"Maaf jika aku sempat membuatmu tak nyaman, Zi!" Farid membuka suara. Zia menghela napas dalam. Kalimat yang sejak tadi ia khawatirkan, sekarang menjadi nyata. "Aku yang harusnya minta maaf, karena belum sempat balas pesan Abang.""Terima kasih sudah mengerti, Zi. Maaf, jika aku mengganggu waktumu." Farid menunduk, mendaratkan tatapannya diujung jari kakinya. "Maaf, Bang, bukan aku menolak, hanya saja luka karena pengkhiantan itu masih belum sembuh. Aku tak ingin melangkah buru-buru. Hingga saat ini, rasa ingin mengulang menyandang status 'istri' masih belum hadir. Aku tak ingin memaksa hati yang masih belum utuh."Ada segaris kecewa menelusup relung hati Farid. Namun, sayangnya, ia tak bisa memaksakan perasaannya pada gadis bermata teduh di hadapannya kini. "Apa itu artinya aku tetap memiliki kesempatan, Zi?" tanya Farid penuh harap. Ya, ia sangat berharap memiliki kesempatan untuk memiliki Zia, meski bukan sekarang. Atau meski sekecil apa pun kesempatan itu akan ia perjuangkan.
Last Updated : 2022-07-12 Read more