Beranda / Horor / Misteri Desa Purnama / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Misteri Desa Purnama: Bab 21 - Bab 30

67 Bab

Bab 21. Hantu Kardun Bagian 9

Saat gadis itu menoleh padaku, terlintas bayangan aneh yang mengikuti gadis itu dari belakang."Kau ... Mustika?" ucap Yanto sembari tergagap.Gadis itu mengangguk pelan. Dia menunduk seperti sedang menghindari tatapan dari semua orang.Aku terkejut. Secepat ini Bulan membawa Mustika ke hadapanku. Gangguan pada Mustika dari Bulan pasti sangat keterlaluan, pikirku."Kenapa kau kemari? Kau ingin membuat desa ini mengalami teror lagi?" teriak Yanto. Mustika hanya diam, tak satu pun kata keluar dari mulutnya.Agus dan beberapa orang langsung menghalangi Yanto agar tak membuat keributan. Begitu pula aku, aku ikut berdiri melerai walaupun aku terganggu dengan sosok di samping Mustika. Sosok nenek tua yang menyeramkan dengan rambut abu-abu yang tergerai tak beraturan. Dia memakai kebaya dan kain jarik jaman dulu. Tubuhnya membungkuk sembari memegang tongkat kayu di tangannya. "Saya tahu rumah Pak RT. Mari saya antar," ajakku pada Mustika yang terlihat sedikit ketakutan.Aku segera memberita
Baca selengkapnya

Bab 22. Hantu Kardun Bagian 10

Siang harinya, aku dan Mbah Atmo mengunjungi Mustika di rumahnya. Rumah yang sudah sekian lama tak di tempati itu terlihat sangat kotor. Tumbuhan ilalang tumbuh tinggi melebihi tubuhku. "Assalamualaikum," ucap Mbah Atmo. "Waalaikum salaam." Terdengar seseorang telah menjawab salam Mbah Atmo dari dalam rumah. Rupanya itu Mustika, dia terlihat membuka pintu dan masih menggunakan kaos putih dan celana pendek selutut. Rambut pendeknya terlihat di kuncir seadanya. Sendal jepit berwarna kuning melekat di kakinya. "Mbah?"Teriak Mustika girang saat melihat kedatanganku dan Mbah Atmo. Mbah Atmo tersenyum, rupanya mereka benar-benar saling mengenal. "Apa kabar kamu, Mustika?" tanya Mbah Atmo. "Baik," jawab Mustika tanpa berkedip. Terlihat Mustika sangat senang bertemu Mbah Atmo, wajahnya berubah sumringah tidak seperti tadi pagi saat aku pertama kali melihatnya. "Masuk, Mbah, Aldi," ajak Mustika. Mbah Atmo kemudian masuk ke dalam diikuti Mustika dari belakang. Saat hendak mengikuti
Baca selengkapnya

Bab 23. Hantu Kardun Bagian 11

Kegaduhan pun terjadi. Suara teriakkan dari warga terdengar bersaut-sautan. Meneriakkan pengusiran untuk Mustika."Usir dia dari kampung ini!""Ya. Usir saja. Kami tidak mau jadi tumbal pesugihannya'.""Bakar saja rumahnya!"Suara umpatan dan makian semakin terdengar jelas. Rupanya warga sudah sampai di depan rumah Mustika.Sesekali aku mengintip ke sebuah jendela yang telah ditutup gorden. "Mustika, tunggu di sini sebentar. Aku akan melihat keluar." "Cepatlah kembali, Aldi. Aku takut!" sembari masih menggenggam erat tanganku. Aku mengangguk, mengiyakan permintaan Mustika. Rupanya, para warga datang berbondong-bondong membawa balok kayu di tangan mereka dengan penuh amarah.Mbah Atmo terlihat mencoba menenangkan mereka. Tapi, warga semakin brutal. Mereka ingin memaksa masuk ke dalam.Walaupun sudah dicegah oleh Pak RT dan Mbah Atmo. Mereka tetap bersikukuh ingin mengusir Mustika. Aku memundurkan langkah, mencari tangan Mustika untuk ku genggam.Saat aku menolah, Mustika sudah tak
Baca selengkapnya

