Home / Romansa / TERNODA DI MALAM PERTAMA / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of TERNODA DI MALAM PERTAMA: Chapter 121 - Chapter 130

197 Chapters

Bab 121

“Denger, Sayang. Mereka itu anak kita. Butuh perhatian kita. Masa, kamu cemburu sama anak sendiri?” goda Rimba. Bibir Aline masih cemberut.“Mungkin kamu tidak tau bagaimana rasanya tidak diperhatikan oleh orang tua, tapi aku pernah merasakannya. Dan itu membuat hatiku sakit,” ucap Rimba menatap nanar pada sang istri. Emosi aline mulai menurun. Entah kenapa, di kehamilan kali ini, emosinya mudah sekali naik. Beruntung Rimba selalu mengalah. “Abisnya kakiku pegal sekali, dan kamu lama banget maen sama anak-anak,” ucap Aline dengan mata mulai berkaca-kaca. “Iya, maaf. Bukannya kamu sudah tau kalau hamil itu rasanya seperti ini? Kenapa masih mengeluh?” tanya Rimba. Bukannya menjawab, Aline malah menangis. Melihat itu Rimba langsung merebahkan diri dan memeluk istrinya. “Maaf, ya. Aku bikin kamu menderita dengan kehamilan-kehamilan anak kita,” ucapnya sambil
Read more

Bab 122

“Kamu kenapa?” tanya Rimba sesaat setelah keluar dari kamar mandi. Dia melihat jika wajah istrinya tampak kebingungan.“Ada seseorang yang mengirimkan foto kamu ke berandaku,” jawab Aline. Rimba segera menghampiri sang istri.“Mana coba lihat.” Rimba mengambil benda pipih itu dari tangan istrinya. Matanya seketika terbelalak. Dia hapal sekali latar belakang kamar itu. Hotel tempat terakhir kali dia diikuti oleh seorang wanita.“Kurang ajar! Sebentar ….” Rimba beranjak ke nakas dan mengambil ponselnya. Dia ingat jika notifikasi ke ponsel Aline tak lama berselang dari notif di ponselnya.Lelaki yang masih memakai handuk itu segera mengotak-atik benda di tangannya. Matanya kembali terbelalak saat sebuah nomor tak dikenal mengirimnya beberapa foto dirinya dalam pose seolah sedang melakukan sesuatu tak senonoh. Di sana matanya memang terpejam. Namun, justru seolah menunjukan jika dia tengah menikmati permainan wanita yang berada di sampingnya.Di sana tertulis [Aku tadi melihatmu. Kamu mas
Read more

Bab 123

“Gue bisa lihat bagaimana dulu dia ngejar-ngejar lu, Rim. Dia cinta mati sama lu,” jawab Roby. “Kagak enak juga ya, jadi cowok ganteng,” lanjut Roby sambil tertawa. Rimba hanya menanggapinya dengan senyuman malas. “Gue curiga, si Aline marah karena cemburu.” Roby kembali berpendapat. Sebuah senyuman miring kembali terukir di wajah Rimba. “Lu kayak peramal aja,” kekeh Rimba. “Lah, cewek. Kagak jauh, ujung-ujungnya cemburu, padahal cuman pengen digombalin. Nah, lu. Bukannya dikelonin malah kabur ke mari,” cetus Roby.Rimba mengusap wajahnya kasar. “Dia kayak yang gak percaya sama gue. Itu yang bikin gue sakit hati. Padahal dia tau sendiri gimana gue. Mana pernah gue ngelirik cewek lain,” ucap Rimba lirih. “Ya, namaya juga cewek. Elu biasanya paling ngerti gimana si Aline. Kenapa sekarang justru elu
Read more

