“Apakah kamu yakin sudah merasa lebih baik? Kamu baru saja keluar dari rumah sakit Esmee, bagaimana bisa kamu mengajakku kemari?” tanya Romain yang duduk di mobil sembari menatap Esmee yang duduk di sampingnya.Saat ini mereka berada di tempat parkir taman hiburan miliknya. Esmee yang duduk di samping Romain menyunggingkan senyuman.“Aku sudah merasa jauh lebih baik, Romain. Bukankah kamu melihatnya sendiri wajahku tidak lagi pucat dan aku tidak lagi merasa tubuhku lemas. Lagipula dokter sendiri dudah menyatakan jika aku sudah pulih.”Romain menghela nafas berat. “Meskipun kamu sudah pulih, tetap saja seharusnya kamu pulang dan beristirahat untuk memulihkan diri. Bukannya datang ke taman hiburan.”Ekspresi Esmee pun berubah sedih. “Padahal aku mengajakmu kemari karena aku ingin pergi berkencan denganmu. Tapi sepertinya kamu tidak menginginkannya.”Romain segera menggelengkan kepalanya. Dia meraih tangan sang kekasih. “Bukan seperti itu, Esmee. Aku hanya mengkhawatirkan kondisimu. Tent
“Aku memang mulai dewasa Kak Orly. Itulah sebabnya aku akan pergi.”Seketika wajah Orlena berubah pucat menengar ucapan Mia. Tatapannya tertuju lurus pada Mia yang mengalihkan pandangannya untuk melihat keindahan kota Zürich. “Apa maksudmu dengan kamu akan pergi, Mia?” tanya Orlena merasakan takut jika apa yang dipikirkannya akan terjadi.“Kak Orly pasti sudah mengetahui jika bagi orang lain, kami terlihat seperti monster.” Mia tampak begitu sedih.“Aku sudah meminta Max tidak mengatakan hal seperti itu, Mia. Dan hal itu juga berlaku untuknya,” ucap Orlena dengan begitu tegas.Mia menyunggingkan senyuman. Dia bisa melihat orang-orang yang berkerumun di bawah seperti semut-semut yang bergerak. “Ya, aku tahu Kak Orly akan berkata seperti itu. Karena hanya Kak Orly yang bisa memahami kami dan memperlakukan kami bukan hanya sekedar kepribadian yang tidak berguna. Tapi Kak Orly selalu memperlakukan kami dengan sangat berharga. Aku senang bisa mengenal Kak Orly.”Kemudian Mia menoleh kemba
“Jadi kepribadian Mia menghilang begitu saja?” tanya dokter Carlos.Setelah kejadian kepribadian Mia menghilang kemarin, Max dan Orlena mengunjungi dokter Carlos untuk mengetahui apa yang terjadi.“Aku tidak tahu apa yang terjadi. Karena saat itu Mia bersama dengan Orly.” Max juga tidak paham bagaimana bisa kepribadian yang selalu menjadi bagian dari dirinya sekarang tiba-tiba menghilang begitu saja.Tatapan Carlos pun beralih pada Orlena yang duduk di samping Max. Wanita itu tampak begitu sedih setelah apa yang terjadi pada Mia.“Apakah Mia mengatakan sesuatu, Miss Orly?” tanya Carlos ingin menggali informasi yang diperlukan untuk menyimpulkan apa yang terjadi pada Mia.“Sebelum Mia muncul kemarin, dia pernah bercerita padaku mengenai keinginannya pergi ke taman hiburan yang belum tercapai. Karena itu aku berjanji padanya jika aku akan mengajaknya pergi ke taman hiburan. karena itulah kemarin ak pergi ke taman hiburan bersama dengannya untuk memenuhi janjiku. Lalu saat puas bermain M
“Esmee, aku perlu menelpon seseorang sebentar. Ini sangat penting,” ucap Romain kepada sang kekasih.Esmee melepaskan pelukannya. “Baiklah.”“Aku akan segera kembali.” Romain berdiri dan berjalan menuju ruang kerjanya. Esmee menatap sang kekasih dengan rasa penasaran. Entah mengapa Esmee merasa jika seseorang yang ditelpon oleh Romain berhubungan dengan seseorang yang dicarinya kemarin. Karena sorot mata pria itu sama seperti kemarin.Di dalam ruang kerjanya, Romain segera menghubungi detektif Furrer. Setelah menekan tombol panggil, Romain menempelkan benda itu di telinganya. Terdengar nada tunggu sejenak sebelum akhirnya suara yang berat menyapa pria itu.“Selamat malam, Mr. Martinez.” sapa Simeon dengan sopan.“Selamat malam, detektif Furrer. Saya hanya ingin bertanya apakah informasi yang Anda berikan benar atau tidak?”Simeon yang berada di ruang bilik kerjanya pun menganggukkan kepalanya. “Benar, Mr. Martinez. Saya memiliki bukti-bukti yang menunjukkan jika Camile Furgler telah
