Home / Romansa / TERNODA DI MALAM PERTAMA / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of TERNODA DI MALAM PERTAMA: Chapter 101 - Chapter 110

197 Chapters

Bab 101

Aline yang masih mengantre, memberi kode pada Roby dan Hani agar Riny dan Ardy jangan pergi dari pelaminan. Aline berencana untuk berfoto bersama. Roby mengacungkan jempolnya tanda setuju. Roby pun bahagia melihat sahabatnya sudah mau tampil di khalayak ramai. Walaupun dia bisa melihat sekilas, beberapa orang yang memandang aneh pada Rimba. Namun, rasa percaya diri yang dialirkan Aline pada lelaki itu, mampu membuatnya menghadapi dunia yang menatap hina. “Akhirnya …!” pekik Aline langsung memeluk Riny. “Bentar lagi nyusul, kita-kita, ya,” godanya. Rini tersipu malu. Sementara Ardy mengacungkan jempolnya. Mereka pun berfoto bersama dalam suasana yang teramat bahagia. Aline, Rimba, Riny dan Ardy turun dari pelaminan lalu menuju stand-stand yang sudah tersedia. Riny dan Ardy menuju stand dimsum yang berada di sebelah kiri, sementara Aline merasa tergoda dengan es krim juga sate yang berada di
Read more

Bab 102

 “Ya udah, sana, kamu sama dia aja. Aku kan, gak ganteng, bukan anak orang kaya, gak bisa basket juga,” ucap Rimba ketus. Aline terlihat menahan tawa. Seumur pernikahannya dengan lelaki ini, belum pernah dia melihat Rimba begitu cemburu. Aline justru merasa senang. Dia memandangi punggung lelaki yang begitu dia sayangi itu naik turun dengan cepat. Seperti sedang menahan emosi. Aline menggeser tubuhnya mendekati suaminya. Dia mengelus pelan punggung itu. Setelah itu, Aline menaruh pipinya di pipi sang suami, dengan tangan menelusup ke sela lengan Rimba dan melingkarkannya di dada lelaki itu. Rimba bergeming. “Ada yang marah,” bisik Aline. Rimba tak menjawab, tetapi terdengar dia mengembuskan napas kasarnya beberapa kali. “Aku hanya becanda, Sayang. Lagian, dia, kan, cuma masa lalu. Mantan itu ibarat sampah, yang tidak perlu diambil lagi,” ujar Aline mencoba menghibur. Rimba
Read more

Bab 103

Hal yang paling menyakitkan saat kembali pulang itu, saat aku tahu jika Papi sudah tiada. Ya, walaupun seingatku dia tidak pernah ada untukku. Namun, bagaimanapun dia tetap adalah orang tuaku. Semoga Tuhan mengampuni segala dosa Papi selama hidup.Jika Papi sudah tidak lagi punya waktu untuk memperbaiki diri, sebaliknya dengan Mami. Dia sepertinya belum puas dengan kesenangan hidup yang masih ingin dinikmatinya. Sayangnya, Mami mengambil langkah yang salah. Saat Papi terbaring lemah di rumah sakit, Mami malah menghilang dan tak bisa dihubungi. Lalu, saat aku kembali, Mami malah membuat masalah lagi. Dia berpacaran dengan suami orang. Malam-malam berpacaran di taman kota, lalu kena gerebek Satpol PP yang sedang menertibkan para PSK yang sering mangkal di sana.Seperti dugaanku, Mami akhirnya menghubungi dan meminta bantuanku agar membantunya bebas dari penjaringan petugas yang mengiranya seorang PSK. Ah, Mami … ada-ada saja. Jika saja aku tak ingat jika dirimu adalah wanita yang telah
Read more

