Home / Romansa / TERNODA DI MALAM PERTAMA / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of TERNODA DI MALAM PERTAMA: Chapter 171 - Chapter 180

197 Chapters

Bab 171

Hari itu, Aline dan Rimba pulang dengan berpura-pura terlihat ceria. Terutama lelaki itu. Setiap kali istrinya terlihat murung, dia akan segera menghibur dan mengingatkannya. “Senyum, Sayang. Lihat, anak-anak sudah kangen sama mamanya,” bisik Rimba. “Mas, aku takut nularin penyakit ini sama anak-anak.” Aline terlihat murung lagi. “Sst, sudah aku bilang, tidak ada yang sakit di antara kita. Kita belum tau apa yang sebenarnya terjadi saat kamu pingsan kemarin. Jadi, kita tidak boleh  membuat perkiraan yang tidak berdasar,” ujar Rimba. “Mas, aku ingat sekali saat Rangga menarik paksa pakaianku.” Aline kembali merengek. “Apa kamu juga ingat saat dia melakukannya? Apa kamu melihatnya?” tanya Rimba dan membungkam mulut Aline. “Mas ….” “Tidak, Sayang. Tidak
Read more

Bab 172

Nada dering terdengar dari ponsel di tas Emely. Wanita bergaun seksi itu segera mengambilnya. “Rangga?” gumamnya. Lalu menggeser gambar ponsel berwarna hijau. “Halo?” ucapnya dengan nada manja. “Hai, Emely. Aku kangen. Bisa ketemu?” “Wow, pecundang ini ternyata berharap lebih padaku,” jawab Emely disambung tawa. Rangga pun terkekeh mendengar ejekan dari mulut wanita itu. “By the way, aku juga lagi gabut. Bolehlah kita nikmati waktu sejenak,” lanjut Emely. “Kita bertemu di hotel saja, gimana? Di apartement ada Leony.” Rangga memberi saran. “Owh, iya. Aku sampai lupa dengan pacar b*nci-mu itu. Ok, kita ketemu di hotel Amazing satu jam dari sekarang. Tunggu aku di restorannya.” Klik. Emely menutup
Read more

Bab 173

Wajah Emely sontak memucat. Dia kini menyadari jika penyekapan ini justru sang suamilah yang merencanakannya. “Kamu … dan Rangga …?” Ucapan Emely menggantung. Dirinya semakin yakin saat melihat Ravi menganggukan kepalanya. “Lepaskan aku, keparaattt!!” jerit Emely. Namun, hanya ditanggapi dengan tawa oleh Ravi. “Ternyata menjadi psikopat itu menyenangkan sekali, Mel. Setelah sekian lama hanya menjadi pecundang untuk cinta yang tidak pernah berbalas. Akhirnya aku menyadari, jika melihatmu menderita akan lebih membuatku bahagia.” Ravi mengelus wajah Emely dengan jari tangannya. Wanita itu langsung membuang ludah di wajah tampan lelaki itu. Ravi memejamkan matanya sejenak, lalu menyeka ludah yang mendarat tepat di hidungnya. Sejurus kemudian, tangannya mendarat begitu keras di pipi Emely hingga membuat wanita itu menjerit kesakitan.
Read more

Bab 174

Beberapa hari sebelum penculikan Aline. “Rav, elu di mana? Emely makin menjadi. Gue, udah nggak sanggup buat menghentikan dia,” ucap Rimba. Hanya terdengar embusan napas di seberang sana. “Gue minta maaf atas nama istri gue, Rim. Kami udah pisah ranjang semenjak malam pernikahan kami saat itu. Jadi, gue bener-bener nggak bisa mantau dan mengendalikan dia sebebas suami yang lain. Emely bertindak sesuai keinginannya. Tidak ada yang bisa mencegah. By the way, apa yang sudah Emely lakukan padamu?” Ravi balik bertanya. “Dia menghancurkan pernikahan sahabat gue, Roby. Keluarganya hancur. Dia dan istrinya bercerai.” “Maksudnya gimana?” tanya Ravi tidak sepenuhnya mengerti dengan yang Rimba jelaskan. “Dia … menjerat Roby. Mereka berselingkuh di belakang Hani. Hingga akhirnya Hani mergokin chat mesum antara suaminya dengan istri
Read more

Bab 175

“Siapa aku, kalian nggak perlu tahu. Cuman, aku datang untuk memberikan tawaran yang lebih menarik pada kalian. Aku mau memberikan bayaran yang jauh lebih besar dari yang wanita itu berikan. Asal, kalian mau bekerja sama,” tawar Ravi. Rangga dan Leony lalu tertawa terbahak-bahak. Sementara Ravi diam dengan penuh percaya diri. Rangga tiba-tiba saja menyerang Ravi. Namun, lelaki itu lebih sigap. Dengan memiting tangan Rangga dan lalu menjatuhkannya ke lantai, membuat lelaki  kurus itu meringis kesakitan. Leony berusaha membantu, tetapi sama sekali tidak berpengaruh pada Ravi yang jago bela diri. Hanya dengan satu tinju dan tendangan membuatnya jatuh terpental. Leony meringis dengan suaranya yang khas. Rangga kembali bangkit. Namun, Ravi dengan sigap melayangkan tendangan maut tepat di rahang Rangga. Lelaki itu kembali mengaduh. “Masih ada yang mau?” taw
Read more