Max menghentikan mobil di depan sebuah rumah bergaya Eropa yang memiliki halaman luas. Rumah yang terlihat begitu tenang dan asri. Hijaunya tumbuhan dan rumput yang dipangkas rapi di depan halaman rumah tersebut terasa menyejukkan. Membuat mata betah memandang lama-lama pemandangan itu."Kamu menyukainya?" tanya Max, melirik pada Orlena dengan seulas senyum tipis terpatri di bibir.Orlena mengangguk dengan jujur. "Ya. Aku rasa, ini adalah rumah paling indah yang pernah aku lihat," aku wanita itu, masih memandang sekeliling.Max seketika terkekeh renyah. "Kamu bahkan belum melihat keseluruhan rumah ini, Orlena. Kita baru saja melihat sepuluh persennya," pungkas pria itu.Orlena tersenyum. "Kalau begitu, ayo tunjukkan aku sisanya."Orlena menggamit tangan Max. Dengan senang hati Max menyambut jari-jari Orlena di sela-sela jemarinya yang kokoh. Mereka berjalan masuk beriringan menuju rumah baru mereka.Sebuah ruang tamu dengan warna yang didominasi putih dan cream seketika menyambut kedu
126.hvhjgMax menghampiri ranjang dan mengambil sebuah kotak beludu berwarna merah. Dia membukanya kemudian mengarahkannya kepada Orlena. Nafas wanita itu tercekat saat melihat sebuah cincin bertahtakan berlian berada di dalam kotak itu. “Aku tahu ini terlalu cepat untuk kita berdua, Orlena. Tapi aku ingin segera mengikatmu dalam pernikahan. Karena aku ingin menghabiskan waktuku bersama denganmu. Oleh sebab itu, maukah kamu menikah denganku, Orlena?” Max menyunggingkan senyuman.Tatapan Orlena tertuju pada cincin itu. Kemudian tatapannya beralih pada Max. Dia tidak bisa membendung air matanya kembali. Lalu wanita itu menganggukkan kepalanya.“Ya, aku mau menikah denganmu, Max. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersama denganmu.” Orlena menganggukkan kepalanya penuh semangat.Max menyerukan kebahagiaannya. Kemudian dia mengambil cincin itu dan memasangkannya di jari manis wanita itu. Dia memandang cincin yang tampak pas melingkar di jari Orlena. Kemudian dia memandang wanita yang sa
Satu bulan berlalu begitu saja. Dengan begitu banyak cerita, segala tawa dan tangis yang menjadi bagian dari kehidupan.Saat ini di dalam gedung pengadilan, di sebuah ruang persidangan, sidang kesimpulan untuk perceraian Max dan Esmee telah digelar. Setelah berbagai prosesi, hakim akhirnya membacakan putusan akhir, bahwa pasangan suami istri Max dan Esmee akhirnya benar-benar sah berpisah. Hukum telah mengesahkannya dengan ketukan palu dari Hakim.Max mengembuskan napas lega setelah semuanya berakhir. Altherr menepuk pundaknya lalu tersenyum saat Max menoleh, seolah memberikan selamat tanpa suara."Terima kasih, Altherr," ucapnya.Lantas, Max melihat Esmee yang duduk tak jauh dari dirinya. Senyuman hangat dia berikan kepada wanita itu.Setelah Hakim beserta rekannya berdiri dan meninggalkan ruang persidangan, Max pun ikut berdiri. Keluar dari ruangan tersebut bersama Altherr yang mendampinginya. Saat di luar, dia menyaksikan Esmee keluar dari sisi yang berbeda."Max," panggil Esmee.M
Danau Zurich terbentang dengan begitu luasnya. Airnya yang jernih memantulkan warna langit biru, menambah kesan menakjubkan di tempat tersebut."Apa yang kita lakukan di sini?" tanya Esmee pada Romain yang mengajaknya ke tempat itu barusan."Kita akan berlayar," pungkas Romain. Pria itu mengedikkan dagu ke arah yacht yang berdiri dengan tangguh di sisi danau Zurich. Terlihat begitu gagah dan menakjubkan. "Itu adalah kapal pesiar milikku. Namanya Fleur, yang artinya adalah bunga. Kamu tahu mengapa aku menamainya demikian?" Romain menoleh pada Esmee saat bertanya.Esmee menggeleng pelan. "Apa itu?"Seulas senyum Romain terbit. "Karena ibuku dulu sangat menyukai bunga. Itulah makanya aku memberi nama kapal pesiar ini Fleur, bunga."Esme menatap kekasihnya dengan intens. Melihat betapa besar kasih sayang yang lelaki itu miliki untuk ibunya. "Kamu pasti sangat menyayangi ibumu," komentar Esmee. Masih menatap Romain lurus-lurus.Romain mengangguk pelan. Tersenyum pada Esmee. "Ya. Tentu aku
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap