“Hai, Rimba. Apa kabar, Sayang?” terdengar suara mendesah manja dari mulut Emely. “Sudahlah, Mel. Ada apa kamu malam-malam begini telpon?” “Aku kecapean, habis maen tiga ronde sama Roby. Aku membayangkan, jika tubuhmu yang berada bersamaku, Sayang. Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Kamu tega sekali tiba-tiba menghilang,” bentak Emely yang disambung isak. “Mel, kamu itu udah jadi istri orang. Nggak pantas untuk berhubungan dengan laki-laki lain. Ingat itu, Mel. Apalagi laki-laki yang kamu dekati itu sudah punya istri, coba kamu bayangkan, bagaimana sakitnya istri Roby,” cecar Rimba. “Aku sedang tidak mau berdebat denganmu sekarang, Rimba. Datanglah besok ke alamat yang nanti aku kirim padamu. Ok. Bye, Rimba. Sampai besok. Aku sangat merindukanmu,” pungkasnya, lalu ponsel itu senyap. Tak lama, kembali terdengar bunyi.
Read more