Home / Lain / Cinta dan Dendam / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cinta dan Dendam: Chapter 31 - Chapter 40

73 Chapters

Chapter 31

Melihat putranya seakan-akan siap membunuh siapa pun saat ini juga, membuat Emilio memberikan sebuah pertanyaan, “Apakah kau jatuh cinta kepada wanita itu, Elian?” Helaan napas panjang Emilio berembus ketika menanti jawaban yang tak kunjung keluar dari bibir putranya. “Daddy sudah pernah memperingatkanmu, jangan pernah menaruh cinta kepada wanita mana pun, Elian. Terjebak dalam cinta mampu melumpuhkan logika terbaikmu. Terlebih akan ada banyak hal yang harus kau korbankan. Tidak hanya merugikan dirimu sendiri, tetapi juga kelompok kita dan sebelum kau menghancurkan musuhmu, mereka terlebih dulu yang akan menghancurkanmu.” “Seandainya saja cinta memiliki tombol on dan off untuk mengaturnya, maka aku tidak perlu bersusah payah membunuh perasaan cinta ini, Dad!” jawab Elian mengusap wajahnya frustrasi. “Sejak kapan kau mencintainya?” tanya Emilio. Ia bukannya tidak memahami perasaan Elian. Dirinya pun juga pernah berada di posisi putranya seperti saat ini. Namun, tidak semua cinta ha
Read more

Chapter 32

Angin malam berhembus kencang hingga menusuk tulang meskipun pakaian tebal berlapis melekat di tubuh, angin dingin tetap melawan masuk. Membuat orang-orang yang masih beraktivitas di luar sana, lebih merapatkan lagi jaket yang membungkus tubuh mereka demi menghalau udara dingin.Nox beserta anak buahnya melangkah masuk menuju rumah besar bergaya kuno dengan tiang dan dinding batu yang kukuh. Beberapa pepohonan yang begitu lebat dan tinggi menjulang mengelilingi bangunan besar itu. Tanaman merambat, tumbuh subur di dinding yang membentengi rumah.Jika dilihat dari luar, rumah tersebut tampak tidak berpenghuni dan pada malam hari terlihat sangat mengerikan seperti rumah-rumah besar dan angker dalam film horor.Bangunan itu adalah peninggalan leluhur Crusio pada zaman penjajahan dahulu kala, yang kemudian dijadikan tempat rahasia keberadaan Crusio yang tidak diketahui oleh siapa pun, terkecuali Nox dan Imperius, seorang konselor bagi Crusio.Oleh sebab itu, penampilan luar bangunan denga
Read more

Chapter 33

Tampak Restin Banara tengah bergelut di atas ranjang dengan rasa sakit akibat efek pengobatan kemoterapi.“Mau muntah, Res?” Fifi memandang sang adik dengan tatapan khawatir.Restin tanpa menjawab, langsung menundukkan wajahnya ke arah wadah dan memuntahkan isi perutnya. Fifi yang berada di sampingnya, mengurut pelan leher Restin seraya mengusap lembut punggung adiknya itu.“Kita langsung ke rumah sakit, ya?” Fifi bertanya dengan nada sedikit membujuk.Restin menggelengkan kepalanya. “Aku hanya muntah-muntah saja, Fi. Tidak demam, juga tidak diare. Dokter mengatakan jika kondisiku tidak memungkinkan baru segera ke rumah sakit, 'kan?”“Tapi ini sudah ke empat kalinya kamu muntah, Restin! Nafsu makanmu juga menurun drastis. Dokter berpesan untuk menjaga leukosit tetap normal agar dapat melakukan jadwal kemoterapi yang kedua.”“Aku mengerti kekhawatiranmu, tetapi aku yang paling mengerti kondisi tubuhku seperti apa. Tenang saja, aku masih sanggup bertahan, Fi. Aku akan berusaha untuk sem
Read more

