"Apa nggak terlalu buru-buru, Ma?" tanya Pak Darmawan lagi. "Nggak lah, Pa. Semua perlengkapan acara Fira sudah kelar jauh-jauh hari lho, Pa. Jadi sekarang kita tinggal nunggu hari H-nya saja. Jadi nggak apa-apa kalau harus melamar Zia untuk Farid sebelum Fira menikah juga," jawab Ibu Liana. "Iya, Pa, kayaknya nggak papa. Acarannya 'kan, bisa diatur bagusnya kapan." Kali ini Fira ikut bersuara. Pak Darmawan berpikir beberapa saat, akhirnya meminta jawaban langsung dari yang bersangkutan. "Kalau menurutmu bagaimana, Bang?" Pertanyaan yang ditunjukkan untuk Farid. "Menurut Farid, kita ikuti pendapat terbanyak saja, Pa. Toh, ini 'kan baru lamaran, kalau diterima, baru menentukan hari H-nya kapan, acaranya di mana, serta hal lain. Jadi menurut Farid ngga apa-apa disegerakan." Farid berusaha meredam rasa bahagia yang membuat dadanya terasa sesak. Laki-laki paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepala, pertanda menemukan jawaban atas musyawarah barusan. "Baiklah, kalau begitu minggu in
Terakhir Diperbarui : 2022-07-13 Baca selengkapnya