Bab 124

“Apa maksud lu?” ulang Ravi. Rimba tersenyum miring.“Gak usah sok pura-pura.”“Beneran gue gak ngerti,” balas Ravi dengan kening mengernyit.“Lu lihat ini!” Rimba mengeluarkan ponselnya dan menunjukan foto dirinya yang sedang berbaring di kamar hotel dengan wanita yang mengaku bernama Amara.“Amara?” gumam Ravi, menatap gambar di layer ponsel.“Ya. Lu kenal dia ‘kan?” tuduh Rimba.“Gue memang sempet ketemu. Gak begitu kenal baik. Sorry itu bukan urusan gue, jadi gue gak mau bahas,” ucap Ravi sambil mengedikan bahunya.“Lagian, itu udah lama banget, ‘kan kejadiannya. Kenapa lu bahas sekarang?” tanya Ravi.“Ya, kejadiannya memang udah lama. Gue bahkan hampir lupa. Tapi, tadi siang, gue lihat perempuan ini di pesta lu. Setelah itu, dia kirim foto gue yang gak senonoh ini ke beranda istri gue. Maksudnya apa?” tuduh Rimba.“Wait? Setelah sekian lama, si Amara baru hubungin lu lagi?” tanya Ravi heran. Rimba dan Ravi saling bertatapan sambil memikirkan suatu kemungkinan.“Emely!”“Emely!” p
Read more

Bab 125

“Mas?” desah Aline seraya mengucek mata. Rimba tersenyum. “Maaf, bikin kamu nunggu,” ucapnya dan mengusap puncak kepala sang istri. “Kamu dari mana?” tanya Aline dengan suara parau. “Aku tadi ke kafe, ngobrol bentar sama Roby. Ternyata ada Ravi datang,” jawab Rimba lirih. Mata Aline langsung melotot. “Ravi? Bukannya ini malam pengantinnya? Kenapa dia justru keluyuran?” tanya Aline penasaran. Rimba hanya tersenyum malas. “Kalau aku kasih tau alasannya, aku takut kamu malah cemburu, kayak tadi,” sindirnya. “Emang kenapa?” tanyanya makin penasaran.Rimba pun duduk di pinggiran ranjang. Dia menatap lekat pada istrinya. “Ravi bilang … Emely menolak berhubungan badan.” Ucapan Rimba terhenti. Dia tidak tega mengungkapkan fakta yang seben
Read more

Bab 126

Rimba duduk di kursi sebuah kafe tempat yang dulu sering didatanginya dengan Emely. Dia sengaja meluangkan waktu sepulang kerja, dan meminta izin pada Ravi juga Aline. Wanita cantik dengan rambut sebahu itu, tersenyum semringah saat mendapati Rimba yang sudah duduk manis menunggu kedatangannya. Emely begitu tampil percaya diri. Pakaian yang menempel di tubuhnya, menonjolkan kecantikan kulit juga wajahnya. “Sudah lama?” tanyanya ramah. “Belum, mungkin sekitar sepuluh menit,” jawab Rimba.Emely tersenyum dan menarik kursi di depan lelaki berkemeja biru itu. “Tumben minta ketemu? Apa kamu juga kangen, sama kayak aku?” Emely mencondongkan tubuhnya mendekati lelaki di depannya. Rimba tertawa kecil. “Bukan, bukan itu. Aku ke sini … karena ingin membicarakan sesuatu sama kamu,” jawab
Read more

Bab 127

“Gimana, Mas?” tanya Aline, saat Rimba baru saja selesai makan malam. Dia sengaja menahan diri, padahal dari saat suaminya pulang tadi, dia sudah tak sabar ingin menanyakannya.“Seperti dugaan Ravi, Emely memang keras kepala. Dia seperti orang gila. Obsesinya terlalu besar,” jawab Rimba, yang meletakan sendok garpu di piringnya.“Dia bersikeras ingin aku menerimanya. Gila saja, kalau aku harus berhubungan dengan istri orang.”“Jadi, kalau dia sudah bercerai dari Ravi, kamu mau menerimanya?” selidik Aline.“Bukan begitu maksudku, Sayang. Dia masih sendiri aja aku gak mau, apalagi sekarang dia sudah jadi istri orang, gila aja kalau aku mau nerima dia,” jawab Rimba dengan wajah kesal.“Aku ingin pergi jauh dari sini. Tapi aku gak tau apa kamu akan setuju atau nggak,” ucap Rimba sambil menatap sang istri.“Pindah maksudnya?” Aline tampak kebingungan.“Iya. Pergi jauh dari sini, dan gak pernah ketemu sama orang-orang itu lagi. Aku sudah capek. Selalu saja ada masalah. Wajah jelek masalah,
Read more

