Home / Horor / Misteri Desa Purnama / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Misteri Desa Purnama: Chapter 51 - Chapter 60

67 Chapters

Bab 51. Gentayangan

Sudah hampir 3 hari aku mencari keberadaan Rosmala dengan mengandalkan insting. Tapi tetap saja nihil, walaupun dengan bantuan Bulan dan Nana sekalipun. Sekarang aku mulai putus asa. Dan jalan satu-satunya adalah menghubungi paman Suwarno. Siang itu, telepon genggamku sangat sibuk. Aku terus menghubungi paman, tapi tak ada jawaban. Hanya ada suara perempuan yang memberi kabar bahwa 'Nomor yang Anda tuju, sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Cobalah ... " Tak! Aku bergegas menutup saluran telepon. Geram rasanya saat tahu wanita itu kembali menjawab telepon paman. "Kau tidak berniat menyerah, kan?" tanya Bulan yang sedang asyik mengepang rambut ikal si kecil Nana. Aku menggeleng, "Tentu tidak. Nyawa Rosmala dalam bahaya. Aku harus menolongnya!" ucapku dengan semangat yang menggebu-gebu. "Cih ...!" ejek Bulan. Nana pun bangkit seakan ingin menyemangatiku. "Heh, apa kau ingin mati? Duduk dan diam!" bentak Bulan pada Nana. Si kecil Nana yang ingin merangkulku pun diam dan m
Read more

Bab 52. Jalan Menuju Dunia Lain

Malam mulai berganti pagi. Tapi aku tak kunjung bangun dari tempat tidur. Aku hanya bisa menatap diriku samar-samar. Seperti versi hologram dari tubuhku. "Kenapa aku bisa seperti ini? Apa aku sudah mati?" Pikiran itu terus terlintas di kepalaku. Tubuhku lagi-lagi tak bisa bergerak seperti orang mati. Kali ini, hanya tersisa raga tanpa jiwa. Aku menatap cermin. Tak ada lagi pantulan wajahku yang terlihat di sana. Begitu pula dengan bayanganku yang tak dapat aku lihat lagi. Apa yang harus ku lakukan?Tok ... tok ... tok"Kak?" Suara Ayla memanggilku.Krieettt ..Pintu kamarku pun terbuka, disusul dengan kedatangan Ayla dari balik pintu."Kakak, ini sudah pagi. Cepat bangun," celotehnya."Belikan aku air untuk mandi."Dasar anak tidak tahu diri. Sudah lebih dari sebulan dia tinggal di sini tapi belum bisa beradaptasi. Mandi pun tetap harus pakai air mineral."Kakak!" Dia terus menggoyang-goyangkan tubuhku yang tengah terbaring kaku."Kau tidak lihat aku sekarang bagaimana?" bentakku
Read more

Bab 53. Pertarungan

Aku menangis sesegukan. Memangku lutut dan menunduk dalam. Tiba-tiba sebuah tangan mungil menyentuhku perlahan. Mengusap-usap punggungku dan memelukku dari belakang. "Aldi. Jangan menangis, Nana sangat sedih melihat Aldi kesakitan," seru Nana yang tengah memelukku. Aku berpaling menatap Nana, mengelus rambut ikalnya yang berwarna kuning keemasan. Mata coklatnya menimbun air mata. Rasa sedih yang dia rasakan mungkin datang dari ikatan batin yang kami rasakan sejak kecil. Lama ingatan tentang Nana tak pernah muncul di kepalaku. Tapi saat ini tiba-tiba saja ingatan itu muncul dengan sendirinya. Terlintas begitu saja ingatan saat aku masih kecil. Tubuh mungilku tengah merasakan sakit akibat terlalu lama bermain di bawah teriknya sinar matahari. Saat itu, Nana mengantarku pulang dengan wajah yang khawatir. Seperti halnya orangtua pada umumnya, begitu mengetahui aku pulang dalam keadaan sakit, ibu segera memanggil dokter ke rumah kami untuk memeriksaku. Setelah mendapat perawatan dar
Read more