Chapter 34

“Siapa itu alien?” Valo mengernyitkan keningnya tatkala mendengar umpatan tadi. “Apakah ada karyawan yang bernama alien di kantor ini, Ric?” tanyanya pada Asistennya yang berdiri di sebelah kirinya.“Setahu saya tidak ada, Sir.”“Cari tahu orang yang memiliki nama makhluk planet asing itu!”Seketika satu alis mata Riccardo terangkat tinggi, keheranan mendengar sebuah perintah remeh yang baru saja terucap dari mulut Bosnya. Ia mengikuti arah pandangan Bosnya tengah menatap wanita yang mengumpat tadi hingga menghilang di balik pintu lift bersama karyawan lainnya.Tidak, tidak! Mungkin hanya pikiranku yang terlalu berlebihan. Batin Riccardo, mengusir kecurigaannya mengenai kemungkinan Bosnya jatuh cinta kepada wanita itu.*****“Kak Valo? Ada apa sepagi ini berkunjung ke kantor?” Pertanyaan itu terlontar keluar bersamaan dengan langkah kaki Elian berhenti di tempat Valo dan Riccardo berdiri.“Oh hai, Elian! Kebetulan sekali … kau mengenal seorang bernama alien?” Valo balik bertanya. Meli
Read more

Chapter 35

“Tidak bisa, Lin!” tolak Elian setelah Maylin minta izin untuk ikut pergi bersamanya ke luar kota. “Semua telah diatur dari jauh hari. Hotel juga dibooking hanya satu kamar saja. Memangnya kau bersedia tidur satu ranjang denganku?” Elian menatap tegas ke arah Maylin.“Tidak masalah! Aku percaya padamu, El! Aku berjanji tak akan mengganggu kesibukanmu.” Maylin mencoba membuat penawaran dengan pria pemilik mata berwarna abu-abu itu. “Bila perlu, aku berdekam di kamar, menunggu sampai kau menyelesaikan pekerjaanmu. Bagaimana?”“Barang-barangnya sudah dimasukkan ke dalam bagasi mobil, Sir.” Suara salah seorang Pengawal menginterupsi pembicaraan mereka.Berbicara dalam bahasa Italia, Elian memerintah untuk menunggunya sebentar. Setelahnya, ia menatap Maylin. Tangannya terulur mengelus rambut wanita itu dengan lembut. “Kau tidak bisa meninggalkan pekerjaanmu di sini begitu saja.”Masalahnya aku tidak suka menghabiskan waktu bersama keturunan Osborn. Aku benci semua keluarganya. Batin Maylin
Read more

Chapter 36

Leonel telah menjelaskan pada Dalbert mengenai kemungkinan lambang Crusio adalah ciri khas mereka. Menempatkan lambang itu pada bagian tubuh mereka atau sebuah benda.Mengapa tidak sedari dulu saja dirinya memberi saran ini kepada bosnya? Terbukti setelah mereka terang-terangan menampakkan Eagle dengan menggunakan nama almarhum Hugo Norman, secepat ini mereka bertemu Crusio.“Barangnya?”Suara pertanyaan dari salah seorang kelompok itu terdengar kembali, membuat Dalbert mengalihkan fokusnya dari sosok di belakang mereka. Ia mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk ke arah sebuah koper yang tergeletak di lantai.“Di mana Hugo Norman?”Pertanyaan yang tiba-tiba tanpa basa-basi itu kontan membuat Dalbert bergidik seketika. Sosok yang ia lihat tadi, kini berjalan keluar dari barisannya, menunjukkan dirinya pada Dalbert beserta anak buahnya.“Aku lebih tertarik mendengar cerita Hugo Norman daripada barang yang kau bawa. Bersediakah berbincang sedikit tentang pria itu?” tanyanya lagi. Suara
Read more

Chapter 37

Menuruti perintah, anak buah Nox segera mengeluarkan senjata tajam dan pertikaian itu pun berlanjut. Beberapa kali terdengar suara bentakan dan benturan keras. Dalbert balas menyerang dengan tendangan kakinya mengenai seorang lawan yang lantas jatuh terkapar.Ketika Dalbert melihat sebuah benda tajam mengayun pada salah seorang anak buahnya, ia lantas menangkap, memelintir tangan lawan dan merebut senjata tajam itu, lalu menusuk tepat di jantung.Di sisi lain, anak buah Nox lainnya berhasil menebas leher anak buah Dalbert hingga darah menyembur keluar bersamaan dengan suara letusan pistol dari anak buah Dalbert yang lolos dari serangan. Suara teriakan dan jeritan terdengar memenuhi ruang gudang, membuat suasana terasa menegangkan.Dalbert yang menyadari kekuatan mereka tidak seimbang dengan lawan, terpaksa memutar otaknya mencari cara agar dapat keluar dari gudang sebelum ia kehilangan anak buahnya lebih banyak. Kedua netranya mengedar ke seluruh ruangan.Melihat beberapa lampu yang m
Read more

