"Hari ini mau kemana lagi, Ren? Kamu selalu sibuk di luar hingga Bunda merasa tak kau anggap lagi," ucap Mami sedih melihat Rendra yang buru-buru dan tampak rapi setelah baru pulang dari luar kota tadi malam."Bunda kok gitu? Rendra nggak mau Bunda ngomong begitu, Rendra ini sayangnya melebihi apapun pada Bunda. mana mungkin Rendra tak menganggap Bunda. Bisa di kutuk jadi batu nanti," bujuk Rendra pada Bundanya yang mulai tampak merajuk."Makannya cari pendamping hidup sana, biar kamu ada yang ngingetin kalau sibuk begini! Bunda khawatir sama kesehatan kamu," ucapnya."Iya, Bund. Ini juga lagi usaha, bentar lagi Rendra kenalkan sama Bunda," jawab Rendra."Sudah punya calon kah?" tanya Bunda tak percaya karena setahu Bunda, Rendra sedang tak dekat dengan wanita manapun."Sudah, Bun! Dia temen Nissa yang sering bantuin Nissa saat dulu kuliah. Dia senior Nissa?" sela Nissa yang baru turun dari tangga kamarnya."Siapa namanya, Ren?" Rendra hanya tersenyum dan melangkah mendekati Bundanya
"Lumayan, Bun. Rendra sahabat saya waktu SMA, dan Nissa sahabat saya waktu kuliah. Mereka anak-anak Bunda yang sangat baik, Afi beruntung punya sahabat seperti mereka," ucap Afi."Anak-anak Bunda juga sangat senang berteman denganmu. Terlebih anak lelaki Bunda, dia bahkan sangat menyayangimu lebih dari teman. Bunda harap, kamu mau jadi teman sesurganya," ucap Bunda.Afi merasa bingung dengan ucapan Bunda, apa yang ia maksud teman sesurga Rendra? Mungkinkah ia menginginkan juga dirinya untuk menjadi pendamping hidup anaknya?"Tapi Afi bukanlah wanita yang sempurna, bahkan Afi sudah pernah gagal dalam membangun rumah tangga," ucap Afi pasrah. Afi tak mau menutupi sesuatu apapun dari Bunda Nilam, ia tak mau nanti ada penyesalan saat anaknya mendapatkan istri yang tak sesuai seperti keinginannya."Bunda tak masalah dengan masa lalu calon menantuku nanti, asal jangan istri orang saja. Bisa aku jewer telinga anak Bunda kalau berani merusak rumah tangga orang. Kalau boleh tahu, kenapa berpi
Setelah Aldo mengetahui apa yang Alin perbuat, ia mengambil semua berkas penting miliknya. Hanya rumah dan mobil yang tersisa karena itu memang mahar yang diberikan saat menikah dengannya.Aldo baru tahu, jika Alin mempunyai teman dekat lelaki. Setahunya, Alin tak pernah kenal maupun dekat dengan lelaki lain, kecuali akhir-akhir ini saat kondisinya sedang terpuruk.Hari ini, dua minggu sudah Aldo mendiamkannya. Aldo masih tinggal bersama di dalam satu rumah, karena ia masih menunggu hasil tes DNA sebelum memutuskan meninggalkan Alin. Hari ini, semuanya akan terlihat dengan jelas kebenaran tentang anak yang dilahirkan Alin. Kini ia tengah bersiap, dengan hembusan nafas berat ia meminta Mami Cahyo untuk menemaninya ke rumah sakit."Sudah siap, Al?" tanya Mami dari ujung pintu kamarnya.Aldo sudah pisah ranjang sejak pertengkaran itu terjadi, ia sudah kehilangan nafsu untuk tidur berdua dengan Alin. Ia tak mau kembali luluh pada perbuatan Alin, mengingat ia lelaki yang sangat tidak tega
