Home / Romansa / TERNODA DI MALAM PERTAMA / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of TERNODA DI MALAM PERTAMA: Chapter 151 - Chapter 160

197 Chapters

Bab 151

Rimba tengah menekuri laporan di laptop. Dia dan Aline yang awalnya akan berlibur beberapa hari saja, akhirnya harus menambah panjang liburannya di Jakarta karena harus mengurus masalah Roby. Rimba dan Aline tak kuasa meninggalkan teman mereka dalam masalah yang berat. Bahkan mungkin diambang perceraian. Tring! Sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Rimba pun segera membukanya. Sebuah pesan masuk ke whatsapp-nya. Matanya langsung menyipit saat tahu pengirimnya adalah Emely, dan pesan yang dikirimnya sepertinya sebuah gambar. Rimba pun segera mendownloadnya. Mata yang terpicing, kini berubah membulat. Rimba memperbesar gambar itu. Jantungnya berdebar semakin cepat. “Papa?” gumam Rimba dengan mata tak mengedip sedetik pun.Dia kembali men-zoom foto itu. Penglihatannya sama sekali tak salah, jika yang di foto itu adalah papa mertuanya yang tengah dipeluk dari belak
Read more

Bab 152

“Aline? Kamu lagi apa?” tanya Rimba yang baru keluar dari toilet. Aline berbalik seketika dan mengacungkan ponsel milik suaminya.Mata Rimba terbelalak sejenak.“Ngecek HP kamu, Mas. Abisnya penasaran banget, kamu pake main rahasia-rahasiaan segala,” rutuknya.“Terus? Kamu nemu apa?” Rimba mengangkat alisnya.“Gak ada,” jawab Aline dengan wajah cemberut.“Ya, emang nggak ada apa-apa, Sayang. Ngapain juga aku sembunyi-sembunyi dari kamu,” jawab Rimba yang menghampiri istrinya lalu mengacak pelan rambut sang istri.'Untung tadi langsung kuhapus,' batin Rimba.“Abisnya kamu kayak yang lagi ada masalah besar dan nutupin itu dari aku,” ucap Aline dengan nada kesal.“Nggak, Sayang. Mana mungkin aku bohongin kamu.” Rimba memeluk dan mencium kening Aline penuh perasaan.“Huu … huuu ….” Suara tangisan Reynand menyadarkan keduanya.“Aish, sampai lupa ada anak ganteng di sini,” ujar Rimba segera menghampiri bocah itu. Aline pun ikut tertawa.**Sebulan berlalu, Roby menerima surat panggilan dar
Read more

Bab 153

“Om, please. I need you now,” desah Emely tak kalah memelas dan langsung menyerang Darwis dengan ciuman panas. Jiwa kelelakiannya bangkit. Dia tak kuasa menolak gejolak birahi yang dibangkitkan Emely. Apalagi saat wanita itu dengan lihai menurunkan celananya hingga lutut. Dalam pakaian yang masih nyaris lengkap,di atas kursi kantor,  mereka menuntaskan hasrat terlarang. Bujuk rayu setan dalam diri Emely benar-benar kuat, hingga Darwis tanpa sadar telah kembali menorehkan pengkhianatannya pada sang istri. “Om masih hebat di umur yang sudah tak lagi muda,” bisik Emely dengan peluh membasahi tubuh. Tok, tok! “Pa, maaf ada yang ingin aku bicarakan dengan Pa-pa.” Ucapan Rimba terhenti saat dia membuka pintu ruangan sang ayah mertua. Secepat kilat Rimba melengos dan hendak kembali menutup pintu itu. Pemandangan yang teramat
Read more

