Home / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ALASAN SUAMIKU MENDUA: Chapter 41 - Chapter 50

179 Chapters

Part 41. Khawatir

Farid mendekat lalu duduk di kursi single disamping Zia yang tadi diduduki Fira. Mata pekat laki-laki itu sulit mengalihkan tatapannya dari wajah teduh yang kini masih terus terpejam. Ia begitu menikmati lukisan indah Sang Pencipta pada ciptaan-Nya yang sangat ia kagumi itu."Bangun, Zi! Jangan membuatku khawatir dengan keadaanmu sekarang!" bisik Farid hampir tak terdengar. Jika saja Zia tiba-tiba sadar, mungkin Farid akan sangat malu setelah mengatakan kalimat yang baru saja ia bisikkan. Jika saja perempuan yang tengah berbaring di hadapannya kini sudah halal baginya, ingin rasanya ia membelai kepalanya, mengecup lembut keningnya. Sayangnya, mereka hanyalah dua orang asing yang tak lebih dari sekedar seorang pengagum dan sosok yang dikagumi. Mata teduh itu pelan-pelan terbuka. Cahaya lampu membuat matanya menyipit. Kesadaran yang berangsur pulih mengingatkannya pada kejadian sebelum kesadarannya hilang. Di mana tadi pagi saat akan ke kamar mandi, tubuhnya limbung dan terjatuh meng
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Part 42. Melamar Secara Langsung

"Maaf jika aku sempat membuatmu tak nyaman, Zi!" Farid membuka suara. Zia menghela napas dalam. Kalimat yang sejak tadi ia khawatirkan, sekarang menjadi nyata. "Aku yang harusnya minta maaf, karena belum sempat balas pesan Abang.""Terima kasih sudah mengerti, Zi. Maaf, jika aku mengganggu waktumu." Farid menunduk, mendaratkan tatapannya diujung jari kakinya. "Maaf, Bang, bukan aku menolak, hanya saja luka karena pengkhiantan itu masih belum sembuh. Aku tak ingin melangkah buru-buru. Hingga saat ini, rasa ingin mengulang menyandang status 'istri' masih belum hadir. Aku tak ingin memaksa hati yang masih belum utuh."Ada segaris kecewa menelusup relung hati Farid. Namun, sayangnya, ia tak bisa memaksakan perasaannya pada gadis bermata teduh di hadapannya kini. "Apa itu artinya aku tetap memiliki kesempatan, Zi?" tanya Farid penuh harap. Ya, ia sangat berharap memiliki kesempatan untuk memiliki Zia, meski bukan sekarang. Atau meski sekecil apa pun kesempatan itu akan ia perjuangkan.
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Part 43. Kesaksian Fira

"Aku bersaksi, abangku orang baik, Zi, insya Allah, dia bisa menjagamu dan memuliakanmu sebagaimana tuntunan nabi kita." Fira tersenyum lembut, membuat hati Zia berdesir. "Aku hanya minta waktu, Ra. Beri aku waktu untuk meyakinkan hati ini, jika laki-laki berbeda antara satu dan yang lainnya. Jujur, aku masih terlalu takut untuk mengulangnya," lirih Zia pelan. Fira mendekatkan wajah ke telingan Zia. Senyum manis tak henti terukir di bibirnya. "Apa kau tak khawatir jika ada wanita lain yang mendahuluimu kelak? Limited edition lho, Zi. Aku nggak punya stok abang lainnya buat dijodohkan dengan sahabat sebaik kamu," bisik Fira menggoda Zia. Zia hanya membalas dengan senyum. Ia mengakui kebenaran setiap kalimat Fira barusan, hanya saja luka itu menolak dipaksa untuk sembuh dengan cara memulai kisah yang baru. *Semburat cahaya matahari berwarna keemasan menembus jendela yang sejak tadi sudah dibuka Fira. Hingga pagi ini Fira masih setia menemani sahabatnya itu di rumah sakit. Sedangka
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Part 44. Ketahuan