Nissa tak terkejut, ia juga sudah menduganya jika anak yang dilahirkan Alin bukanlah anak Aldo. Nissa tak bisa membayangkan wajah Aldo nanti, melihat hasil ini. Sangat shock pastinya, begitu pula dengan Mami Cahyo."Hasil tes DNA anak itu, dengan pria bernama Haris bagaimana? Apakah ada kecocokan?" tanya Nissa. Kemarin Nissa sempat menyempatkan tes DNA untuk Haris dan anak dari Alin, karena kebetulan Haris mau mendonorkan darahnya.Nissa juga penasaran, apakah anak itu adalah anak dari Haris.Dokter Fahmi kembali mengecek hasil tes dan mencetaknya juga."Hasil positif, saudara Haris, ayah biologis anak ini," ucap Dokter Fahmi memberikan selembar kertas itu pada Nissa.Nissa begitu terkejut, selama ini Haris bahkan terlihat sangat baik padanya. Tidak ada sedikitpun cela di matanya. Sempat ia berpikir, mana mungkin Haris melakukan hal tak senonoh ini. Nissa berpikir, Haris lelaki yang nantinya ia akan kenalkan pada Bundanya. Karena ia berulang kali bilang, akan melamarnya setelah proye
"Sudah siap, Fi?" tanya Ibu panti saat selesai berkemas. Hari ini, Afi sudah diperbolehkan pulang. Sebenarnya, seminggu yang lalu, Afi juga sudah boleh pulang dan bisa rawat jalan untuk pemulihannya. Tapi, Rendra memaksa nya untuk tetap dirawat di rumah sakit agar Afi pulih serta menghindari hal buruk yang mungkin bisa terjadi lagi padanya.Setelah dipastikan sembuh total, Afi kini sudah siap untuk menyambut masa depan sebagai Afi yang baru. Ia memilih pulang ke panti karena merasa tak nyaman sudah merepotkan banyak hal pada Rendra dan Nissa akibat masalahnya ini.Nissa memasuki ruangan Afi dan tersenyum ramah padanya."Yakin, Fi, mau pulang ke panti?" tanya Nissa sedih."Yakin, Nis! Udah nggak usah sedih gitu. Kita masih bisa ketemu kok, jarak rumah sakit dan panti kan nggak nyampe sehari. Nanti, kalau aku atau kamu kangen. Kita bisa ketemuan," ucap Afi mencoba memberikan pengertian kepada Nissa."Kenapa nggak kerja lagi sama Kak Rendra sih?" tanya Nissa."Aku butuh waktu, Nis! Aku a
"Afi nggak papa, Bang! Sudah sehat gini, nggak usah pake kursi roda segala," protes Afi."Kamu masih dalam proses pemulihan. Setidaknya, jagalah dirimu untukku. Aku tak ingin kamu sakit lagi karena aku tak selalu ada di sini setiap saat."Rendra mendorong kursi itu menuju ke dalam panti ini dan hendak mengantarnya ke kamar Afi.Ponsel Rendra berdering, sebuah telepon penting masuk ke dalam gawai miliknya. Membuat ia berhenti sementara untuk mengangkatnya."Iya, setengah jam lagi saya sampai." Rendra bergegas mematikan ponselnya dan menjongkokkan badannya di depan Afi."Kenapa, Bang?""Aku ada rapat di kantor, jadi nggak bisa lama-lama di sini. Tapi Abang janji, besok malam Abang ke sini ajak Bunda menengokmu.""Jangan repot karena Afi, Bang! Afi nggak papa," ucap Afi merasa tak enak telah mengganggu jam kerja Rendra."Tidak sama sekali, dan Abang minta pikirkan baik-baik permintaan Abang. Bukalah hatimu untukku, aku tak bisa menunggu terlalu lama. Abang serius ingin mengkhitbahmu, set
"Selamat malam, Pak Aldo." Dua orang polisi datang bersamaan ke ruangan Aldo dirawat. Mami dan Aldo sudah tahu, pasti mereka petugas yang dikirim dari kepolisian untuk melaporkan siapa pelaku dibalik kecelakaan ini."Malam, Pak Polisi. Apakah pelaku sudah berhasil ditangkap?" tanya Mami Cahyo."Maka dari itu, kami ke sini untuk memberitahukan bahwasanya kami sudah berhasil mengantongi nama pelaku yang menyuruh kedua orang preman untuk mencelakai Bapak Aldo di jalan tadi pagi. Dan kedua orang itu sudah kami tangkap, dan kami berhasil mengintimidasi mereka." Polisi menunjukan foto wajah pelaku dan sepertinya Aldo tak mengenal mereka."Saya tak mengenal mereka, lalu apa motif mereka menyerangku, Pak polisi?" tanya Aldo penasaran."Setelah kami desak, mereka mengaku jika saudari Alin yang meminta mereka untuk melukai Bapak dan Ibu," ungkap petugas yakin.Aldo dan Mami terkejut mendengar penuturan polisi tadi. Belum juga Aldo tenang setelah mendapati kabar perbuatan buruk Alin dengan pria