Bab 24. Hantu Kardun Bagian 12

Hari semakin terang, cahaya matahari yang muncul perlahan menyinari sebagian ladang dan kebun milik warga di Desa Purnama.Aktivitas warga pun kembali di mulai. Seperti biasa, petani mulai menggarap sawah dan kebun mereka.Aku tak bisa tidur semalaman, memikirkan bagaimana keadaan Mustika. Bulan pun tak kunjung memberikan kabar. Apa Bulan belum menemukan Mustika? Apa yang sebenarnya terjadi pada Mustika? Pikiranku hanya bergelayut pada Mustika. Tak seperti biasanya, aku tak bisa tidak memilikirkannya walau sesaat.Aku merasa harus bertanggung jawab terhadap Mustika. Aku yang bersisikukuh untuk mengamankan desa dengan memunculkan kembali Mustika di desa ini."Ah ... kau memang bodoh, Aldi." Makian terus terucap dalam pikiranku.Tok! Tok! Tok! Suara ketukan dari balik pintu kamar, suara itu diikuti dengan suara parau dari Mbah Atmo. "Nak Aldi, sudah bangun?" "Iya, Mbah. Sudah." Aku bergegas menghampiri gagang pintu dan membukanya. Mbah Atmo juga terlihat lelah, seperti tidak tidur
Baca selengkapnya

Bab 25. Hantu Kardun Bagian 13 (Tamat)

"Kau yakin ini jalan yang benar?" tanyaku. Sudah hampir satu jam aku dan Nur berjalan. Tak kulihat Mustika atau pun makhluk lain yang biasanya mengikuti kami. "Tenang saja. Marni tak mungkin salah." "Sejak kapan Marni bisa mendeteksi hantu?" "Sejak malam ini." Nur terus bergumam sendiri, seperti sedang menyanyikan sebuah lagu jawa kuno. "Bahasa macam apa itu, Nur? Aneh sekali," ledekku terkekeh. Padahal saat ini aku merasakan ketakutan saat Nur tiba-tiba saja bernyanyi. "Ini untuk mengundang mereka. Agar mereka ikut membantu kita mencari jalan." Jawaban Nur sungguh membuatku terperanjat. Apa maksud dari perkataan Nur? Darimana dia tahu tentang hal seperti itu. Apa jangan-jangan dia bukan Nur? Apakah dia ... "Bulan?" Nur kemudian berbalik arah dan tersenyum menyeringai ke arahku. "Ah, kukira siapa. Kenapa kau masuk ke dalam tubuh Nur tiba-tiba? Bikin takut saja," ucapku lega. Baru kali ini aku merasa senang merasakan adanya Bulan di sampingku. Bukan aku sudah tak merasa ta
Baca selengkapnya

Bab 26. Permulaan

Di sebuah taman yang indah, aku sedang menimati suasana tenang di depan danau. Danau dengan air yang berwarna biru terang telihat jernih dengan ikan-ikan berenang di dalamnya. Angin sepoi-sepoi serta belaian lembut yang kurasakan membuatku makin terasa mengantuk. "Tidurlah, kau pasti sangat lelah." Ucapan itu keluar dari mulut seorang gadis manis yang cantik bernama Rosmala. Kulitnya yang lembut membelaiku sampai aku memejamkan mata. Tiba-tiba kedua pipiku terasa basah, apa Rosmala ...? Ah ... mengapa pikiranku meracau. Tapi, apa ini? Mengapa rasanya geli? "Ah ...," Aku terperanjat melihat Marni yang tengah menjilati pipiku. Rupanya aku tengah bermimpi. Sial! Betapa indah sekali mimpiku itu. Mengapa aku malah terbangun. Sayang sekali. "Lepaskan aku, Marni."Aku menggendong kucing kampung itu dan melepaskannya jauh dariku. "Dasar kau, Marni, kenapa merusak mimpi indahku?" gerutuku kesal."Kakak sudah bangun?" tanya Nur yang mengintip di sela-sela pintu dapur. "Hmm," jawabku
Baca selengkapnya

Bab 27. Bulan VS Rosmala

Saat hendak berkeliling desa, kulihat warung Bu Wangsih terlihat ramai. Wajar saja, ini adalah jam pulang para petani yang baru saja menggarap ladang, dan pekerja kebun teh yang baru selesai bekerja berkumpul di warung tersebut. Aku menyempatkan berkunjung hanya untuk menyapa penduduk desa yang tengah bersantai itu. "Mau ke mana, Aldi?" tanya Bulan. Dengan mimik muka ketus dia mencoba mencegahku menemui penduduk desa. "Kau tak ingat apa yang mereka lakukan padamu semalam?" Aku tersenyum, kemudian menatapnya. "Yang berlalu biarlah berlalu. Aku ingin lebih akrab dengan mereka, itu saja." "Kau ini benar-benar aneh. Apa kau tidak takut? Aku menggeleng dan meneruskan langkahku. "Kalau kau tidak mau ikut. Tunggu saja di sini. Aku tak akan lama." "Cih, dasar keras kepala," gumam Bulan. "Kau bilang ingin menemui Mustika, tapi malah pergi ke warung." Aku terus berjalan tanpa mempedul
Baca selengkapnya

