Home / Romansa / TERNODA DI MALAM PERTAMA / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of TERNODA DI MALAM PERTAMA: Chapter 131 - Chapter 140

197 Chapters

Bab 131

Aline dan Rimba duduk santai di hammock yang tergantung di antara pohon pinus. Aline tersenyum melihat putra putrinya yang berlarian di area perkemahan milik mereka.“Kadang, rasanya seperti mimpi saat melihat mereka adalah anak-anakku dari wanita yang dulu begitu aku impikan. Jangankan berpikir untuk menikah denganmu, menjadi pacarmu saja aku bahkan tidak berharap,” ucap Rimba.“Tidak berharap? Kamu tidak berharap jadi pacarku?” tanya Aline heran.“Maksudku, aku sama sekali tak berani membayangkannya. Kamu tau ‘kan, saat harapan hanya angan-angan, semua akan terasa lebih menyakitkan.”“Abis, kamunya gak ada keberanian, sih. Coba kalau kamu lebih berani.”Rimba terkekeh mendengar ucapan istrinya.“Aku mana berani, Sayang. Rasa percaya diriku anjlok saat lihat kamu. Jangankan kamu, orang tuaku sendiri tak pernah menginginkan aku,” jawab Rimba dengan wajah sendu. Aline mengusap pipi suaminya.“Tuhan punya skenario terhebat untuk menyatukan kita. Kalau dulu aku langsung jatuh cinta sama
Read more

Bab 132

“Iya.” Rimba mengangguk. “Dulu saat dia melihatku di tempat karate, dia langsung meminta aku yang melatihnya. Ok, aku sanggupi. Padahal awalnya pelatih dia itu Riny. Walau gak enak, akhirnya Riny menyerahkan Emely padaku.” “Terus? Dia emang beneran latihan karate?” ALine terlihat sangat penasaran. “Emh, gimana ya. dia malah banyak ngeliatin aku, sih.Hhahaha.” Rimba tergelak saat mengingat jika Emely sama sekali terlihat gak niat berlatih karate. “Terus, dia maksa dianter pulang sama aku. Gila aja, pokoknya. Yang lebih gila lagi, dia minta diantar jemput. Sampai banyak yang mengira kami pacaran.” “Lah, kamunya juga mau aja antar jemput dia, gimana gak disangka pacaran,” potong Aline sinis. “Abisnya kalau aku gak mau, dia ancam mau bunuh diri.” “Ish, ancamannya. Cuman gert
Read more

Bab 133

“Aline, pamit dulu, ya, Ma. Maaf ngerepotin,” pamit Aline setelah berpelukan dengan sang Mama.“Nggak, kok. Mama malah seneng dititipin cucu-cucu Mama. Mama udah kangen banget sama mereka. Eeh, kamu tiba-tiba mau nitipin mereka. Bikin Mama seneng aja,” jawab Retno dengan wajah semringah.“Kalian memang butuh waktu berdua. Karena kalian belum sempat berbulan madu. Masalah datang silih berganti. Mama salut sama kegigihan kalian.” Retno mengelus pipi putrinya. “Kenapa kalian gak pergi yang agak jauhan aja? Mama sama Papa gak masalah kalaupun dititipin anak-anak agak lama.”“Terima kasih banyak, Ma. Mungkin nanti kalau Reynad sudah lebih besar. Aku takut kalau dia ada apa-apa. Reynand masih terlalu kecil untuk ditinggal jauh,” ucap Aline.Retno mengangguk paham.Rimba dan Aline berpamitan. Ketiga anaknya sengaja dibawa jalan-jalan oleh sang kakek berkeliling komplek. Rencananya setelah Aline dan Rimba pergi, Darwis dan Retno akan membawa cucunya ke arena bermain juga ke kebun binatang.Ra
Read more

