Semua Bab ALASAN SUAMIKU MENDUA: Bab 71 - Bab 80

179 Bab

Part 71. Rasaku Terlalu Besar Untuknya

Meski usia Farid yang sudah melewati angka 30, perempuan di hadapannya itu selalu menganggap anak laki-lakinya itu bocah mungilnya dulu yang selalu minta ia peluk saat bangun dari tidur. "Nggak, kok, Ma." Farid menyungging senyum, berusaha meyakinkan sang Mama kalau dirinya baik-baik saja. "Terus, ada masalah apa, sampe nggak turun saat mama ajak makan?" Ibu Liana masih tak puas. "Farid cuma lagi nggak nafsu makan aja, Ma." Farid berkilah. Ia tak ingin membuat perempuan terbaik dalam hidupnya itu tak tenang. "Tidak, Bang! Kau tak seperti biasa. Jangan membohongi Mama, Nak. Mama tahu apa yang membuatmu nyaman, atau pun tak nyaman sejak kau masih dalam gendongan Mama." Ibu Liana melangkah masuk dan duduk di atas ranjang Farid. Anak laki-lakinya itu pun melakukan hal serupa. "Apa ini tentang Zia?" Ibu Liana menebak. Farid terdiam sejenak, memilah apakah ia akan bercerita atau tetap diam. "Do'akan saja semoga Zia bisa menerima Farid, Ma," ucap Farid dengan senyum getir. Tangan pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 72. Kedatangan Zia

Fira menatap Farid dengan hati dipenuhi rona bahagia. Namun, ia tetap merahasiakannya dari Farid sesuai janjinya dengan Zia semalam. "Andaikan Zia menerima lamaran laki-laki lain, apa yang akan Abang lakukan?" tanya Fira dengan mata fokus melihat ekspresi sang kakak. Hening. Beberapa detik bahkan merambat ke menit tak ada jawaban dari Farid. Wajah laki-laki itu terlihat menegang. Ia masih belum sanggup membayangkan Zia akan menikah dengan laki-laki lain. Fira berusaha menggigit bibir bawah, hatinya tertawa geli melihat wajah gusar Farid. Farid menghela napas dalam. Bagaimana pun, kemungkinan apa saja bisa terjadi, ia harus berusaha siap dengan semua takdir yang telah Allah gariskan untuknya. Berusaha Farid menguatkan hatinya, menahan gejolak di dada yang hampir tak sanggup ia tahan. "Bismillah, Ra, jika memang Zia bukan yang terbaik untuk Abang, semoga kami sama-sama menemukan yang terbaik bagi kami masing-masing."Dengan ulu hati terasa nyeri, kalimat itu meluncur dengan begitu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 73. Penyampaian Pesan

Farid berjalan dengan kedua tungkai terasa sedikit lemas menuju kamarnya, melewati ruang keluarga di mana Zia dan Fira berada, ia tak ingin hatinya lebih nyeri melihat keakraban keluarganya dengan Zia, khawatir akan lebih sulit mengikhlaskan perempuan bermata teduh itu. Dibaringkannya tubuh lelahnya di atas ranjang. Mata sendu miliknya terpejam bersama helaan napas berat. Beberapa saat posisinya berubah menjadi telungkup, kemudian kembali menghadap langit-langit kamar. Diremasnya dada yang kini terasa nyeri, nyeri karena pengharapannya yang mungkin terlalu tinggi. Pelan bibirnya melafadzkan istigfar, berusaha mengenyahkan bayangan perempuan yang tengah duduk di ruang keluarga rumahnya saat ini. Hingga adzan magrib tiba, barulah Farid beranjak untuk menunaikan kewajibannya di masjid.Tiga puluh menit berlalu, sebagian besar jama'ah sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun, tidak dengan Farid, laki-laki itu tak berniat untuk pulang lebih cepat. Ia lebih memilih menunggu waktu is
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 74. Ketika Rasa Bersambut