Bab 176

“Leony, apa kabar Emely ya? apa yang dilakuin orang itu sama dia?” tanya Rangga dengan wajah khawatir.Wajah Leony yang sedang menuangkan minuman ke gelas, langsung terlihat kesal.“Kamu masih mikirin pelac*r itu, hah? Inget, elu itu cuman bisa jadi milik gue selamanya. Se-la-ma-nya!” ucap Leony tegas.Rangga membuang muka. Pikirannya melayang, membayangkan saat-saat bersama wanita itu. Karena hanya dengan Emely lah, Rangga tahu rasanya berhubungan yang sebenarnya dengan seorang wanita. Laki-laki itu merasakan suatu getaran yang berbeda terhadap Emely.“Gue denger, si Emely itu bunting,” ucap Leony sambil meneguk minuman dari gelas di tangannya.Rangga terperanjat kaget. “Hamil?”Pikirannya langsung melayang pada setiap kali mereka menghabiskan waktu bersama.‘Apa mungkin dia hamil anakku?’ batinnya.“Kenapa elu kaget segala, Sayang?” tanya Leony dengan nada suaranya yang khas, lemah gemulai.“Apa kalian bener-bener pernah melakukan itu?” Leony kembali bertanya sambil menjentikan du
Read more

Bab 177

Rangga memejamkan matanya saat mendengar jeritan Emely yang ditendangi perut juga badannya. Walaupun Rangga tidak melihatnya, namun dia bisa merasakan jerit kesakitan dari wanita itu. “Biadab kalian,” gumam Rangga mengeraskan rahangnya. Di saat itu pula, berkelebatan bayangan Aline saat diculik olehnya. Dia juga tak jauh beda dengan dua lelaki biadab yang kini tengah menyiksa Emely.  Rangga mendesah. Kini dia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sang adik. “Rimba, maaf,” ucapnya lirih. Kemudian bunyi bedebum dari tubuh Emely yang ditendang hingga terjerembab jatuh ke lantai terdenger lagi di telinga Rangga dan membuatnya kembali memejamkan mata, menahan kengerian yang dia bayangkan. Terdengar suara langkah kaki mendekati pintu. Rangga segera bersembunyi di balik barang-barang rongsokan yang ada di sana dan diam bbahkan menahan napasnya. 
Read more

Bab 178

Dua hari berikutnya, kedua orang suruhan Ravi kembali ke tempat penyekapan Emely. Mereka kaget saat mendapati pintu ruang bawah tanah yang terbuka. Lebih kaget lagi saat mendapati tiga sosok mayat yang terbujur kaku dengan darah yang mengering. Bau busuk menguar di ruangan yang lembab dan kotor itu. “Siapa mereka?” tanya si Botak sambil menyorot wajah setiap orang yang terbujur kaku. Sebelah tangannya menyorot dengan senter ponsel, sementara sebelah tangan lagi menutupi hidung.  Tergambar kesakitan yang teramat sangat di wajah ketiganya. Mata mereka melotot dengan mulut yang menganga. Kulit mereka mulai menghitam dengan tubuh mulai membengkak karena pembusukan. “Gue juga kagak tau. Udah tinggalin aja. Kita bilang sama si Bos kalau mainan kita sudah mampus,” jawab si Brewok. “Ok.” Si Botak mengangguk. Mereka bergegas meninggalkan tempat itu
Read more

Bab 179

Ravi tak ingin membuang waktu. Semakin lama auranya semakin tidak enak. Dia segera memasukan mayat itu satu per satu ke dalam kantong. Beberapa bagian daging yang membusuk lepas dari  tubuh yang membengkak itu. Bau amis dan busuk menguar menjadi satu. Dengan kekuatan penuh, dia membawa mayat itu satu per satu keluar dari ruang bawah tanah. Setelah berada di luar bangunan, dia menarik kantong itu satu per satu semakin jauh ke tengah hutan. Burung hantu yang bertengger di atas pohon beringin memperhatikan gerak-gerik Ravi yang terengah dan berpeluh menarik mayat yang semakin terasa berat. Setelah dirasa jauh, dia mulai menggali lobang dengan sekop yang dia bawa.  Butuh waktu yang cukup lama untuk seseorang yang tidak pernah menggali kubur. Namun, akhirnya dia bisa membuat sebuah lobang yang cukup besar untuk ketiga mayat itu. “Selamat berkumpul di neraka!” ucapnya seraya melempar mayat itu satu per sa
Read more

Bab 180

“Rim, gue harus gimana ini? Kangen banget sama anak dan mantan istri. Tapi … aku yakin Hani nggak bakalan mau nerima gue kembali,” ucap Roby dengan wajah sendu.“Gimana elu bisa tau, kalau elu belum nyoba menghubungi dia? Hani itu bukan perempuan biasa seperti pada umumnya, Rob. Hati dia lembut, rapuh. Nge-treat-nya juga elu harus beda. Elu nggak bisa grasak-grusuk minta balik gitu aja,” jawab Rimba.“Iya, elu bener juga, Rim. Semua ini gue yang salah. Gue yang udah bikin dia sakit hati dan pergi. Cuman, by the way, gimana elu bisa tau kalo istri gue kayak gitu?” Roby mengerutkan keningnya.“Halah, gue ini kan punya mata, Rob. Gue juga sempet tinggal di rumah dia selama beberapa saat. Lu pikir gue nggak bisa menilai?” rutuk Rimba dan membuat Roby tertawa.“Gue kira elu merhatiin bini gue sampai begitu dalem. Cemburu, nih gue,” balas Roby cengengesan. Rimba meninju pundak sahabatnya itu pelan.“ELu kayak yang baru kenal gue aja. Nggak ada yang bisa ngalahin Aline di hati gue.”“Iyee …
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status