Bab 134

“Ih, kok kamu tau, sih? Aku beneran jadi kangen sama mie ayamnya Mas Joko,” pekik Aline. “OK, nanti kita tunggu sampai kedainya buka. Jama sepuluhan biasanya,” ungkap Rimba. “Ih, kamu masih inget, Mas? keren,” pekik Aline lagi. “Aku bahkan tahu, kalau kamu sering pake sweter pink,” ucap Rimba setelah meneguk air putih yang disediakan pedagang nasi uduk. “Wow, kamu bener-bener secret admirer dan pecinta sejati,” ucap Aline terkagum-kagum. “Iya, dong. Dan aku telah berhasil membuat wanita itu menjadi milikku selamanya,” bisik Rimba takut didengar orang-orang yang juga sedang sarapan di sana. “Ayok. Kita lihat bagaimana dulu aku menatapmu dari kejauhan,” ajak Rimba dan bangkit dari tempat duduknya. Aline tersipu malu untuk sesaat. Dia benar-benar tidak menyan
Read more

Bab 135

“Seperti itulah aku selalu menatap bidadari yang lewat di jalan ini. Aku tersenyum saat lihat kamu tertawa sama temen-temen kamu,” ucap Rimba yang membuat Aline tersipu malu.“Udah, ah. Kamu bikin aku geer.” Aline menutup mata sang suami yang tak henti menatapnya.“Gak papa, kan sekarang sudah halal,” balas Rimba.“Tapi, tetep aja, aku malu, iih.” Aline memijit hidung suaminya hingga Rimba mengap-mengap kehabisan napas.“Tanggung jawab nih, aku kehabisan napas. Ayo bikin napas buatan,” ujar Rimba sambil terkekeh.“Sini, lah,” jawab Aline lalu mendaratkan bibirnya sekilas di mulut Rimba yang berpura-pura kehabisan napas.“Ih, kamu licik, ya. Gak kasih aba-aba dulu. tau gitu kan aku balas,” ucapnya sambil menarik lengan sang istri agar mendekat .“Mas, malu. Nanti dilihat orang,” bisik Aline sesaat setelah berada di dekapan suaminya.“Mana, gak ada.” Rimba semakin mengencangkan pelukannya.“Ya, sekarang ga ada, siapa tau nanti … kalau kita ….”“Kalau kita apa? Emang kita mau ngapain?” t
Read more

Bab 136

“Ya sudah lah, Bu, kalau tidak percaya, saya gak maksa juga. Yang pasti, kami menikah karena kami berjodoh,” jawab Rimba. “Ini beneran, Lin? Kamu istrinya Rimba?” tanya Bu Ratna. “Iya, Bu. Kami ini suami istri. Bahkan kami sudah punya anak tiga,” jawab Aline jujur. “Apa? Ti-tiga?” ucapnya sambil mengacungkan tiga jari tangannya. “Benar-benar cinta itu gak ada logika. Cewek cantik yang banyak dikejar cowok-cowok malah nikah sama cowok kucel. Dulu sih, kucel. Sekarang jauh lebih ganteng,” gumam Bu Ratna sambil berlalu meninggalkan pasangan suami istri itu yang saling pandang dan tertawa bersama. “Tau, gak, Sayang, dulu Bu Ratna itu suka sama aku,” ucap Rimba yang membuat Aline melotot. “Hah, masa sih?” “Beneran. Dia sering nitipin makanan ke Roby buat
Read more

Bab 137

Aline mengeluarkan baju senamnya dari tas. Sudah jadi keharusan baginya untuk tetap melakukan aerobik di mana pun dia berada. Wanita yang masih memiliki tubuh terawatt walaupun sudah memiliki anak empat—dengan Rasya—itu benar-benar menjaga tubuhnya.Setelah berganti pakaian, Aline langsung beranjak ke luar. Di pinggiran kolam renang, dia melakukan pemanasan.Rimba yang baru beres mandi, langsung melotot saat melihat sang istri melakukan gerakan-gerakan dengan pakaian yang minim. Dia kemudian duduk di kursi santai sambil memperhatikan istrinya.Aline yang merasakan kehadiran sang suami menoleh sebentar.“Hai, Mas, udah beres mandinya?” tanya Aline yang masih melanjutkan kegiatannya.“Udah, tapi kayaknya pengen mandi lagi seperti biasa kalau mau berangkat kerja,” sindir Rimba. Mendengar itu, Aline menghentikan kegiatannya sebentar.“Kamu nyindir aku ya, Mas?” tuduh Aline dan sontak membuat Rimba tertawa.“Gak nyindir, cuman ngingetin aja. Kali aja kamu lupa.” Rimba kembali menggoda.Ali
Read more

