Home / Horor / Misteri Desa Purnama / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Misteri Desa Purnama: Chapter 31 - Chapter 40

67 Chapters

Bab 31. Sosok di Rumah Pak Yanto Bagian 4

Sebelum berpamitan pulang, aku merasa ada yang aneh saat melewati kamar mandi yang berada di sebelah kamar. Aura yang menyesakkan untukku kembali ku rasakan."Pak. Bolehkah saya numpang ke kamar mandi?""Boleh, Nak Aldi. Silahkan, di sebelah sini."Pak Yanto langsung menunjuk ke kamar mandi yang baru saja aku maksudkan.Aku benar-benar terkejut kali ini. Sosok yang kulihat di pangakalan ojek yang menggangggu Pak Sarip tempo hari telah berada di sini. Sosok hitam besar itu berdiri di balik pintu kamar mandi sembari melotot ke arahku yang sedikit gemetar.Taring panjang dan tanduk yang melingkar menjadi ciri khasnya. Sebenarnya makhluk apa itu?"Aduh maaf, Nak Aldi. Saya belum sempat mencuci baju jadi sangat menumpuk," ucap Pak Yanto, melihat tumpukkan baju kotor di samping bak mandi yang berserakan.Sepertinya Pak Yanto melihatku yang nampak terkejut tapi dengan maksud yang lain."Oh, tidak apa-apa, Pak. Saya tidak jadi ke kamar mandi. Kita kembali ke dalam saja, Pak."Aku bergidik, ru
Read more

Bab 32. Sosok di Rumah Pak Yanto Bagian 5 (Tamat)

Jadikan hanya aku satu-satunyaSang garwa pambage, sang pelipur laraNyanyikan 'ku kidung setia Tak! Suara nyanyian dari radio itu berhenti. Aku menghela nafas dalam. Hari ini ditemani Mbah Atmo aku akan mengunjungi kembali istri Pak Yanto, Bu Rusmini. Di malam harinya aku tidak bisa istirahat dengan baik. Hatiku masih dengan dua pilihan yang belum aku putuskan, antara membantu Pak Yanto atau memilih melupakan semuanya dan kembali ke kota. Itulah tujuan orangtuaku dan paman mengirimku kemari. Mereka ingin aku menentukan pilihanku sendiri, seperti percakapan tadi malam antara aku dan paman. "Keputusan sepenuhnya ada di tanganmu. Menerima atau melepaskan, hanya itu. Kami tak bisa terus menutupi semuanya. Karena, suatu hari nanti kamu pasti akan mengetahui kebenarannya." Ucapan Paman Suwarno itu membuatku sadar akan sesuatu. Bahwa aku memang sudah ditakdirkan untuk berhubungan dengan mereka. Ini bukan lagi soal kutukan dan ramalan. Melainkan soal keinginanku untuk membantu penduduk D
Read more

Bab 33. Nana, Si Kecil Yang Malang

"Nana! Ke mana saja selama ini? Aldi sudah mencari Nana ke mana-mana. Kenapa menghilang begitu saja?" ucapku menahan tangis. Nana hanya tersenyum tanpa beban. Sungguh anak kecil yang lugu. "Saat di perkebunan, Nana melihat kelinci putih yang lucu lalu mengikutinya. Tanpa sadar Nana tersesat dan banyak yang mengganggu Nana," ucap Nana polos."Lalu apa yang terjadi?" Suaraku bergetar, entah mengapa pertemuanku kali ini dengan Nana membuatku sangat bahagia."Mereka ingin Nana tinggal bersama mereka. Tapi, Nana tak mau, Nana ingin selalu bersama Aldi. Nana tak mau lagi jauh dari Aldi. Nana takut Aldi berada dalam bahaya." Rengekan Nana begitu membuat hatiku sakit. Bagaimana tidak, dia pasti kesulitan saat tersesat dan mencari jalan. Tapi dia malah terus mengkhawatirkan keadaanku. "Baiklah. Aldi akan selalu bersama Nana," ucapku spontan. Baru kali ini, rasanya aku sangat dibutuhkan. Aku merasa menjadi orang yang berguna walaupun untuk Nana, anak kecil yang sudah meninggal sekalipun.
Read more