Istirahat di rumah dulu, Al?" tanya Mami saat sedang di dalam taksi."Langsung saja, Mi! Kita ke rumah mengambil berkas lalu ke pengadilan setelah itu baru ke kantor polisi. Semua harus selesai hari ini juga, Aldo tak ingin nanti berubah pikiran lagi setelah apa yang terjadi," ucap Aldo.Mami hanya mengangguk dan menginstruksikan sopir taksi agar ke rumah terlebih dahulu sebelum ke pengadilan.Setelah berkas di ambil, kini Aldo melangkah masuk ke pengadilan. Hawa mencekam saat memasuki ruang pendaftaran membuat Aldo kembali teringat Afi. Apakah dulu ia merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan kini saat berada di pengadilan? Sungguh bukan sebuah cita-cita bisa masuk dan bahkan mendaftarkan perceraian yang sangat dibencinya ini.Tapi ia harus melakukannya, Alin sudah sangat keterlaluan. Semua perbuatannya tidak layak mendapatkan kata maaf lagi.Setelah mendaftar kini Aldo melangkah pergi menuju kantor polisi. Ia bahkan tak seperti kelelahan di saat sakit begini, membuat Mami b
Rendra mencium perut besar Afi, sekarang usia kandungannya memasuki sembilan bulan."Kamu pasti lelah bnget ya, Fi! Ibu jadi ikut merasakan kehamilan kamu. Kamu harus berhati-hati, usia kehamilan sudah tinggal menunggu hari. Kalau ada sedikit rasa tak nyaman, bilang sama Rendra. Biar dia siap siaga membawa ke rumah sakit," ucap Bunda khawatir melihat perut Afi yang terlihat begah."Nggak usah Bunda bilang, Rendra selalu siap siaga 24 jam. Cuma Afi yang dibilangin suka ngeyel mau ngelakuin pekerjaan rumah, besok kita cek up ke dokter lagi. Biar tahu kondisimu setiap hari," ucap Rendra tegas."Nissa kan ada, ngapain ke dokter," sanggah Afi."Ya Mungkin Kak Rendra mau cari dokter ahli yang lain, dia nggak yakin kayaknya sama keahlian adiknya ini," sahut Nissa yang baru datang dari luar bersama Vino.Ditatapnya aneh lelaki yang bersama Nissa, membuat Vino merasa canggung."Nis, udah acara pestanya?" tanya Afi."Nggak jadi, udah nggak mood pergi ke sana. Vin, lo pulang aja gih! Kakak gue s
Sejak kehamilannya, Rendra menjadi sedikit cerewet. Afi yang hanya ingin sekedar membantu Bunda nilam memasak, ia pun melarangnya. "Bang, Afi bosan! Boleh ya, ikut Bunda bikin cake! Pengen buat yang spesial buat Abang!" ucap Afi merengek pada Rendra yang sedang sibuk memeriksa berkasnya di ruang keluarga. Biasanya ia akan bekerja di ruang kerja khusus miliknya. Namun sekarang ia menjadi overprotektif dengan Afi mengingat istrinya sedang mengandung dua buah hati sekaligus."Nggak usah bikin cake spesial. Kamu aja udah spesial untuk Abang, sini! Duduk dekat Abang," ucap Rendra sambil menepuk sofa di sebelahnya.Afi melengos dan memilih mengalah dan duduk di samping suaminya."Abang ini, nggak di mana-mana fokus kerja terus! Begitu dibilang sayang! Huft!" Afi kesal karena dari tadi suaminya tak melihatnya dan masih sibuk dengan laptop dan kertas yang ada di depannya. Rendra melirik Afi yang membuang mukanya jengkel, dan Rendra memilih menyingkirkan semua pekerjaannya dan mencium pipi is