Fira menatap wajah getir abangnya itu dengan senyum manis, membuat Farid merasa ada sesuatu yang tengah disembunyikan sang adik. "Itu karena, Zia meminta Abang melamarnya langsung pada Ustadz Nasrun," ucap Fira dengan senyum menggoda. Farid mematung, degub jantungnya berkejaran bersamaan dengan hati yang berdesir hebat. "Apa kau tengah bercanda, Ra?" tanya Farid dengan jantung terasa ingin melompat dari sarangnya. Fira terkikik geli. Kali ini ia benar-benar berhasil membuat abangnya itu melotot karena mendengar kalimatnya. "Aku tidak sedang bercanda, Bang. Serius!" Fira nyengir seraya mengacung telunjuk serta jari tengah tangan kanannya secara bersamaan. Farid merubah posisi, menghadap lurus dashboard mobilnya. Degup jantung masih terus berpacu bersamaan desir yang tiba-tiba menelusup. Fira memberi waktu beberapa menit untuk sang kakak menikmati debar hatinya, menata detak jantungnya, hingga memuaskan lengkungan di bibirnya dengan mata terpejam. "Abang ingin tau apa yang membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 75. Rencana Lamaran

"Apa nggak terlalu buru-buru, Ma?" tanya Pak Darmawan lagi. "Nggak lah, Pa. Semua perlengkapan acara Fira sudah kelar jauh-jauh hari lho, Pa. Jadi sekarang kita tinggal nunggu hari H-nya saja. Jadi nggak apa-apa kalau harus melamar Zia untuk Farid sebelum Fira menikah juga," jawab Ibu Liana. "Iya, Pa, kayaknya nggak papa. Acarannya 'kan, bisa diatur bagusnya kapan." Kali ini Fira ikut bersuara. Pak Darmawan berpikir beberapa saat, akhirnya meminta jawaban langsung dari yang bersangkutan. "Kalau menurutmu bagaimana, Bang?" Pertanyaan yang ditunjukkan untuk Farid. "Menurut Farid, kita ikuti pendapat terbanyak saja, Pa. Toh, ini 'kan baru lamaran, kalau diterima, baru menentukan hari H-nya kapan, acaranya di mana, serta hal lain. Jadi menurut Farid ngga apa-apa disegerakan." Farid berusaha meredam rasa bahagia yang membuat dadanya terasa sesak. Laki-laki paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepala, pertanda menemukan jawaban atas musyawarah barusan. "Baiklah, kalau begitu minggu in
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 76. Raline Patah Hati

Laki-laki itu mulai merasakan getaran cinta yang sempat hilang. Ia kembali melihat Lusi-nya yang dulu. Meski tak selangsing dulu, kini perempuan itu terlihat begitu terawat. "Aku sedang latihan untuk kuat demi anak-anak." Lusi sama sekali tak menoleh pada lawan bicaranya. Wisnu berpikir sejenak, mencari kalimat yang tepat agar Lusi mengurungkan niat untuk pergi. Ia mulai sadar jika selama ini ia hanya kurang peduli saja pada istrinya itu "Jika kau keberatan berpisah denganku, aku bisa membatalkan rencanaku untuk menikahi Sintia," ucap Wisnu dengan percaya diri. Lusi menarik sudut kanan bibirnya. Kalimat Wisnu barusan sukses membuat rasa muak di hatinya kian bertumbuh. "Aku sama sekali tak tertarik lagi dengan tawaran itu," jawab Lusi dengan suara pelan. Namun mampu membuat Wisnu menelan salivanya. Ia tak pernah berpikir akan mendapat penolakan demikian pedih dari perempuan yang telah memberinya tiga jagoan itu. "Ah, mendengar penawaran begitu saja kau jawab dengan sombong, awas
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 77. Nasehat Mama

"Ia, Lin. Farid tak akan ada lagi, tapi yang lebih dari Farid masih banyak di luaran sana. Pastinya lebih mencintaimu, lebih menghargaimu, lebih mengutamakanmu, dan masih banyak lagi kelebihan lainnya dibandingkan Farid." Ibu Anin berucap pelan. Namun terdengar tegas. "Kau tak perlu patah hati, Lin. Alhamdulillah, Farid sudah menemukan calon makmumnya. Mama selalu berdo'a semoga kamu juga segera dipertemukan dengan jodohmu," lanjut Ibu Anin dengan senyum tipis. "Kok, Mama malah bersyukur Farid mau nikah, apa nggak mikir Raline akan patah hati?!" Bibir Raline mencetut. "Apa kau tak yakin dengan jodohmu sendiri?" tanya Ibu Anin dengan mata menatap dalam mata Raline. "Apakah kau tak percaya jika masing-masing kita sudah memiliki jodoh masing-masing? Ketahuilah, Lin, kau hanya butuh sabar untuk menunggu giliran untuk menemukan jodohmu dan kelak kau akan sangat bersyukur atas kejadian hari ini." Ibu Anin berusaha menyemangati putrinya itu. Raline bergeming, kepalanya sibuk mencerna se
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 78. Permintaan Maaf

