All Chapters of Aku Mengalah: Chapter 81 - Chapter 90
123 Chapters
menyesal
Rendra menatap Haris tak percaya, selama ini ia mengenal Haris sosok adalah lelaki baik. Ia bertemu dengannya di Amerika dan kerap saling tolong menolong waktu itu. Tak ada terlihat dia memiliki sikap buruk seperti itu."Berarti kamu harus tanggung jawab!" ucapnya."Anak hasil dosaku telah tiada! Bagaimana harus bertanggung jawab?" tanya Haris."Katakan pada keluarga korban atau serahkan dirimu ke polisi. Maka itu akan adil baginya!" ucap Rendra."Kamu gila! Mana mungkin aku bilang pada keluarganya? Bisa habis aku kena hajar suaminya. Dan jika aku menyerahkan diri ke polisi, apakah Nissa mau memaafkan kesalahanku?" tanya Rendra."Jika Jodoh tak akan kemana karena jodoh akan menemukan jalannya!" ucap Rendra."Baiklah, setelah ini aku akan menyerahkan diriku ke polisi. Semoga Afi dan kamu bisa bahagia, Ren! Dan aku, titip Nissa, katakan padanya. Aku minta maaf karena sudah mengecewakannya. Aku tak sanggup bicara sendiri," ucap Haris sendu. Rendra hanya mengangguk dan menatap ke depan ta
Read more
mAaf
"Ayo, Alin! Kita ruangan Afi. Biar Mami sama Aldo yang akan temani kamu," ucap Mami saat hendak berkemas pulang ke rumahnya. Hari ini Alin sudah diperbolehkan pulang. Setelah penolakannya tiga hari yang lalu untuk meminta maaf dan memintanya menunggu sampai dirinya sembuh, kini Mami mengajaknya kembali untuk bertemu Afi. Karena kondisi Alin yang tak separah Afi, ia bisa melakukan perawatan jalan dari rumah."Iya, Mi," jawab Alin pasrah. Ia harus merendahkan harga dirinya di depan Afi sekarang, jika tidak maka Mami dan Aldo tak memperbolehkan dirinya tinggal lagi bersama mereka.Alin duduk di kursi dorong yang dibawa Aldo, Mami membuka gagang pintu rumah sakit dan melihat Afi yang sedang terlelap. Di samping Afi, ada seorang wanita paruh baya yang sepertinya umurnya tidak jauh dari Mami. Ya, itu ibu panti yang sengaja Rendra mintai tolong untuk menjaga Afi karena ia ada rapat di luar kota dalam dua hari."Assalamualaikum," salam Mami."Waalaikumsalam," jawabnya."Silahkan duduk, Bu,"
Read more
enggan
Sesampainya di rumah, Alin segera masuk ke dalam di bantu oleh Aldo. Walau dia sedang marah, ia berusaha menahannya untuk hal kemanusiaan ini."Terima kasih, Yank!" ucap Alin saat tubuhnya diangkat menuju kasur.Aldo tak menjawab ucapan Alin dan masih bersikap datar serta langsung keluar dari kamar Alin.Alin meneteskan air matanya, takut akan kehilangan Aldo kian besar. Terlebih, jika ia tahu nanti anak yang ia lahirkan bukanlah anaknya.Aldo mendekati Mami yang sedang menyiapakan bahan untuk memasak. "Mami cape, nggak usah masak! Kita beli makanan saja," ucap Aldo sambil meneguk air minum yang baru dia ambil."Nggak, Al, Mami nggak papa. Lihat, Mami kuat kan?" ucap Mami meperlihatkan lengan ototnya. Aldo memeluk Maminya dari belakang dan menangis sesegukan di bahunya. Mami juga ikut menagis, mereka berdua sangat-sangat bersedih akan kejadian ini."Ini semua salah Mami, kamu jadi korban atas keegoisan Mami, Al." Mami membalikan wajahnya dan menyapu air mata Aldo dengan jarinya."Sem
Read more
Kemarahan
