Semua Bab Jebakan Sang Kupu-Kupu Malam: Bab 111 - Bab 120

248 Bab

111.Mengetahui Kebenaran Yang Membuatnya Terguncang

Esmee melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian dia mengambil gunting dan memilih menggunting kaos yang dikenakan oleh Max. Cara ini jauh lebih mudah dibandingkan melepaskan pakaian itu secara manual. Setelah berhasl membuka kaos yang dikenakan oleh Max, mata Esmee tampak berbinar melihat tubuh Max yang menawan. Meskipun dibalik setelan jasnya tubuh Max terlihat bagus, tapi dia tidak menduga jika Max memilik otot-otot perut yang menggoda. Saat wanita itu menunduk untuk mencium otot-otot perut itu, dia bisa mencium aroma parfum yang dikenakan oleh Max bercampur dengan aroma tubuh pria itu. Ini adalah impian Esmee sejak lama. Sesuai rencananya, dia akan membuat Max bercinta dengannya sehingga dia bisa hamil anak pria itu. Dengan begitu Esmee bisa menahan Max dalam pernikahan mereka. Namun tiba-tiba saja mata Max terbuka. Esmee yang melihat hal itu menyunggingkan senyuman ke arah suaminya. “Maafkan aku sudah membuatmu terkejut karena aku harus menculikmu, Max. Tapi aku hanya ingin berc
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-29
Baca selengkapnya

112.Rencana Hidup Max

Altherr berlari menyusuri rumah itu untuk mencari sumber suara. Langkah pria itu berhenti di depan sebuah pintu. Dia segera membuka pintu itu. Saat itulah dia melihat Max dalam balutan gaun hitam bunga-bunga merah sedang berdiri di tengah ruangan. Di hadapan pria itu ada Esmee yang berjongkok sembari menutup kedua telinganya. Terlihat jelas Esmee menangis sembari menggelengkan kepalanya.“Aku tidak memukulnya, Altherr.” Jean membuat pembelaan untuk dirinya.Altherr pun berjalan menghampiri Jean. Dia menganggukkan kepalanya. “Aku percaya padamu, Jean. Sekarang bisakah kamu keluar dan pergi ke mobil? Di sana sudah ada Orly.”Seketika mata Jean berbinar senang mendengar nama itu. “Orly juga ikut bersamamu?”Altherr kembali menganggukkan kepalanya. “Ya, dia juga ikut. Karena dia sangat mengkhawatirkanmu.”“Kalau begitu aku akan pergi ke mobil dulu agar bisa bersama Orly.” Jean dengan penuh semangat berjalan keluar dari kamar itu masih dengan memegang gaun biru yang ingin diberikan pada Es
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-29
Baca selengkapnya

113.Cinta Bisa Menjadi Sedih Atau Bahagia

"Lalu bagaimana denganku, Max? Apakah aku tidak menjadi bagian dari rancangan hidupmu?"Pertanyaan yang dilontarkan oleh Orlena membuat Max menatap lekat ke arah wanita itu. Pria itu mengulurkan tangannya untuk menyelipkan rambut wanita itu di belakang telinga dan memberikan elusan lembut yang membuat Orlena merasa begitu nyaman. "Aku sudah memikirkannya, Orlena. Aku tidak ingin berpisah darimu. Bahkan setelah kontrak yang kamu tanda tangani denganku berakhir, aku ingin kita tetap bersama. Tapi aku menyadari jika aku tidak bisa memaksakan kehendakku padamu Orlena. Semua berada dalam keputusanmu. Aku hanya bisa menawarkan hal ini. Mungkin aku tidak bisa memberikan kehidupan mewah seperti saat ini. Tapi aku bisa pastikan aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mencukupi apapun yang kamu inginkan. Karena itu maukah kamu tetap bersama denganku, Orlena?"Wanita itu terdiam mendengarkan ucapan Max. Dia tidak menyangka jika pria itu juga memikirkan dirinya dalam rencana kehidupannya ke dep
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya

