Meski panggilan telepon sudah berakhir, tapi Angel masih memandangi ponsel di tangannya selama beberapa saat. Ada rasa tidak percaya, kesal, dan juga heran yang kini bergelut dalam dirinya. Apa-apaan atasannya itu tadi? "Sudah seenaknya menutup panggilan telepon, masih sempat-sempatnya pula mengatakan kalau omellete buatanku terlalu asin," gerutunya. "Padahal jatah yang aku makan tadi enak kok. Pas rasanya." Mendengus, perempuan itu masih juga tidak bisa menghilangkan rasa sebalnya. "Lidahnya saja yang mungkin bermasalah. Tahu begitu, lebih tadi tidak perlu aku telepon atau buatkan sarapan sekalian! Lalu, apa katanya tadi? Aku seperti orang yang sudah tidak sabar untuk menikah? Ada-ada saja." Sesaat Angel terdiam, sebelum kemudian tertawa kecil. Wajahnya pun seketika terlihat muram. "Dasar," bisiknya. "Memangnya, siapa yang mau menikah? Lagi pula, lelaki mana yang sudi menikah denganku? Mau apa pun alasannya, aku ini kan, tetap seorang pelakor." Saat melintas masuk ke kamar tidur
Baca selengkapnya