"Selamat sore, Pak, Bu, apa benar ini rumah Ibu Alin? Korban tabrakan beruntun yang terjadi di jalan Simpang Resident?" Mami dan Aldo kaget saat ada polisi datang ke rumahnya secara tiba-tiba."Betul, Pak! Saya suaminya. Alin istri saya sedang istirahat di kamarnya. Ada perlu apa Bapak mencari istri saya?" tanya Aldo."Begini, Pak. Saudari Alin korban yang bersama dengan saudara Tedi dalam satu mobil. Dan kami dari pihak kepolisian meminta istri anda untuk hadir di kepolisian sebagai saksi kecelakaan beruntun ini. Karena korban Tedi sudah meninggal dunia, jadi hanya istri anda yang bisa dimintai keterangan terkait musibah ini. Dan dari pihak korban mobil yang satunya atas nama Ibu Nafisha, juga sudah kami mintai keterangan." Aldo kaget mendengar kabar itu, ucapan polisi di depan Aldo membuat ia kembali berpikir tentang siapa lagi lelaki yang bersama Alin. Kenapa ia bisa tidak tahu sama sekali jika Alin bersama seorang lelaki saat kecelakaan itu terjadi?"Maaf, Pak! Apa Tedi itu supir
Read more
Aldo
Mami tahu, jika Aldo dari kecil seperti itu. Jika ia sedih atau kecewa pasti akan menautkan tangannya dan akan berdiam lama dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. Melihatnya seperti itu, membuat Mami semakin merasa bersalah."Al, ini Mami buatkan teh hijau kesukaanmu dan Papi. Minumlah, agar kau bisa lebih baik!" Mami meletakkan cangkir teh itu di atas nakas dan melangkah duduk di samping Aldo."Al, maafkan Mami. Ini semua salah Mami, Mami yang membuat kebahagiaanmu dengan Afi hancur. Mami menyesal, jika kamu seperti ini, Mami tidak akan memaafkan diri Mami sendiri. Mami lebih memilih menyusul Papi daripada melihatmu terpuruk seperti sekarang. Mami nggak kuat liat kamu bersedih dan terluka," ucap Mami terisak di samping Aldo.Aldo memalingkan kepalanya menghadap Mami, di sapunya air mata wanita yang melahirkannya ini."Tidak, Mi. Mami orang yang sangat Aldo sayangi, seburuk apapun Mami, Aldo tak akan bisa membenci Mami. Surgaku di bawah telapak kakimu, senyummu akan menjadi lente
Read more
lampu
"Hari ini mau kemana lagi, Ren? Kamu selalu sibuk di luar hingga Bunda merasa tak kau anggap lagi," ucap Mami sedih melihat Rendra yang buru-buru dan tampak rapi setelah baru pulang dari luar kota tadi malam."Bunda kok gitu? Rendra nggak mau Bunda ngomong begitu, Rendra ini sayangnya melebihi apapun pada Bunda. mana mungkin Rendra tak menganggap Bunda. Bisa di kutuk jadi batu nanti," bujuk Rendra pada Bundanya yang mulai tampak merajuk."Makannya cari pendamping hidup sana, biar kamu ada yang ngingetin kalau sibuk begini! Bunda khawatir sama kesehatan kamu," ucapnya."Iya, Bund. Ini juga lagi usaha, bentar lagi Rendra kenalkan sama Bunda," jawab Rendra."Sudah punya calon kah?" tanya Bunda tak percaya karena setahu Bunda, Rendra sedang tak dekat dengan wanita manapun."Sudah, Bun! Dia temen Nissa yang sering bantuin Nissa saat dulu kuliah. Dia senior Nissa?" sela Nissa yang baru turun dari tangga kamarnya."Siapa namanya, Ren?" Rendra hanya tersenyum dan melangkah mendekati Bundanya
Read more
hijau
"Lumayan, Bun. Rendra sahabat saya waktu SMA, dan Nissa sahabat saya waktu kuliah. Mereka anak-anak Bunda yang sangat baik, Afi beruntung punya sahabat seperti mereka," ucap Afi."Anak-anak Bunda juga sangat senang berteman denganmu. Terlebih anak lelaki Bunda, dia bahkan sangat menyayangimu lebih dari teman. Bunda harap, kamu mau jadi teman sesurganya," ucap Bunda.Afi merasa bingung dengan ucapan Bunda, apa yang ia maksud teman sesurga Rendra? Mungkinkah ia menginginkan juga dirinya untuk menjadi pendamping hidup anaknya?"Tapi Afi bukanlah wanita yang sempurna, bahkan Afi sudah pernah gagal dalam membangun rumah tangga," ucap Afi pasrah. Afi tak mau menutupi sesuatu apapun dari Bunda Nilam, ia tak mau nanti ada penyesalan saat anaknya mendapatkan istri yang tak sesuai seperti keinginannya."Bunda tak masalah dengan masa lalu calon menantuku nanti, asal jangan istri orang saja. Bisa aku jewer telinga anak Bunda kalau berani merusak rumah tangga orang. Kalau boleh tahu, kenapa berpi