Bab 104

Tiga minggu berlalu. Hari ini Rimba diminta Darwis untuk kembali ke kantor. Walaupun awalnya enggan, tetapi Aline terus menyemangatinya.“Oh, ya, Mas. Sabtu depan aku ada acara reuni dengan teman-teman SMA,” ucap Aline saat membantu Rimba memasangkan dasi. Lelaki itu menautkan alisnya saat mendengar kata ‘Teman SMA’. Rasanya dia masih ingat, jika lelaki yangn pernah bertemu dengan mereka di pernikahan Roby itu adalah mantan Aline saat SMA dulu.“Mantan kamu datang?” tanya Rimba. Kini giliran Aline yang mengerutkan keningnya. “Mmh, Edward maksudnya?”“Nggak taulah, siapa namanya. Aku gak ingat,” jawab Rimba ketus. Mendengar namanya saja sudah membuat mood-nya ambyar. “Nggak tau juga, sih. Mungkin datang mungkin juga nggak. Kenapa emang?”“Gak papa.” Rimba menjawabnya dengan wajah yang pura-pura tak peduli.“Kamu masih juga cemburu sama dia?” goda Aline. Rimba tak menjawabnya. Aline langsung memeluk lelakinya.“Aku kan cuma cinta sama kamu, kenapa harus cemburu? Lagian, di sana kan,
Read more

Bab 105

Emely masih menggelengkan kepalanya tak percaya. “Kamu bukan Rimba. Wajahmu seperti monster!” pekik Emely dan segera pergi dari ruangan itu. Rimba tersenyum tak peduli.Wanita itu memegangi dadanya yang berdebar hebat. Perlahan dia menuju ruangan Ravi yang berada tak jauh dari sana. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, dia segera membuka pintu itu. Ravi yang tengah membicarakan sesuatu dengan staff-nya langsung memberi kode pada orang itu untuk meninggalkan ruangannya.“Kamu kenapa, Mel?” tanyanya setelah kepergian staff-nya itu. Emely masih terlihat syok.“Di-dia … se-seperti monster. Aku jijik sekali melihatnya,” ucap Emely dengan wajah pucat. Ravi tersenyum.“Kenapa kamu gak bilang?” tanya Emely berteriak histeris. Ravi mengedikan bahunya.“Aku hanya ingin tau, apakah kamu masih bisa tergila-gila padanya di saat dia sudah menjadi jelek seperti itu,” jawab Ravi kemudian mendekap tubuh adik sepupunya itu. Dia bisa merasakan debar jantung Emely yang masih terasa cepat.“Lupakanlah dia, Me
Read more

Bab 106

“Kamu nanti berangkat jam berapa?” tanya Rimba saat hendak berangkat kerja. Dia sebenarnya tahu jika acaranya di sore hari, dan Rimba menyayangkan karena tidak bisa mengantar.“Abis Dzuhur, deh, kayaknya. Aku bawa mobil sendiri aja, ya?” Aline meminta persetujuan.“Ok, mungkin itu lebih baik, biar kamu bisa pulang cepat. Atau … kalau nggak, kamu bisa berangkat pakai taksi online, nanti pulangnya aku jemput. Hari ini ada buyer yang mau datang, sih. Semoga meeting-nya gak terlalu lama. Nanti aku usahain jemput kamu. ” Rimba coba memberi saran. Dia agak khawatir juga karena sang istri tengah hamil.“Kamu pakai baju yang tertutup, ya. Belajar sedikit-sedikit,” pinta Rimba.“Iya, Sayang,” jawab Aline.“Aku berangkat dulu, ya. Nanti info aja, kalau kamu sudah selesai.” Rimba mengecup kening istrinya lama, seraya mengelus perut yang membuncit.“I love you,” bisiknya sebelum berlalu.“I love you too.” Aline menjawab sambil melambaikan tangannya.Pukul 13.00 Aline sudah siap. Dia mengikuti sar
Read more

Bab 107

Mata Aline membulat sempurna. Dia sama sekali tak menduga jika lelaki yang selama ini dicarinya untuk dijebloskan ke dalam penjara, tepat ada di hadapannya.“Aku bukan istrimu, keparat!” Aline meludah ke arah lelaki itu. Rangga menyeringai. Dia menaikan sebelah kakinya ke kursi di mana Aline berada. Tangannya mencengkeram rahang Aline dengan kuat.“Bagiku kamu masih istriku, karena aku belum menceraikanmu,” ucap Rangga dengan tatapan yang tajam.“Apakah kita akan memulai permainan kita kali ini, Edward? You have your own girl, Brother!” seru Rangga. “Come here, Honey!” Rangga melambaikan tangan pada lelaki gemulai yang selama ini menjadi kekasihnya. Leon mendekat dan bergerak menggerayangi tubuh kekasihnya itu. Aline melengos. Tak ingin melihat pemandangan menjijikan“Bukankah dulu kamu sangat tergila-gila padaku? Kamu rela kehilangan suami dan anakmu demi kembali padaku, Aline Sayang.” Rangga mengempaskan wajah Aline begitu saja, laluBeralih pada Leon yang sudah terlihat bernafsu.
Read more