Bab 54. Akhir Perjalanan

Suasana berubah mencekam saat mereka memandang tajam ke arahku. Makhluk mitologi itu kembali mengerang, menatapku seakan ingin segera melumatku. Dadaku terasa tercekik. Sebuah kalimat tak lagi dapat keluar dari mulutku. Ibu ... aku takut. Aku kembali melihat Rosmala yang tak berdaya, dia nampak lusuh dengan pakaian yang sudah tercabik. Darah yang sudah mengering itu masih terlihat di sudut bibirnya. "Ros!" Aku ingin berlari menolongnya. Ingin sekali. Tapi sekujur tubuhku membeku. Lagi-lagi aku tak bisa menggerakkan tubuhku dengan leluasa. "Sial! Apa yang terjadi padaku?" Aku terus mencoba untuk bergerak, melawan rasa takutku yang mulai menjalari seluruh tubuh. Namun, mereka tak tinggal diam. Aku sudah dikepung. Kali ini mereka benar-benar menunjukkan wujud aslinya. Rosmala menatapku penuh kesakitan. Tubuh lemah yang tak berdaya itu mencoba bangun dan meneriakki sebuah kalimat. "Pergi dari sini, Aldi. Kumohon!" Tongkat yang tadinya hanya berdiri tegak, kini terayun dan membua
Read more

Bab 55. Rahasia Dibalik Layar

Empat hari telah berlalu, sebuah surat telah sampai kepadaku pagi ini. Surat balasan dari Paman yang aku kirimkan sehari sebelum kejadian Rosmala. Aku sengaja bertukar kabar lewat surat dengan Paman. Kata Paman, daerah tempat Paman bertugas sangat jarang sekali terdapat sinyal. Jadi sangat sulit untuk menghubungi Paman. Trang! Sebuah benda berwarna emas yang berbentuk seperti sebuah jepitan rambut terjatuh saat aku membuka bingkisan yang datang beserta surat dari Paman. Namun, aku tak bisa memastikannya. Karena bentuknya yang tak lazim untuk sebuah jepitan rambut. "Apa ini?" Terlintas pertanyaan itu saat aku menggenggam benda itu. Hawanya terasa berbeda. Seperti ada energi yang terdapat di dalamnya. Buk! "Kakak!" Sontak aku terkejut saat Ayla memukul pundakku tiba-tiba. "Aih ... kau ini. Mengagetkan saja," bentakku kaget. Jepitan itu pun terlepas dari tanganku dan terlempar ke bawah kolong lemari. "Apa itu?" tanya Ayla penasaran. "Bukan apa-apa." Aku segera membungkus k
Read more

Bab 56. Razan Yang Rupawan

Ini adalah hari di mana Razan masih berusia tujuh tahun. Hari itu Razan menangis di tengah persimpangan. Razan tengah tersesat saat mengikuti anak anjing yang berlari ke arah hutan. Malam begitu dingin, udara malam kian terasa sunyi saat Razan kecil melewati jalan tanpa tahu arah dan tujuan. Suara-suara aneh pun terdengar. Tapi Razan seakan tak peduli dengan hal itu. Sampai pada saat sesosok misterius menghalangi jalannya. Razan yang sedang berjalan pun mulai goyah. Akhirnya hilang keseimbangan dan terjatuh. Kakinya pun terluka saat menyentuh ranting yang tergeletak di tanah dengan keras. Darah pun mengalir saat itu juga. Saat Razan meringis kesakitan, sosok lain pun datang untuk menolong Razan. Di tengah ketakutan, Razan menggigil sendirian. Dia terbelalak saat bayangan hitam menutup seluruh tubuh mungilnya. "S-siapa kau?" Suara pelan dan bergetar keluar dari mulut Razan. Dia terlihat sangat ketakutan. Wajahnya memerah saat air matanya tak kunjung berhenti. "Jangan takut, Raza
Read more

Bab 57. Hantu Siswa Abadi

Ayla tersentak saat kedua matanya kembali terbuka. Keringat dingin membasahi tubuh mungilnya."Aku kenapa?" tanya Ayla yang terlihat bingung melihat dirinya tengah terbaring di tempat tidur."Tidak apa-apa. Tadi kamu hanya pingsan, apa ada yang sakit?" ucapku menenangkannya.Aku mengelus rambutnya. Menatapnya penuh kekhawatiran.Hantu itu sudah pergi, tapi entah mengapa aku malah semakin takut. "Apa dia akan datang lagi?" tanyaku pada Jaka.Jaka mengangguk, "Selama benda itu masih ada di sini."Jaka menatapku serius, kali ini benar-benar tak seperti dirinya. "Lalu aku harus bagaimana? Apa yang dia inginkan dari Ayla?" Kini Jaka terdiam sesaat, mencoba mengingat kembali kejadian yang menimpanya puluhan tahun yang lalu."Ini tidak akan mudah. Tapi Kakak benar-benar harus menghancur benda itu bagaimana pun caranya.""Kalau tidak, dia akan terus mengganggu Ayla karena dia berpikir tubuh Ayla adalah miliknya."Tatapan tegas Jaka membuatku semakin yakin, bahwa hantu itu memang sungguh ber
Read more