Bab 138

Maksud kamu apa?” tanya Rimba dengan kening menngerut.“Emely ada main sama Roby,” jawab Aline yang membuat Rimba hampir meloncat tak percaya.“Apa?! Kamu gak main-main ‘kan, Lin?” Rimba langsung berdiri dari tempatnya. Bahkan dia lupa jika tak memakai sehelai benang pun.“Mas, pake baju dulu, deh. Aku jadi malu lihatnya,” ucap Aline sambil melengos. Menyadari itu Rimba langsung menyambar cela boxernya yang tergeletak di pinggir kasur.“Ups, sorry, saking kagetnya sampai lupa,” ujarnya terkekeh.“jadi, gimana tadi? Emely sama Roby? Apa gak salah?” lanjutnya menghampiri sang istri.“Aneh juga sih, masa tiba-tiba Emely mendekati Roby. Padahal mereka kan jauhan. Anehnya lagi, Roby bela-belain pulang ke Bandung Cuma buat ketemu Emely,” desis ALine kesal.“Belum tentu bener-bener ketemu Emely, kan, Sayang. Mungkin Roby emang sengaja pulang ke Bandung untuk nengokin orangtuanya. ““Itu tadi Hani bilang, kalau dia nemuin chat mesum antara suaminya dengan si Emely. Dasar perempuan gak ada ot
Read more

Bab 139

“Ada Mas Rimba, Bu,” jawab Enung. Melihat siapa yang datang, Rimba langsung bangkit dan meraih tangan ibu dari sahabatnya itu. “Sehat, Bu?” sapa Rimba. Wanita sepuh itu mengusap kepala Rimba seolah melihat anaknya yang sudah lama tak bertemu. “Ya, begini saja. Karena sudah tua, Ibu sering sakit-sakitan,” ucapnya, lalu melanjutkan langkahnya menuju kursi, dan dipapah oleh Rimba. “Ini istri kamu? Cantik sekali,” ujarnya menatap pada Aline lalu tersenyum. “Roby juga kemarin datang ke sini. Tapi, tadi pagi sudah berangkat lagi. Katanya mau ke Jakarta nemuin kamu.” Deg! Rimba dan Aline kembali saling melempar pandang. “Oh, itu. Iya kebetulan sepertinya Roby salah paham, Bu. Padahal saya masih ada di Bandung. Mungkin dia kira, saya sudah kembali ke Jakarta,&r
Read more

Bab 140

Malam itu, selesai menidurkan anak-anak, Aline kembali ke kamarnya. Rimba sedang sibuk menerima laporan dari orang kepercayaannya. Bumi perkemahan yang dikelolanya makin ke sini omsetnya semakin bagus.Ponsel Aline bordering. Wanita yang baru saja merebahkan diri di kasur itu, lalu mengangkatnya.“Halo, Hani,” ujar Aline menyapa duluan.“Halo …,” jawab Hani dengan suara yang parau.Aline menghela napas dan mengembuskannya perlahan. Dari suara Hani, dia bisa merasakan, betapa berat beban yang tengah ditanggung wanita itu.“Aline, apa kalian sudah ketemu sama Mas Roby?”Lidah Aline seolah terkunci, dia merasa bingung harus berbohong atau mengatakan yang sejujurnya pada Hani.Dia tahu, bagaimana seorang wanita hamil dengan perasaannya yang begitu sensitif. Jangankan mengetahui suami berselingkuh, hanya karena ingin makanan yang dibayangkan pun, kadang membuat ingin menangis. “Emh … itu ….” Aline tak meneruskan kalimatnya. Dia menoleh pada Rimba dan meminta pendapat suaminya itu.Rimb
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status