Afi menatap Rendra dengan binar bahagia, begitu juga Rendra. Afi diperiksa dokter Elsa lewat monitoring USG di perutnya. Tampak jelas di sana gumpalan yang masih sangat kecil."Wah, janinnya ada dua. Kemungkinan kembar, Bu!" Rendra yang di samping Afi mendampingi dan melihat gambar anaknya tersenyum bahagia. Dia mencium kening Afi tanpa malu di depan dokter Elsa."Bang!" Afi melirik Dokter Elsa yang tampak senang dengan perlakuan Rendra padanya yang sangat manis.Setelah USG kelihatan, dokter menganalisis umur dan juga jadwal persalinan untuk Afi."Kandungan Bu Nafisah memasuki minggu ke enam. Dan kondisi kehamilan sangat rentan untuk banyak beraktivitas berat. Sebaiknya, Ibu istirahat dan mengurangi aktivitas agar tak terlalu lelah. Apa Ibu mengalami gejala ngidam?" tanya Dokter Elsa."Nggak Dok, sepertinya suami saya yang nyidam. Dia kalau pagi suka pusing, dan sekarang lebih menyukai di dekat saya. Seperti ini!" Afi menunjuk suaminya, dan Rendra mendelik kesal."Hahaha, kalian lu
"Fi, Abang lapar! Kita cari makanan yuk!" ucap Rendra saat sedang berbaring di kasur dengan Afi."Malam-malam pengen makan? Abang nggak salah? Apa Afi masak lagi aja di dapur?" Afi memandang jam di dinding, padahal sekarang pukul sepuluh malam. Tetapi suaminya ingin makan di luar. "Nggak usah masak, Abang pengennya makan di luar bareng kamu." Pernikahan Afi dan Rendra sudah berjalan hampir lima bulan, dan akhir-akhir ini Rendra memang kelihatan aneh. Dia yang biasanya dingin, berubah sangat manja dan suka sekali mencium rambut Afi yang baru saja keramas."Besok saja ya, Bang!" bujuk Afi.Dengan wajah kecewanya, Rendra menekuk wajahnya dan berbalik memunggungi Afi. Afi yang melihat tingkah lucu suaminya, mencubit pipinya pelan."Abang kayak wanita lagi datang bulan, suka ngambek. Dan keinginan Abang yang aneh seperti wanita ngidam. Apa mungkin Abang ngidam?" ucap Afi terkikik geli.Rendra kembali berbalik badan menghadap Afi. "Kamu terakhir datang bulan kapan?" tanya Rendra serius.
Pipi Afi merona karena malu, ia menghabiskan malam ini dengan pesta dansa yang amat membuat malam begitu indah."Dan kamu, harus membayar mahal nanti malam dengan ku, Sayang!" Rendra membisikan kalimat yang membuat Afi begitu merinding. Rendra, lelaki normal yang sedang di mabuk asmara. Gelora cintanya pada Afi, membuat ia semangat sekali untuk menggoda Afi dan membuatnya salah tingkah.Afi kaget ketika melihat Nissa dan juga Yuna dengan seorang lelaki dan mereka juga ikut berdansa. "Mereka memaksa minta ikut, katanya ingin menikmati suasana Bali yang indah. Namun, jangan khawatir. Mereka tak akan menginap di resort ini, mereka akan menginap di hotel keluarga Dirgantara. Jadi, kita nggak ada yang bisa ganggu!" goda Rendra membuat pipi Afi kembali bersemu merah. Ternyata ia tahu, jika dirinya kaget melihat kehadiran Nissa dan Yuna.*Malam ini, dansa dan pesta kembang api digelar. Di luar resort, semua tamu menikmati indahnya bintang dan juga kembang api yang meriah. Banyak kekaguman
Malam ini Rendra mengajak Afi berbulan madu ke Bali. Rendra menutup mata istrinya dengan kain penutup agar ia sukses dalam memberikan kejutan. Afi dan Rendra sampai di Bali, tepatnya resort Stary angel milik istrinya."Apa sih, Bang? Afi penasaran banget!"Rendra mengajak Afi berjalan dan berhenti tepat di depan Resort. Semua orang yang diperintahkan Rendra sudah siap dengan tugas masing-masing. Mereka sampai di resort malam hari, membuat suasana begitu sangat romantis.Rendra memberikan aba-aba pada semua orang dan ia membuka penutup mata Afi perlahan."Sudah boleh buka mata?" tanya Afi. "Sudah! Dan lihatlah, Sayang!" Afi membuka matanya dan terkejut dengan surprise yang di buat suaminya. Karpet permadani merah dan juga bunga mawar putih kesukaannya, berjejer rapi di setiap pinggir jalan menuju pintu masuk resort. Beberapa orang yang tampak berseragam melebarkan senyum dan menunduk hormat."Suka?" tanya Rendra."Suka banget! Makasih, Bang!" jawab Afi tersenyum riang."Ini belum seb