Bab 58. Hantu Siswa Abadi Bagian 2

Sore menjelang petang. Saat waktu maghrib sudah semakin dekat, Ayla terbangun dari tidurnya. Dengan wajah yang pucat dan tatapan yang kosong, Ayla berjalan keluar dari kamarnya. Suara menggeram dari Mirna pun terdengar. Seperti dirinya tengah terancam oleh keberadaan sosok lain."Mirna. Ada apa? Kenapa kau menggeram pada Kak Ayla?" tanya Nur yang hendak menggendong Mirna menjauh dari Ayla.Saat Nur menatap Ayla, betapa terkejutnya dia melihat sklera Ayla berubah menjadi hitam pekat."K-kakak ... apa yang terjadi?" Tanpa terasa Nur kembali menurunkan Mirna dari dekapannya. Mulutnya menganga, tapi tak dapat berucap sepatah kata pun.Nur seperti membeku menyaksikan sendiri perubahan yang terjadi pada Ayla. Dia seperti mayat hidup yang berjalan keluar rumah.Tanpa alas kaki, Ayla terus berjalan menyusuri tanah. Menapaki jalan yang penuh dengan kerikil."Bi! Bi Sari!" teriak Nur sekuat tenaga."Ada apa, Nur?" Setelah mendengar cerita dari Nur, keduanya pun memutuskan menyusul Ayla."Pe
Read more

Bab 59. Awal Kisah

Keesokan harinya, tepat pukul sepuluh Ibu sudah sampai di rumah mengendarai motor trail kesayangannya. Ya, Ibuku memang agak unik, selain menyukai motor modelan seperti itu. Ibu juga memiliki hobi ekstrem lainnya. Seperti hiking dan diving.Saat motor Ibu telah sampai tepat di pelataran rumah, aku dan Ayla pun menyambutnya dengan suka cita."Ibumu cantik sekali," ucap Bulan saat melihat wajah Ibu setelah melepaskan helm yang dipakainya."Mari Nur bantu, Tante," ucap Nur yang dengan segera mengambil barang bawaan Ibu.Kali ini, Ibu benar-benar menjadi mangsa empuk untuk Nur. Pasti sebentar lagi dia akan meminta imbalan pada Ibu.Saat aku berpaling ke sisi Nana, gadis kecil itu tengah berkaca-kaca. Entah apa yang ada dipikiran Nana. Mungkinkah Nana teringat sosok Ibunya?Setelah sampai di teras dengan barang bawaan yang cukup banyak. Ibu pun menghampiri Nur."Terima kasih, ya," ucap Ibu."Tadi namamu siapa? Nur, ya?"Nur mengangguk lalu mulai menunjukkan ekspresi andalannya.Ibu pun me
Read more

Bab 60. Kisah Jaka : Pemuda Itu Bernama Jaka

Hari itu, hujan deras membasahi sebagian bumi. Aku berjalan pulang dari sekolah menuju rumah. Aku melewati jalan pintas yang sepi dan licin untuk mempersingkat waktu. Waktu pun berlalu cukup lambat, tidak seperti dugaanku. Mungkin karena keadaan sedang hujan. Walaupun tidak besar, tapi cukup untuk membuat jalanan menjadi basah dan sukar untuk dilewati.Hari semakin sore, aku merasa banyak pasang mata mulai memperhatikanku saat itu. Perlahan mereka mulai mengusikku, menungguku merespon keberadaan mereka.Aku mencoba tetap tenang dan mempercepat langkahku. Sekali saja aku lengah akan sangat merepotkan nantinya.Sama halnya dengan sebelumnya. Aku selalu mendapat gangguan dari mereka, entah itu di rumah, sekolah, atau tempat umum lainnya. Aku selalu mencoba menghindar, tapi mereka tetap mengikutiku. Pernah di tempat tinggalku yang dulu, sepasang suami istri mengikutiku hingga ke rumah. Aku selalu menghindari tempat sepi, tapi tetap saja mereka terus mengikutiku. Walaupun itu sangat meng
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status