114.Mengejar Cinta

Romain berlari menuju ruangannya. Bahkan beberapa karyawan yang melihatnya tampak kebingungan. Karena tidak biasanya bos mereka yang tenang tampak berubah panik. Beruntung ruang meeting dan ruangan Romain masih berada di lantai yang sama. Hingga akhirnya langkah Romain berhenti di depan pintu ruangannya. Tatapannya berkeliling untuk mencari sosok Esmee. Ruth memberitahunya jika wanita itu datang mencarinya. Kemudian Romain berjalan menghampiri meja Ruth. Dia bisa melihat ada seorang wanita yang merupakan asisten dari Ruth.“Di mana wanita itu?” tanya Romain.Wanita dengan rambut merah gelap itu langsung berdiri menghadapi Romain. “Maksud Anda adalah Mrs. Steltzer?”Romain menganggukkan kepalanya. “Ya, dia yang aku maksud. Di mana dia sekarang?”“Mrs. Steltzer menitipkan sebuah surat untuk Anda.” Wanita itu menyerahkan sebuah amplop berwarna putih kepada Romain. “Kemudian Mr. Steltzer pergi baru saja. Mungkin sekita lima menit yang lalu.”Romain segera mengambil surat itu dan membukany
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya

115.Kemarahan Ayah Adalah Kasih Sayang

“Papa?” panggil Esmee dengan nada terkejut saat melihat Kevin berdiri dengan tatapan tajam dilayangkan ke arah putrinya.“Apa yang kamu lakukan di sini, Pa?” tanya Esmee melihat ayahnya berjalan mendekatinya.Sebelum menjawab pertanyaan Esmee, Kevin tiba-tiba menampar putrinya. Tentu saja hal itu membuat Romain terkejut. Dia segera menarik Esmee di belakangnya. “Apa yang Anda lakukan, Mr. Wedler?” tanya Romain dengan sikap waspada.Kevin menatap tajam ke arah Romain. Dia tidak peduli jika pria di hadapannya adalah putra sahabatnya. Yang membuat pria itu kesal adalah karena Romain mengganggu urusan keluarganya.“Aku sedang memberikan putriku pelajaran. Jadi sebaiknya kamu tidak ikut campur, Romain.” Kevin mengatakannya dengan nada dingin.“Maafkan saya, Mr. Wedler. Tapi menyakiti putri Anda di tempat umum bukan hanya akan membaut putri Anda malu tapi juga Anda. Bagaimana jika orang-orang melihat kemarahan Anda yang berlebihan kepada putri Anda?” Romain berusaha untuk membuat akal seha
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya

116.Jauh Lebih Penting

Hari-hari berlalu. Tapi Romain masih belum mendapatkan pesan dari Esmee. Bahkan setiap saat pria itu mengecek akun chat Esmee. Namun tidak ada satu pesan yang masuk. Romain juga melihat wanita itu tidak online. Pria itu juga sudah menelponnya. Tapi tidak kunjung diangkat.“Sebenarnya ke mana dia? Apa dia membohongiku?” gumam Romain yang duduk di kursinya.“Siapa yang berbohong, Mr. Martinez?” Suara itu membuat Romain terlonjak kaget. Dia mendongak dan melihat Ruth sudah berdiri di depan mejanya.“Ruth, kamu mengejutkanku.” Romain mengelus dadanya yang berdebar cepat karena terkejut.Wanita itu mengangkat kedua bahunya. “Bukan salahku. Aku sudah mengetuk berkali-kali tapi kamu tidak mendengarnya. Lalu aku masuk dan melihat kamu melamun dan bergumam sendiri.”Romain menghela nafas berat. Dia tidak bisa menyalahkan sekretarisnya. Karena apa yang dikatakan oleh Ruth memang benar. Sejak beberapa hari ini dia selalu melamun dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya.“Jadi siapa yang membohong
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

117.Permohonan Yang Berharga

Romain menggerak-gerakkan kakkinya tidak sabaran. Pria yang duduk sofa itu mengamati seluruh rumah keluarga Wedler. Tatapan Romain berhenti pada foto keluarga di mana Esmee terlihat begitu cantik mengenakan gaun berwarna merah berdiri bersama dengan ayahnya. Saat itu kerinduan kepada Esmee di hati Romain terasa begitu nyata. Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Pria itu menoleh dan melihat Kevin melangkah turun. Segera Romain berdiri untuk menyambut pria itu, Namun melihat ekspresi dingin Kevin membuat Romain yakin jika menghadapi ayah Esmee tidak akan mudah. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Kevin saat menghentikan langkahnya tidak jauh dari Romain. Tidak gentar, Romain menghampiri pria itu. “Mr. Wedler, saya ingin bertemu dengan Esmee. Apakah dia ada di rumah?” Kevin memicingkan matanya. “Untuk apa kamu mencari putriku, Romain?” “Saya ingin berbicara masalah penting, Mr. Wedler. Izinkan saya bertemu dengan putri Anda,” mohon Romain. “Sayangnya aku tidak bisa meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