Bab 128

Rimba mengembus napas berat. “Itulah yang menjadi beban beratku, Pa. Dia sudah menikah, tapi masih saja mengejarku,” jawab Rimba. “Ok, Papa ngerti tanpa kamu harus jelaskan lebih detail. Jadi, sekarang apa rencanamu ke depannya?” “Aku mau kembali ke desa tempat aku tinggal saat kecelakaan pesawat dulu. aku berencana membeli lahan di sana. Aku mau buka tempat perkemahan,” jawab Rimba. “Aku juga berencana mendirikan sekolah di sana, supaya anak-anak di sana tidak susah mendapat sekolah yang bagus dan dekat dari rumah mereka,” pungkas Rimba. Darwis manggut-manggut. “OK, Papa setuju. Kamu bilanng saja, berapa uang yang kamu butuhkan untuk itu.” Darwis tampak setuju dan yakin dengan keputusan menantunya. "Ah, itu tidak perlu, Pa. aku masih punya sedikit tabungan. Dan aku juga berencana menjual rumah yang kami tempati saat ini
Read more

Bab 129

Aline menggeliat saat Rimba bercanda dan menggelitiknya di ranjang saat hendak beranjak tidur."Mas, stop! Udah, geli!" pekik Aline diiringi tawa."Mas, cerita dong, gimana dulu saat kamu lihat aku pertama kali,” ucap Aline berusaha mengecoh suaminya agar menghentikan aksinya.“Buat, apa?”“Aku mau tau,” rengeknya.Rimba tersenyum. “Aku malu,” jawabnya, lalu mengeratkan pelukannya.“Kok, malu segala? Aku kan udah jadi istrimu, Mas. ayo, dong.” Aline kembali merengek.“Mau diceritain yang mana?”“Yang mana aja. Gimana kamu hidup tanpa orang tua—““Aku punya orang tua, Sayang,” potong Rimba.“Ya, tapi kan, mereka gak ngurus kamu,” protes Aline.“Walaupun begitu, kan ada Nenek sama Kakek yang ngurus aku.”“Ah, udah, ah. Kamu itu, bikin sebel,” sergah Aline. Rimba tertawa.“Apaan, sih kamu itu. Udah punya anak tiga, masih aja manja.” Rimba mencubit hidung istrinya pelan.Wajah Aline memberengut, membuat Rimba menjadi semakin gemas.“Dulu, saat kuliah itu aku ikut MAPALA. Aku sering bange
Read more

Bab 130

Aline menoleh pada Rimba dan mengacungkan foto itu untuk menunnjukan kalimat yang tertulis di sana. Rimba mengulum senyum. “Udahan, ah, malu. Itu jaman alay,” ucapnya hendak mengambil buku dari tangan Aline. “Apaan, sih. Diem, deh, jangan ganggu.” Aline menepis tangan suaminya. “Kalimat ini buat aku maksudnya?” tanya Aline mengerling nakal. Rimba terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ya … siapa lagi?” jawabnya dan menutup mukanya dengan bantal. Giliran Aline yang mengulum senyum. Dia mulai membaca setiap bait kalimat yang tertulis di lembar pertama buku itu. Teruntuk JuwitakuDirimu yang seketika mengalihkan duniakuSiapa gerangan nama indah yang tersemat di dirinya?Ingin aku bertanya, namun sejuta ragu menghadangAkankah dia memiliki rasa yang sama dengan yang
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status