Bab 108

Rimba kembali ke luar. Dia lihat dua orang itu berjalan terseok ke arah garasi. Rimba segera menuju dua orang itu dan menarik tangan salah satu dari mereka.“Ke mana mereka?!” teriak Rimba di wajah lelaki yang terlihat babak belur itu. Hanya gelengan kuat yang dilihat Rimba. Lelaki yang berwajah seperti monster itu mencekiknya hingga terlihat mengap-mengap.“Katakan di mana mereka atau kau tidak akan bisa bernapas lagi!” ucap Rimba dengan penekanan yang kuat. Orang itu memberi isyarat agar Rimba mau melepaskan cekikannya. Rimba melonggarkan tangannya, lalu menarik kerah orang itu hingga wajahnya begitu dekat.“Katakan!” ucapnya lirih dengan tatapan setajam elang.“Me-mereka ta-di membawanya ke Bandung,” ucapnya tersengal.Rimba mengempaskan tubuh dalam genggamannya hingga terjerembab ke lantai garasi. Dia segera merogoh ponsel di saku celananya dan menghubungi sahabatnya.“Roby, sorry gue ganggu lagi. Gue butuh bantuan lu. Aline diculik. Katanya mereka membawanya ke Bandung. Kita kete
Read more

Bab 109

“Hari ini, aku ingin melihat kematian kalian berdua. Aku tahu, kalau aku menculik istrimu yang cantik ini, kamu akan datang menolong dia seperti biasanya. Ya, kamu selalu menjadi pahlawan kesiangan buat wanita berengsek ini!” teriak Rangga dan menarik rambuut Aline ke belakang hingga wajahnya mendongak sempurna. Aline meringis menahan sakit tanpa bisa bersuara karena mulutnya tersumpal, diikat dengan kain ke belakang kepalanya. Rangga tertawa puas, saat Rimba berusaha mendekatinya, namun Rangga secepat kilat mengeluarkan pisau belati dan mengarahkannya ke leher wanita itu. Rimba langsung menghentikan langkahnya.“Ayo, satu langkah saja kamu mendekat, pisau ini akan memotong urat nadi di leher wanita kesayanganmu ini.” Rangga memainkan pisau itu di dekat lehar Aline. Rimba terlihat ketakutan.Rangga terbahak, melihat wajah ketakutan adiknya.“Kamu tau? Sebetulnya, dulu aku sengaja memacari dia, karena aku tahu kamu tergila-gila padanya.” Tawa Rangga kembali terdengar membahana. Rimba
Read more

Bab 110

Rimba menahan tubuh Aline dan menariknya ke depan. Mereka saling tatap sesaat. Rimba menyadari ada sesuatu yang salah. Napas sang istri terengah dan di antara dada dan bahu kanannya merembes darah segar.Sementara itu, Roby, secepat kilat melemparkan kembali boomerangnya ke arah Leon yang terlihat hendak menarik kembali pelatuk senjata itu.Praakk!Senjata itu terjatuh, saat boomerang Roby mengenai tulang di pergelangan Leon. Lelaki gemulai itu mengaduh.“Panggil ambulans!” teriak Rimba yang langsung membopong tubuh istrinya ke luar dengan langkah cepat. Sesaat dia sadar, jika itu memakan waktu yang lebih lama.Di luar terparkir mobilnya yang tadi dipakai oleh Roby. Rimba berlari menuju ke sana. Tak lama datang juga Riny dan beberapa teman Rimba yang lain. Mereka segera turun, saat melihat Rimba tengah membopong tubuh sang istri dengan darah yang merembes.“Kalian bantu si Roby di dalam, gue bantu Rimba bawa istrinya ke rumah sakit!”Salah satu dari mereka memberi aba-aba, agar sebagi
Read more
PREV
1
...
910111213
...
20
DMCA.com Protection Status