118.Ketulusan Hati Meluluhkan Hati

Romain duduk di kursi yang ada di samping ranjang di mana Esmee berbaring. Mata wanita itu masih terpejam dan belum kunjung terbuka. Membuat Romain semakin khawatir. Dokter mengatakan jika Esmee mengalami sakit karena stress dan juga karena tidak makan dan minum dengan baik sehingga kekurangan cairan. Bahkan Romain bisa melihat tubuh Esmee lebih kurus dibandingkan terakhir kali pria itu melihatnya. Pria itu mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Esmee. “Aku begitu mengkhawatirkanmu, Esmee. Dan firasat burukku memang benar terjadi. Maafkan aku datang terlambat.”Romain berpikir jika kemarin dia memutuskan untuk datang ke rumah Esmee, dia bisa membuju ayah Esmee untuk mengizinkan Romain bertemu dengannya. Sehingga Esmee tidak perlu menahan penderitaan lebih lama lagi.Tiba-tiba pintu kamar rawat itu terbuka. Romain menoleh dan melihat Kevin berjalan masuk ke dalam. Langkahnya terhenti saat berada di samping Romain. Tatapan Kevin tertuju pada putrinya yang masih tidak sadarkan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

119.Apakah Berakhir Dengan Baik?

Max sudah duduk di hadapan Kevin setelah ayah mertuanya itu menghubunginya. Max sudah mempersiapkan diri akan menghadapi ayah Esmee. Dia sudah berpikir jika Kevin akan mengamuk dan menyalahkan dirinya atas perceraian ini. Karena pada akhirnya dirinya yang membuat pernikahannya dengan Esmee hancur. Kevin meletakkan cangkir teh yang diminumnya ke atas piring kecil di atas meja. Kemudian tatapan pria itu tertuju lurus pada menantunya. “Aku memintamu kemari bukan untuk mendengarkan kemarahanku, Max. Aku kemari untuk meminta maaf padamu.”Max terkejut mendengar ucapan Kevin. Pria itu memicingkan matanya ke arah ayah mertuanya. “Anda sama sekali tidak bersalah. Untuk apa Anda meminta maaf pada saya, Mr. Wedler.”Kevin menyunggingkan senyuman tipis. “Sebuah pernikahan adalah keputusan kedua belah pihak, Max. Maka jika pernikahan hancur juga adalah kesalahan kedua belah pihak. Dan kesalahan dari pihak Esmee semua berakar pada kesalahanku. Aku terlalu memanjakan Esmee dan memberikan apapun ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

120.Ke Taman Hiburan Bersama Mia

“Kak Orly?”Jika Max memanggilnya seperti itu, maka sudah dipastikan itu adalah Mia. Bibir Orlena menyunggingkan senyuman.“Mia?”Max yang saat ini berubah kepribadian menjadi Mia langsung berdiri. Dia memeluk Orlena dengan bibir mengembang.“Mia pikir tidak ada orang di rumah. Mia jadi takut.” Gadis itu tampak lega melihat orang yang dikenalnya ada di hadapannya.Orlena membalas pelukan gadis itu. Namun tetap saja dengan tubuh Max yang lebih tinggi dan lebih besar sulit membayangkan dia adalah gadis kecil.“Maafkan, Kakak. Tadi kakak berada di kamar itu untuk membereskan barang-barang Max, kamu dan juga kepribadian lainnya.” Ucap Orlena sembari menunjuk ke arah pintu yang ruangan pakaian milik Max.Mia melepaskan pelukannya kemudian menatap Orlena. “Membereskan barang-barang kami. Apakah Kakak akan membuangnya?”Orlena terkekeh kemudian dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, Mia. Aku tidak akan membuangnya. Hanya saja sekarang aku dan Max akan pindah ke rumah yang sudah kami pilih bers
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
25
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status