Bab 28. Sosok di Rumah Pak Yanto Bagian 1

"Aku sudah mendengar dari Bapak tentang kejadian semalam di perkebunan," ucap Rosmala memulai percakapan "Kau hebat bisa melakukan itu." Senyum manis terukir di bibirnya, entah mengapa setiap kali Rosmala tersenyum, jantungku terus berdebar tak beraturan. "Ah, bukan apa-apa," ucapku tersipu. "Semua orang akan melakukan itu bila berada di posisiku," ucapku kembali merendah. Rosmala tersenyum. Tak terasa kami pun terbawa suasana sampai beberapa menit telah berlalu. Sungguh singkat pertemuan kami kali ini, karena Rosmala harus mengantarkan pesanan ibunya. Aku berjalan di belakangnya, mengantarnya keluar dari warung tempat kami tadi bercengkrama. Hari mulai gelap, rupanya waktu maghrib sudah dekat. "Apa perlu aku antar?' Rosmala menggeleng. "Tak perlu. Ini sudah sore, kau juga harus pulang dan istirahat." Setelah mendengar ucapan Rosmala, kami pun berpisah menuju rumah masing-masing. Diperjalanan, Bulan mulai berbisik padaku dengan raut wajah yang terlihat masih kesal. "Ada y
Baca selengkapnya

Bab 29. Sosok di Rumah Pak Yanto Bagian 2

Aku tak dapat berkata-kata. Saat ini, aku benar-benar tak tahu harus bagaimana. Salah satu hal yang kutakutkan selama ini terjadi. Aku takut peringatan dari Mbah Atmo benar-benar terjadi. Bahwa aku tak bisa berhenti dengan keinginanku sendiri. Sekali mencoba mau tak mau aku akan terus berhubungan dengan mereka."Tapi, Pak. Mohon maaf, sepertinya Bapak salah orang. Saya bukan orang yang seperti Bapak kira," jawabku. Semoga penjelasanku ini dapat dimengerti oleh Pak Yanto. Tatapan mata Pak Yanto mengisyaratkan kekecewaannya. Dia kemudian menunduk sangat dalam."Saya sudah sangat putus asa melihat keadaaan istri saya yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Saya memiliki 4 orang anak yang masih sangat kecil.""Saya tak sanggup kalau harus kehilangan istri saya," ucapnya lirih."Sekali lagi saya minta maaf, Pak. Saya tidak bisa membantu Bapak. Lebih baik, Bapak mencari orang yang lebih mengerti dengan keadaan istri Bapak." "Tapi, Nak. Kami penduduk Desa Purnama melihat langsung apa ya
Baca selengkapnya

Bab 30. Sosok di Rumah Pak Yanto Bagian 3

Nur dengan girang segera mengambil sepeda tuanya yang terparkir di pelataran rumah.Aku juga sudah bersiap untuk mengajaknya berbelanja di warung Bu Wangsih. Saat hendak pergi, dari kejuhan aku melihat Mustika berjalan ke arah kami dengan membawa beberapa keranjang."Aldi, Nur, apakah kalian akan pergi?" "Iya. Kakak sudah baikan?" tanya NurMustika mengangguk. Dia lalu melirik ke arahku."Kau bagaimana, Aldi?""Ah. Aku baik-baik saja."Aku belum sempat berterima kasih padamu. Ini, aku bawakan sedikit makanan dan buah-buahan. Kebetulan tadi pagi aku sempat ke pasar," ucap Mustika."Kenapa repot-repot. Aku senang bisa membantumu."Aku mengambil keranjang itu, kemudin menaruhnya di atas meja di teras rumah."Oh, ya. Kalian mau pergi ke mana? Apa aku mengganggu?""Tidak, Kak. Tidak mengganggu sama sekali. Kebetulan kami akan pergi berbelanja ke warung Bu Wangsih. Kakak mau ikut?" ajak Nur ramah.Mustika kembali melirik ke arahku, sepertinya dia ingin meminta izin dariku. Tentu saja aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status