154

“Hei, Mel. Kenapa kamu jadi susah dihubungi? Kamu blokir nomor aku ya?” ujar Roby sambil mengikuti langkah Emely di satu mall.“Aku cari kamu kemana-mana,” lanjut Roby.Sang wanita cantik, dengan pakaian mininya berjalan tergesa tak menghiraukan teriakan dari lelaki yang tatapannya terlihat nyalang.“Apaan, sih? lepas, deh!” bentak Emely.Mata Roby langsung terbelalak. Tatapannya heran bercampur sedih dengan sikap Emely yang tiba-tiba saja berubah.“Mel, bukannya kamu menginginkan perceraianku dengan Hani?” tanya Roby dengan nada memelas.Emely hanya tersneyum miring.“Iya, emang. Terus?” jawabnya enteng.“Ya sekarang aku udah proses perceraian. Tinggal nunggu ketuk palu hakim. Kenapa kamu malah berubah seperti ini?” tanya Roby.Lalu, terdengar suara tawa dari mulut wanita berambut bob itu. Matanya yang bukat terlihat menatap Roby dengan tatapan mencibir.“Denger, ya, Roby. Aku memang berharap kamu cerai dari istri kamu itu, cuman bukan berarti aku mau nikah sama kamu.“Kamu tahu send
Read more

Bab 155

“Rumah sakit? Siapa yang sakit emangnya?” tanya Roby heran.“Gak ada yang sakit. Gue lagi ngurusin administrasi Hani. Dia sama bayinya mau pulang hari ini,” jawab Rimba jujur. Padahal, Hani sudah mewanti-wanti, agar Roby jangan sampai tahu tentang kelahiran anaknya. “Apa?! Hani lahiran?” tanya Roby kaget. “Iya. Kasian, kan dia. Suaminya gak bertanggung jawab,” sindir Rimba dengan tangan menari di atas berkas-berkas rumah sakit yang harus ditandatanganinya. Terdengar desahan dari mulut Roby. “Gue nyesel, Rim. Gue udah kualat sama kalian semua. Tolong kasih tau gue di rumah sakit mana Hani di rawat? Biar gue yang jemput ke situ,” pinta Roby. “Dah,lah. Gak usah. Nikmati aja petualan cinta lu sama si Emely. Hani biar gue sama Aline yang urus,” jawab Rimba dan meletakan ballpoint di tangannya dan mengucapka
Read more

Bab 156

“Maksud kamu?” tanya Rimba sambil berbalik. “Iya, semalam Emely mengirimkan sebuah foto dirinya dengan seorang laki-laki. Entah siapa, karena dia memblurnya,” jawab Roby. “Aku curiga, dia sedang merencanakan sesuatu. Entah ingin menghancurkan kita atau apa. Aku berpikiran, jika laki-laki di foto itu adalah Ardy suaminya Riny,” lanjut Roby lagi. Rimba menghela napas lega. Setidaknya Roby tidak mengetahui jika orang dalam foto itu adalah papa mertuanya. “Entahlah,” timpal Rimba. “Rim. Saat itu, elu berusaha mati-matian ngasih tau gue soal Emely, dan … gue nggak percaya waktu itu. Apa bener dia juga ngincer elu?” tanya Roby lagi. Rimba mengangguk pelan. “Sepertinya target utama Emely emang gue, Rob. Dia ngancam mau hancurin orang-orang deket gue, kalau gue gak mau nerima dia. Dia itu sudah
Read more

Bab 157

Emely mencelupkan benda pipih pada sebuah cup kecil yang menampung air seninya. Sambil menunggu, dia menyusun seribu rencana. Kali ini, rencananya pasti akan berhasil untuk mempoerakporandakan keluarga Aline yang dia anggap musuh bebuyutan. “Keluarga kamu harus hancur, wanita sialan! Seperti kamu yang sudah merebut Rimba dariku,” ucapnya dengan senyuman yang menyeringai. Terlebih saat benda pipih itu menunjukan hasil sesuai keinginannya. “Positif,” gumamnya dengan senyum semringah. “Tunggu, Darwis Sayang. Aku akan segera menyampaikan berita bahagia ini padamu.” Emely segera bangkit berdiri. Berjalan sambil bersiul gembira. “Aku akan memakai baju terbaik, hari ini, Darwis Sayang. Kamu juga pasti bahagia mendengar berita ini.” Emely berbicara sendiri di depan cermin.  **&l
Read more