Bab 34. Kuntilanak Ririn Bagian 1

"Ayla?" ucapku spontan."Kapan Ayla tiba di sini? Kenapa tidak memberitahuku dulu?" bentakku pada Ibu di seberang telepon.Aku mendapat kabar yang membuatku sangat terkejut. Adik perempuanku Ayla akan datang. Dia adalah anak yang sangat menyebalkan bagiku.Tak seperti gadis lain. Dia punya kepribadian yang sangat buruk. Sehingga tak ada yang mau berteman dengannya."Baiklah. Atur saja. Dia tidak akan lama di sini, kan?""Tentu saja aku akan menjaganya, Ibu tenang saja.""Ya sudah, aku ada urusan. Nanti berkabar lagi. Dah, Bu."Telepon pun ku matikan segera. Kalau tidak, Ibuku akan terus mewanti-wanti tentang keberadaan Ayla di sini."Kapan Kak Ayla datang?" tanya Nur yang sedari tadi mendengrkan percakapanku dan Ibu."Akhir pekan ini. Semoga saja tidak jadi.""Eh, apa kau mengenal Ayla?" tanyaku heran."Pertanyaan bodoh macam apa itu? Tentu saja tidak.""Lalu kenapa kau menyebutnya Kak Ayla?" "Supaya nanti kita jadi lebih akrab saja. Hehe," jawab Nur.Nur belum tahu saja semenyebalka
Read more

Bab 35. Kuntilanak Ririn Bagian 2

Santana membolak-balik tudung saji beberapa kali. "Apa tidak ada makanan?" ucapnya kesal. Ririn hanya mendengus. Dia terlihat kesal pada suaminya itu. Setiap hari, Santana pergi pagi dan pulang ke rumah pada tengah malam. "Ah ... sudahlah. Percuma bicara pada orang sepertimu!" ucap Santana kesal. Dia membanting pintu dan berlalu pergi meninggalkan Ririn yang terlihat tak acuh. Malam akan berganti subuh, Santana belum kunjung kembali. Ririn menjadi khawatir, lalu dia memutuskan untuk menunggu waktu subuh dan menelepon mertuanya."Halo?" Suara lembut Ririn menyapa saat telepon sudah mulai tersambung. "Ada apa kamu telepon Bapak subuh-subuh?" jawab Karsa ketus. Karsa adalah ayah mertua Ririn dan juga seorang kepala desa di Desa Purnama. "Ah ... itu, Pak. Mas Santana semalam tidak pulang ke rumah," ucap Ririn tergagap. "Kenapa bisa? Dasar kamu tidak becus jadi istri. Mengurus suami saja kamu tidak bisa!" bentak Karsa.Belum sempat berbicara, Ririn sudah dicecar dengan makian dar
Read more

Bab 36. Kuntilanak Ririn Bagian 3

Hari-hari bahagia yang dirasakan semua wanita yang telah menikah tak pernah di rasakan Ririn. Dia hidup penuh dengan aturan dan kekangan dari pihak keluarga Santana. Ririn masih bekerja di rumah itu walau pun telah berganti status menjadi menantu. Malah kali ini lebih parah, hampir semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Ririn yang tengah hamil. Saat kandungannya memasuki usia tujuh bulan, Ririn nekat meminta Santana untuk membawanya keluar dari rumah itu. Setelah melewati berbagai pertikaian antara dirinya dan Santana, akhirnya Santana mau mengalah. Santana dan Ririn kemudian pindah ke suatu rumah kecil di desa Purnama. Berbaur dengan penduduk desa adalah hal yang diinginkan Ririn saat itu. Walaupun berat harus meninggalkan Mbok Dar di rumah itu. Demi anak yang dikandungnya Ririn memberanikan diri hidup mandiri jauh dari Mbok Dar dan kedua orangtua Santana. "Pergilah, Nak. Jangan mengkhawatirkan Ibu, Ibu akan baik-baik saja di sini. Pesan Ibu. Baik-baiklah pada suamimu dan jagala
Read more

Bab 37. Kedatangan Ayla Bagian 1

Tin ... tin .... Kedatangan motor tua yang berhenti di pekarangan rumah itu telah kami tunggu. Udara dingin ini hampir membuat kami membeku. Setelah sholat subuh kami mulai menyiapkan keperluan untuk menyambut kedatangan adikku-Ayla. Ayla memakai setelan anak jaman sekarang, topi bundar yang besar, serta kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. "Dasar anak ini. Dia pikir desa ini pantai!" gumamku kesal, melihat tingkah Ayla yang berlebihan. Kali ini, kami menggunakan jasa Pak Yanto untuk menjemput Ayla dari gapura desa. Aku menghampiri Pak Yanto sesaat setelah Ayla turun dari motornya. "Kakak!" teriak Ayla girang. Aku hanya tersenyum seadanya. Dari awal aku tak suka kalau Ayla datang kemari. Muah ...! Ciuman bibir berwarna merah jambu itu mendarat di pipi kananku dengan tiba-tiba tanpa aku sempat menghindar. "Apa sih, bikin jijik saja," ucapku kesal. "Kau kasar sekali pada adikmu. Sudah lama kita tak bertemu, kan? Kau tidak kangen padaku, Kak?" tanyanya dengan nada cen
Read more