Read more
hasil
Setelah Aldo mengetahui apa yang Alin perbuat, ia mengambil semua berkas penting miliknya. Hanya rumah dan mobil yang tersisa karena itu memang mahar yang diberikan saat menikah dengannya.Aldo baru tahu, jika Alin mempunyai teman dekat lelaki. Setahunya, Alin tak pernah kenal maupun dekat dengan lelaki lain, kecuali akhir-akhir ini saat kondisinya sedang terpuruk.Hari ini, dua minggu sudah Aldo mendiamkannya. Aldo masih tinggal bersama di dalam satu rumah, karena ia masih menunggu hasil tes DNA sebelum memutuskan meninggalkan Alin. Hari ini, semuanya akan terlihat dengan jelas kebenaran tentang anak yang dilahirkan Alin. Kini ia tengah bersiap, dengan hembusan nafas berat ia meminta Mami Cahyo untuk menemaninya ke rumah sakit."Sudah siap, Al?" tanya Mami dari ujung pintu kamarnya.Aldo sudah pisah ranjang sejak pertengkaran itu terjadi, ia sudah kehilangan nafsu untuk tidur berdua dengan Alin. Ia tak mau kembali luluh pada perbuatan Alin, mengingat ia lelaki yang sangat tidak tega
Read more
mengejutkan
Nissa tak terkejut, ia juga sudah menduganya jika anak yang dilahirkan Alin bukanlah anak Aldo. Nissa tak bisa membayangkan wajah Aldo nanti, melihat hasil ini. Sangat shock pastinya, begitu pula dengan Mami Cahyo."Hasil tes DNA anak itu, dengan pria bernama Haris bagaimana? Apakah ada kecocokan?" tanya Nissa. Kemarin Nissa sempat menyempatkan tes DNA untuk Haris dan anak dari Alin, karena kebetulan Haris mau mendonorkan darahnya.Nissa juga penasaran, apakah anak itu adalah anak dari Haris.Dokter Fahmi kembali mengecek hasil tes dan mencetaknya juga."Hasil positif, saudara Haris, ayah biologis anak ini," ucap Dokter Fahmi memberikan selembar kertas itu pada Nissa.Nissa begitu terkejut, selama ini Haris bahkan terlihat sangat baik padanya. Tidak ada sedikitpun cela di matanya. Sempat ia berpikir, mana mungkin Haris melakukan hal tak senonoh ini. Nissa berpikir, Haris lelaki yang nantinya ia akan kenalkan pada Bundanya. Karena ia berulang kali bilang, akan melamarnya setelah proye
Read more
tidak ada
"Sudah siap, Fi?" tanya Ibu panti saat selesai berkemas. Hari ini, Afi sudah diperbolehkan pulang. Sebenarnya, seminggu yang lalu, Afi juga sudah boleh pulang dan bisa rawat jalan untuk pemulihannya. Tapi, Rendra memaksa nya untuk tetap dirawat di rumah sakit agar Afi pulih serta menghindari hal buruk yang mungkin bisa terjadi lagi padanya.Setelah dipastikan sembuh total, Afi kini sudah siap untuk menyambut masa depan sebagai Afi yang baru. Ia memilih pulang ke panti karena merasa tak nyaman sudah merepotkan banyak hal pada Rendra dan Nissa akibat masalahnya ini.Nissa memasuki ruangan Afi dan tersenyum ramah padanya."Yakin, Fi, mau pulang ke panti?" tanya Nissa sedih."Yakin, Nis! Udah nggak usah sedih gitu. Kita masih bisa ketemu kok, jarak rumah sakit dan panti kan nggak nyampe sehari. Nanti, kalau aku atau kamu kangen. Kita bisa ketemuan," ucap Afi mencoba memberikan pengertian kepada Nissa."Kenapa nggak kerja lagi sama Kak Rendra sih?" tanya Nissa."Aku butuh waktu, Nis! Aku a
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status