Bab 158

“Silahkan masuk, Mas. sudah ditunggu sama Mbak Emely.” Seorang ART yang membukakan pintu, mempersilakan Rangga masuk. Lelaki berpenampilan kumal itu hanya mengangkat sebelah alisnya pertanda ok.Rangga melangkah masuk mengikuti ART itu menuju ke sebuah ruangan yang dilengkapi dengan sebuah theatre home. Emely duduk berselonjor di sofa santainya sambil menikmati pop corn di tangannya. Di layar televisi sedang menayangkan sebuah film pembunuhan.Rangga berdeham. Emely sontak menoleh dan tersenyum manis.“Hallo, Sayang. Akhirnya kamu tiba juga.”Emely bangkit dan menyimpan cup pop corn di tangannya ke meja.“Siapa kamu?” tanya Rangga.“Kamu nggak perlu tau. Yang jelas, kita ini saling membutuhkan,” ucap Emely mendekat pada Rangga.“Lalu untuk apa kamu keluarkan aku dari penjara?” tanya Rangga dengan wajah heran.“Aku ingin kita jadi partner. Apa kamu masih menginginkan mantan pacar kamu?” Emely balik bertanya.“Mantan pacar?”“Aline,” potong Emely.Terdengar gelak tawa dari mulut Rangg
Read more

Bab 159

Rangga menikmati hari pertama kebebasannya. Di apartmenet itu, dia mandi berlama-lama, mencukur kumis dan jenggot. Dia pandangi wajahnya yang sama sekali tak terawat. “Gara-gara si Rimba sialan, aku sampai  begini. Untung saja ada wanita itu yang berbaik hati. Lumayan juga, aku dapat menikmati kebebasan dan membalas dendam pada mereka. Tunggu aku, Aline, Sayang …,” gumamnya sembari mengusap-usap pipi dan dagunya di depan kaca. Terlihat bintik kemerahan di tubuhnya bagian atas. Wajahnya kini memang tak setampan dulu. Kulitnya yang dulu cerah, kini terlihat kusam dan mulai dihiasi keriput halus. “Satu lagi tugasku. Mengeluarkan Leony dari penjara. Aku tidak ingin hidup tanpa dia,” ucapnya dan tak lama terdengar suara bell. Rangga segera membuka pintu. Seorang ojek online mengantarkan pesanan Rangga. Dia memang memesan makanan lewat aplikasi online, karena belum nyama
Read more

Bab 160

“Sialan kamu!” teriak Emely dan memunguti pakaiannya yang terserak dan membawanya ke kamar mandi.Rangga tersenyum tanpa beban sepeninggal perempuan itu.“Cantik juga, dia. Baru pertama aku merasa tertantang dengan seorang perempuan. Lucky Rangga, bisa mencicipi tubuhnya walau dalam keadaan mabuk,” gumamnya diselingi tawa.Sementara itu, Emely mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Menggosok tubuh sintal itu dengan sabun kuat-kuat. Dia merasa tubuhnya kini sudah kotor dengan penyakit yang ditularkan oleh Rangga.“Sial, kenapa malah gue sendiri yang kena getahnya!” Emely merutuki diri. Tanpa sadar, jika dia sudah masuk ke dalam perangkapnya sendiri.Selesai mandi, dia segera meninggalkan apartment-nya yang kini ditempati Rangga. Laki-laki itu sedang asyik menikmati secangkir kopi sambil menonton siaran olah raga di televisi.“Hei, kamu mau ke mana? Ayo kita sarapan dulu,” panggil Rangga. Namun, Emely sama sekali tak mempedulikan.“Wow, sepertinya dia marah,” gumam Ra
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status