Bab 38. Kedatangan Ayla Bagian 2

"Sini, Bibi obatin dulu lukanya," pinta Bi Sari yang tengah menyiapkan obat.Aku lantas meninggalkan Ayla dan Bi Sari di dalam kamar. Terdenggar sura jeritan dari Ayla yang kesakitan. Walau pun aku tahu lukanya pasti tak begitu sakit, tapi aku tetap merasa kasihan padanya.Setelah beberapa saat, kuputuskan untuk menemui Nur yang tenah duduk di kursi teras rumah. Wajahnya masih sangat murung."Nur. Kau di sini?" sapaku.Nur yang terus menggoyang-goyangkan kakinya tampak kesal padaku."Sebenarnya, apa yang terjadi?" Aku mencoba terus bertanya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."Kakak tanyakan saja pada Adikmu yang menyebalkan itu!" bentak Nur padaku."Dia sengaja melakukan itu. Seharusnya Kakak ajari Adik Kakak itu sopan santun.""Kenapa kau marah padaku? Seharusnya aku yang marah padamu. Kau yang membuat Ayla terluka," ucapku tak bisa menahan emosi."Kakak tak percaya padaku? Dia yang sengaja menjatuhkan dirinya sendiri. Bukan aku!""Ternyata Ayla itu pandai sekali berbohon
Read more

Bab 39. Kuntilanak Ririn Bagian 4

Salah satu yang membuat aku tak bisa beristirahat dengan tenang adalah kebisingan yang Ayla timbulkan setiap malam.Sama halnya seperti di rumah kami. Ayla selalu menyetel musik keras setiap malam. Entah itu lagu dari barat atau k-pop yang sedang tren saat ini."Ayla. Kecilkan suaranya! Aku tidak bisa tidur."Karena musik yang di setel sangat keras, aku terpaksa berteriak untuk mengingatkan Ayla."Ayla!" bentakku lagi.Drak! Ayla membuka pintu dengan keras. Membuatku agak tersentak."Apa?" "Kau ini! Kecilkan suara musiknya. Oranglain tak bisa tidur gara-gara itu.""Kalau aku tidak mau, Kakak mau apa?" jawabnya menantang."Apa kau bilang? Cepat matikan. Kalau tidak, aku akan mematikan listriknya," ancamku.Ayla sama sekali tak terlihat takut. Dia malah terus membantah ucapanku."Matikan saja kalau berani!"Dasar anak ini. Ah, tiba-tiba saja terlintas dipikiranku memberikan pelajaran pada Ayla untuk membuatnya jera."Baiklah kalau itu maumu. Jangan berteriak atau pun meminta tolong p
Read more

Bab 40. Kuntilanak Ririn Bagian 5

"Terima kasih, kau sudah menyelamatkan para pekerja," ucap Razan. Razan memakai setelan rapi dengan kancing baju bagian atas yang sedikit terbuka. Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganku dan aku segera menyambutnya dengan ramah. "Bukan apa-apa. Aku hanya melakukan hal seharusnya aku lakukan. Lagi pula, berkat bantuanmu juga mereka mendengarkan perkataanku. Pemuda itu lantas tersenyum ramah. Lesung pipinya melengkung ke dalam tatkala pemuda itu melebarkan senyumnya. "Oh, ya. Siapa namamu?" tanyaku. Walaupun aku sudah tahu siapa dia. Aku tetap berpura-pura tak mengenalnya. "Namaku Razan. Kau?" tanya Razan padaku. "Namaku Mahesa Aldi Langga. Panggil saja Aldi," jawabku. Razan kembali tersenyum. "Oh, salam kenal ya, Aldi. Sepertinya kita seumuran. Hahaha ...." Aku hanya tersenyum tipis, mendengar guyonan Razan yang sama sekali tak lucu bagiku. "Ayo cepat. Pindahkan batang pohonnya agar tidak menghalangi jalan," perintah Razan pada pekerja laki-laki. "Bagaimana bisa
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status