Chapter 38

Leonel bersama anak buah lainnya, melangkah keluar dari tempat persembunyian ketika melihat kepulan asap hitam membumbung ke langit.“Shit!” Leonel mengumpat, kemudian berlari secepat mungkin menghampiri asap itu berasal dari api yang sedang berkobar di satu-satunya gudang yang ada di lokasi itu.Dalbert memang meminta Leonel agar menunggu mereka di gubuk kecil yang letaknya tidak jauh dari gudang tersebut. Hanya untuk berjaga-jaga saja apabila mereka membutuhkan bantuan darurat, setidaknya mereka semua tidak dihadapkan dalam situasi berbahaya secara bersamaan.“Dalbert! Apa kau masih berada di dalam?” Leonel berteriak seraya menarik rantai gembok.Terdengar suara gedoran pintu dari dalam. Menandakan bahwa di dalam masih ada orang.“Cepat patahkan rantai ini!” titah Leonel yang langsung dituruti oleh anak buahnya.Leonel mengambil ponsel dengan terburu-buru lantas menghubungi kaki tangan kepercayaannya itu.[Maafkan … kami, tuan …. kami … gagal ….]Suara Dalbert terdengar berat seirin
Read more

Chapter 39

“Baiklah, terima kasih. Cukup sampai di sini,” ucap Valo sembari meletakkan tablet berlogo apel tergigit yang digunakannya dalam rapat di atas meja, kemudian meng-klik opsi keluar dari meet room pada layar laptopnya.Riccardo dengan sigap membantu menyingkirkan perangkat laptop Bosnya yang baru saja selesai melakukan meeting melalui rapat virtual.Valo melepaskan jas dan melonggarkan ikatan dasi di lehernya, melepaskan tiga kancing di bagian atas kemeja putihnya sehingga memperlihatkan otot dadanya yang kekar.“Sebenarnya, Anda tidak perlu bersusah payah seperti ini, Sir.” Riccardo menyuarakan komentarnya.Valo menggulung lengan kemejanya hingga sampai ke siku. “Kau tahu alasanku melakukannya. Selagi Elian pergi ke luar kota, aku harus menggunakan kesempatan ini untuk menarik perhatian wanita itu.” Mengambil gelas dari tangan Riccardo yang berisikan vodka, lalu menandaskan separuh isinya sekali teguk.“Naikkan suhu penghangat ruangan ini, Ric!” perintah Valo yang dituruti Riccardo ber
Read more

Chapter 40

Suara panggilan intercom masuk pada saluran telepon di meja berbunyi ketika Maylin tengah sibuk melakukan pekerjaannya.“Anda memerlukan bantuan?” tanyanya tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.[Siapkan menu makan siang. Aku makan siang di sini.]“Anda ingin menu apa?”[Bagaimana kalau kau yang menjadi menu makan siangku?]“Boleh saja. Saya sudah menargetkan salah satu bagian inti tubuh anda. Barangkali gigitan saya waktu itu tidak cukup membuat anda puas merintih kesakitan.” Ancaman bercampur cemoohan dari mulut Maylin, membuat Valo tertawa terbahak-bahak.Maylin memutar bola mata malas. Sepertinya Iblis mesum satu ini masih belum jera juga. “Anda bisa memerintah asisten anda, membelikan makan siang untuk anda, sir.”[Dia sibuk membantuku periksa dokumen, sedangkan posisimu pasti lebih banyak menganggur.]Mendengar alasan Valo itu lantas Maylin menggeram kesal.Apa katanya tadi? Menganggur? Jika menyimpan arsip penting dan melakukan korespondensi bukan pekerjaan sekretaris, lantas peke
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status