"Boleh aku masuk?" tanya Raline yang kini mematung di pintu ruangan Farid. Farid mendongak, menatap perempuan itu dengan perasaan serba salah. Hingga akhirnya ia memutuskan mempersilakan Raline masuk setelah menempatkan antara dirinya dan Raline saat ini tak lebih dari rekan kerja. "Silakan!" ucap Farid sebiasa mungkin, meski hatinya sedikit merasa risih setelah tau ulah Raline yang berniat menjauhkannya dari Zia. Raline berjalan mendekati kursi tepat di depan Farid, lalu duduk di atasnya. Wajah perempuan itu menyiratkan bongkahan kecewa yang melebur bersama sesal. Beberapa saat hanya hening. Keduanya sibuk dengan suasana hati masing-masing hingga menciptakan suasana canggung antara mereka. Lebih dari setahun yang lalu, Farid pernah memiliki rasa untuk perempuan yang kini duduk di hadapannya. Namun, seiring waktu, rasa nyaman di hati laki-laki itu kian tergerus dengan sikap manja dan posesif yang ditunjukkan Raline. Perempuan itu begitu ketat mengatur Farid yang belum memiliki s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 79. Tak Ada Alasan Menolaknya

Pelan Zia menuruni tungkainya yang terasa sedikit lemas. Keduanya berjalan mendekati pintu masuk rumah Ustadz Nasrun yang memang saat siang hari jarang tertutup. Dua orang santri putri berusia kisaran 15 tahun baru saja ke luar. "Assalamualaikum, Dek," sapa Fira saat melihat keduanya. "W*'alaikumussalaam, iya, Kak." Keduanya mengangguk takzim. Mereka sangat kenal siapa yang datang, lebih lagi pada Zia. "Ustadz sama Ustadzah ada?" tanya Fira langsung. "Masuk aja, Kak. Ustadzah lagi di dapur, kalo Ustadz ke luar, ngisi ceramah di kota sebelah." jawab santri putri berkerudung putih di hadapan Fira. Keduanya pamit setelah mendapat jawaban dari keduanya. Fira melangkah lebih dulu diikuti Zia yang menyusul di belakang. Dari jarak beberapa meter Ustadzah Hamidah menyambut kedatangan mereka dengan senyum lembut. "Cuma berdua?" tanya Ustadzah Hamidah dengan melirik keduanya secara bergantian. Fira mengangguk pelan. Ustadzah Hamidah membawa mereka berdua ke ruang keluarga rumahnya. Keti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Part 80. Ancaman

Ustadzah Hamidah menerima lembaran yang Fira beri. Sebuah undangan pernikahan berwarna krem dengan bahan kertas linen, terlihat begitu elegan. Mata perempuan paruh baya itu menelisik setiap abjad yang tertulis rapi di lembar terdepan, Fira dan Alfin. "Kau akan menikah, Ra?" tanya Ustadzah Hamida dengan alis terangkat. "Insya Allah Ustadzah. Semoga Ustadz dan Ustadzah bisa hadir di hari bahagia Fira," ucap Fira penuh harap. "Insya Allah, Ra. Do'a terbaik untukmu, Ra. Semoga menjadi keluarga berbahagia hingga jannah-Nya." Wajah Ustadzah Hamidah tampak berbunga, beliau turut bahagia mendengar berita baik yang berturut-turut datang padanya. *Senja mulai beranjak ketika Wisnu keluar dari pelataran kantornya. Gemericik hujan yang sejak tadi mengguyur bumi membuat jalanan aspal yang ia lewati berubah menjadi hitam pekat. Lampu-lampu di sisi kanan dan kiri jalan mulai menampakkan sinarnya demi menyambut pekatnya malam. Bau basah yang tercipta pada setiap helaan napas yang melewati paru
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
18
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status