"Kenapa melihat Abang seperti itu? Abang memang tampan," ucapnya percaya diri."Tampan tapi mes*um!" ucapku asal. Kami keluar kamar hotel dan mengetuk pintu kamar Nissa. Ia juga telah siap dari tadi. "Cie, pengantin baru. Seger amat! Habis berapa ronde tadi malam?" goda Nissa membuatku sedikit malu."Dek, kamu jadi ikut pulang nggak! Cepat! Abang tunggu di bawah," ucap Bang Rendra dingin."Yuna mana, Niss?" tanyaku karena tak melihat Yuna."Dia di jemput sama cowoknya tadi," ucapnya."Kamu nggak dijemput cowokmu?" ledekku membuat ia mencebikkan bibirnya."Ya iya, yang sudah laku. Sombong amat!" sahutnya dengan nada kesal.Aku, Nissa, dan Bang Rendra pulang ke rumah Bunda. Kami akan berkumpul bersama keluarga besar."Di sana nanti ada Haris juga, Bang?" tanyaku melirik Nissa. Ia tampak tak suka ketika aku menyebut nama Haris. Aku tahu, Nissa masih marah dengan Haris dan Nissa bukan wanita yang mudah memaafkan sepertiku."Mungkin. Tapi kalau dia sadar diri, seharusnya nggak usah datan
Pov Afi"Pagi, Sayang!" ucap lelaki di sampingku yang sah bergelar menjadi suami. Rendra mencium pipiku dan mengusap rambutku perlahan. Aku yang baru tidur diperlakukan suamiku dengan hangat membuat hatiku berbunga-bunga."Bang! Jam berapa ini? Aku kesiangan ya?" ucapku mengucek mataku mengedarkan pandangan ke dinding. Jam menunjukkan pukul setengah lima pagi."Nggak, Sayang! Tapi kalau kamu mau nambah lagi, kita kesiangan!" godanya. Senyum genitnya membuatku mencubit lengannya. Suamiku hanya terkekeh pelan. Senyum yang jarang ia tampakkan pada semua orang, kini bahkan sangat mudah aku dapatkan.Aku melemaskan ototku, semalam bahkan Bang Rendra sangat membuatku kelelahan. "Mandi dulu, Sayang! Atau mau Abang mandikan?" ucap Bang Rendra menaik turunkan alisnya. Genit! Aku hendak berdiri dan pergi ke kamar mandi tapi Bang Rendra malah mengangkat tubuhku hingga aku kaget."Bang! Aku bisa mandi sendiri!" ucapku meminta turun. Namun, bang Rendra hanya tersenyum dan meletakkanku di bathub ya
Sholat jamaah selesai, Afi mendekati Rendra dan meminta salim padanya lalu mencium punggung tangan suaminya . Rendra sangat senang dengan status barunya kini sebagai suami. Rendra mencium pucuk kepala Afi sambil melafadzkan doa."Allohuma innii as aluka khayraha wa khayra wa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzibika min syarriha wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi.Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dalam rumah tangga kami. Turunkanlah rasa cinta di hati kami berdua. Cinta yang senantiasa menambah kecintaan kami kepada-Mu.""Aamiin." Setelah melafalkan doa dan mencium kening Afi, Rendra kini duduk bersila menghadap sang istri. Dipandanginya wajah cantik nan sholeh yang kini sudah sah menjadi istrinya ini. Afi yang merasa malu dipandang suaminya, memilih melepas mukena dan melipatnya."Udah Bang, lihatinya!" ucap Afi salah tingkah. Ia hendak berdiri untuk menaruh mukena yang tadi ia pakai ke dalam lemari. Rendra masih menatap Afi, membuat Afi memilih tiduran di ranjangnya.Rendra berdiri dan