh renyah. "Kamu bahkan belum melihat keseluruhan rumah ini, Orlena. Kita baru saja melihat sepuluh persennya," pungkas pria itu.Orlena tersenyum. "Kalau begitu, ayo tunjukkan aku sisanya."Orlena menggamit tangan Max. Dengan senang hati Max menyambut jari-jari Orlena di sela-sela jemarinya yang kokoh. Mereka berjalan masuk beriringan menuju rumah baru mereka.Sebuah ruang tamu dengan warna yang didominasi putih dan cream seketika menyambut kedu
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

126.Kejutan Yang Mengharukan

126.hvhjgMax menghampiri ranjang dan mengambil sebuah kotak beludu berwarna merah. Dia membukanya kemudian mengarahkannya kepada Orlena. Nafas wanita itu tercekat saat melihat sebuah cincin bertahtakan berlian berada di dalam kotak itu. “Aku tahu ini terlalu cepat untuk kita berdua, Orlena. Tapi aku ingin segera mengikatmu dalam pernikahan. Karena aku ingin menghabiskan waktuku bersama denganmu. Oleh sebab itu, maukah kamu menikah denganku, Orlena?” Max menyunggingkan senyuman.Tatapan Orlena tertuju pada cincin itu. Kemudian tatapannya beralih pada Max. Dia tidak bisa membendung air matanya kembali. Lalu wanita itu menganggukkan kepalanya.“Ya, aku mau menikah denganmu, Max. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersama denganmu.” Orlena menganggukkan kepalanya penuh semangat.Max menyerukan kebahagiaannya. Kemudian dia mengambil cincin itu dan memasangkannya di jari manis wanita itu. Dia memandang cincin yang tampak pas melingkar di jari Orlena. Kemudian dia memandang wanita yang sa
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

127.Perpisahan Lebih Baik

Satu bulan berlalu begitu saja. Dengan begitu banyak cerita, segala tawa dan tangis yang menjadi bagian dari kehidupan.Saat ini di dalam gedung pengadilan, di sebuah ruang persidangan, sidang kesimpulan untuk perceraian Max dan Esmee telah digelar. Setelah berbagai prosesi, hakim akhirnya membacakan putusan akhir, bahwa pasangan suami istri Max dan Esmee akhirnya benar-benar sah berpisah. Hukum telah mengesahkannya dengan ketukan palu dari Hakim.Max mengembuskan napas lega setelah semuanya berakhir. Altherr menepuk pundaknya lalu tersenyum saat Max menoleh, seolah memberikan selamat tanpa suara."Terima kasih, Altherr," ucapnya.Lantas, Max melihat Esmee yang duduk tak jauh dari dirinya. Senyuman hangat dia berikan kepada wanita itu.Setelah Hakim beserta rekannya berdiri dan meninggalkan ruang persidangan, Max pun ikut berdiri. Keluar dari ruangan tersebut bersama Altherr yang mendampinginya. Saat di luar, dia menyaksikan Esmee keluar dari sisi yang berbeda."Max," panggil Esmee.M
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

128.Menunjukkan sesuatu

Danau Zurich terbentang dengan begitu luasnya. Airnya yang jernih memantulkan warna langit biru, menambah kesan menakjubkan di tempat tersebut."Apa yang kita lakukan di sini?" tanya Esmee pada Romain yang mengajaknya ke tempat itu barusan."Kita akan berlayar," pungkas Romain. Pria itu mengedikkan dagu ke arah yacht yang berdiri dengan tangguh di sisi danau Zurich. Terlihat begitu gagah dan menakjubkan. "Itu adalah kapal pesiar milikku. Namanya Fleur, yang artinya adalah bunga. Kamu tahu mengapa aku menamainya demikian?" Romain menoleh pada Esmee saat bertanya.Esmee menggeleng pelan. "Apa itu?"Seulas senyum Romain terbit. "Karena ibuku dulu sangat menyukai bunga. Itulah makanya aku memberi nama kapal pesiar ini Fleur, bunga."Esme menatap kekasihnya dengan intens. Melihat betapa besar kasih sayang yang lelaki itu miliki untuk ibunya. "Kamu pasti sangat menyayangi ibumu," komentar Esmee. Masih menatap Romain lurus-lurus.Romain mengangguk pelan. Tersenyum pada Esmee. "Ya. Tentu aku
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

129.Melakukan Hal Yang Lain

Esmee bisa melihat sebuah ruangan berukuran tidak terlalu besar seperti ruang bersantai. Tapi yang membuat wanita itu terpaku adalah dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan di dalam danau yang sangat indah. "Ruangan ini indah sekali, Romain," puji Esmee melangkah masuk. Wanita itu berhenti melangkah di depan dinding kaca itu. Dia bisa melihat ikan-ikan dalam berbagai jenis dan ukuran berenang di hadapannya. Romain ikut melangkah masuk dan memeluk sang kekasih dari belakang. Esmee menyandarkan kepalanya dengan manja ke dada pria itu. “Ini adalah tempat favoritku. Melihat ikan yang berenang kesana kemari menciptakan sensasi menyenangkan.” Romain menyandarkan dagunya di bahu sang kekasih.“Dan aku bisa tahu alasannya saat melihatnya sendiri. Jadi kita akan benar-benar berlayar? Aku bahkan belum mengemasi barang-barangku.” Esmee melepaskan tangan sang kekasih dan berbalik menatap pria itu.Romain mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi wanita itu. “Kamu tidak perlu mencemaskan
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more

130.Seseorang Sudah Menunggu

Max duduk bersandar di punggung kursi mobil. Dia merasa seakan tali yang mengikat dirinya terlepas saat perceraiannya dengan Esmee berakhir. "Max, aku harus memberitahumu jika besok aku akan tidak akan bekerja." Altherr yang sedang mengendarai mobil melirik sekilas ke arah Max melalui kaca dalam mobil. Max menegakkan tubuhnya dan menatap ke arah sang sekretarisnya. "Apakah kamu akan pergi berkencan dengan Aloody?" tanya Max. Altherr mendengus mendengar pertanyaan sahabatnya. "Ayolah, Max! Apakah aku pernah melalaikan pekerjaanku demi Loody?"Max menganggukkan kepalanya. "Pernah, minggu lalu. Aku masih ingat benar kamu izin demi kekasihmu."Altherr menghela nafas berat. "Itu pengecualian, Max. Itu karena Aloody sakit di rumah sakit."Max terkekeh melihat sahabatnya kesal. "Baiklah, kamu bisa izin besok. Memang apa yang akan kamu lakukan besok? Kamu tidak bermaksud untuk meninggalkanku bukan?""Jika aku mau meninggalkanmu, aku sudah melakukannya sejak dulu, Max. Alasanku tidak pergi
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
25
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status