Rasa yang mulai timbuh di hati Zia, kini mulai subur. Diam-diam kekagumannya pada laki-laki itu semakin besar. Beberapa saat Zia mematung. Kepalanya sibuk mencari kalimat sebagai penebus salahnya untuk laki-laki baik itu."Maafkan aku, Ra, maafkan atas kecerobohanku. Jika memang Bang Farid tak terikat dengan siapa pun, maka datanglah pada Ustadz Nasrun dan Ustadzah Hamidah, mereka lah pengganti orang tuaku," ucap Zia pelan dengan kepala tertunduk. Fira merasakan untuk beberapa saat lidahnya terasa kelu, ia masih tak menyangka jika kalimat itu secepat ini akan ia dengardengar dari bibir sahabatnya itu. "Apa kau melakukannya karena merasa terbebani atas semua yang pernah kulakukan untukmu, Zi?" tanya Fira tak enak hati. Pelan kepala Zia menggeleng. Ia bahkan tak terpikirkan tentang hal itu. "Tidak sama sekali, Ra, jangan mengkhawatirkanku!" Fira masih tak puas. Ditatapnya wajah teduh milik sahabatnya itu, tak ia lihat ada keterpaksaan di sana. "Zi, lihat aku!" ucap Fira pelan. Ia
Last Updated : 2022-07-13 Read more