Tampak Restin Banara tengah bergelut di atas ranjang dengan rasa sakit akibat efek pengobatan kemoterapi.“Mau muntah, Res?” Fifi memandang sang adik dengan tatapan khawatir.Restin tanpa menjawab, langsung menundukkan wajahnya ke arah wadah dan memuntahkan isi perutnya. Fifi yang berada di sampingnya, mengurut pelan leher Restin seraya mengusap lembut punggung adiknya itu.“Kita langsung ke rumah sakit, ya?” Fifi bertanya dengan nada sedikit membujuk.Restin menggelengkan kepalanya. “Aku hanya muntah-muntah saja, Fi. Tidak demam, juga tidak diare. Dokter mengatakan jika kondisiku tidak memungkinkan baru segera ke rumah sakit, 'kan?”“Tapi ini sudah ke empat kalinya kamu muntah, Restin! Nafsu makanmu juga menurun drastis. Dokter berpesan untuk menjaga leukosit tetap normal agar dapat melakukan jadwal kemoterapi yang kedua.”“Aku mengerti kekhawatiranmu, tetapi aku yang paling mengerti kondisi tubuhku seperti apa. Tenang saja, aku masih sanggup bertahan, Fi. Aku akan berusaha untuk sem
Read more