"Kau tau apa yang telah dilakukan Bang Farid sebagai bukti ia mengharapkanmu, Zi?" tanya Fira menerawang. Bibirnya mengulas senyum, mengingat bagaimana abangnya itu saat meminta restu orang tua mereka. Zia menggeleng pelan. "Bang Farid sudah berniat melamarmu sejak lama." "Apa kau yang memintanya?" selidik Zia. "Kau salah, Zi. Bang Farid bahkan sudah meminta restu untuk melamarmu pada Mama dan Papa." Fira berkata jujur. Harapannya agar Farid berjodoh dengan Zia begitu besar. "Lalu apa jawaban beliau berdua? Kedua orang tuamu sangat terpandang, Ra. Mereka pantas memiliki menantu yang lebih segalanya dariku. Lebih lagi, Bang Farid bujangan, sedangkan aku ….""Kau salah, Zi," potong Fira cepat. Ia tak ingin Zia menyelesaikan kalimatnya barusan. "Beliau berdua tak sedikit pun keberatan dengan niat baik Bang Farid. Bahkan saat aku menceritakan keinginan Bang Farid sama Mama, Mama dengan senang hati menerimamu jika seandainya Bang Farid memang menginginkanmu." Zia terdiam. Ia seperti ke
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Part 45. Kemarahan Sintia

Susah payah ia berjuang melepaskan Wisnu, memupuk rasa-nya pada Aiman yang sebelumnya memudar, demi mempertahankan rumah tangganya dengan Aiman sesuai dengan saran Tiara waktu itu. Namun, apa yang ia dapat. Ternyata dibelakangnya Aiman masih menyimpan rasa pada mantan istrinya itu. Emosi membuat wajah cantik dengan kulit putih itu kini memerah. Dengan langkah cepat, ia bergegas menjumpai Aiman yang tengah memanaskan mesin mobilnya untuk berangkat ke kantor. Tatapan matanya tajam, menatap Aiman yang baru saja keluar dari mobil setelah menyalakan mesin mobilnya. "Tolong jelaskan! Ada apa dengan foto ini?" tanya Sintia tanpa basa-basi. Tangannya terangkat, memamerkan layar ponsel Aiman dengan tampilan foto Zia dengan senyum teduhnya. Aiman tersentak, kakinya mematung di tempat. Degub jantung yang seketika berpacu lebih kencang membuat keringat dingin keluar dari dahi dan tangannya. Kepalanya berpikir keras, mencari cara bagaimana berkilah. Ia khawatir Sintia akan meninggalkannya per
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Part 46. Izinkan Aku Membahagiakanmu

Di dalam mobil saat perjalanan pulang dari rumah sakit, Zia banyak diam. Zia yang aslinya ramah serta murah senyum kini cenderung pendiam. Kenyataan yang baru saja ia ketahui jika Farid menyimpan rasa untuknya membuatnya semakin sulit untuk bersikap biasa saat bersama laki-laki itu. "Jangan banyak ngelamun, Zi! Biar nggak setres." Fira menepuk pundak sahabatnya ituitu sambil tersenyim simpul. Sepanjang perjalanan memang hanya Fira lah yang paling aktif berbicara untuk mencairkan suasana. Zia hanya tersenyum lembut menanggapi candaan Fira. Farid pun melakukan hal serupa. Saat ada Zia di dekatnya, ia bahkan tak tahu harus bebicara apa. Ia sibuk menata desir hatinya. Farid langsung kembali ke kampus setelah mengantar Zia dan Fira ke kosan Zia. Adiknya itu meminta dijemput sore nanti. Farid masih ada kelas jam 2 siang. Sepanjang perjalanan bayangan Zia tak lepas dari kepalanya. Senyum lembut dari perempuan bermata teduh itu selalu merajai pikirannya. "Ya Allah, izinkan aku melindung
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Part 47. Kau Akan Menyesal!

Aiman menarik napas dalam. Menata debar jantung yang semakin terasa tak nyaman. Perlahan ia mulai bercerita awal petaka dalam pernikahannya datang. Berlanjut pada ikrar talak malam itu, hingga masalah yang sekarang membebani pikirannya, tentang kekhawatirannya pada Zia karena Sintia. Reza mengepalkan tangan, hingga buku-buku jarinya memutih. Amarahnya tersulut mendengar cerita Aiman barusan. "Jika saja Zia menerima lamaranku sejak awal, kupastikan dia tidak akan menderita karena ulahmu," geram Reza dengan suara tertahan. Aiman tersentak. Ia belum sepenuhnya paham dengan kalimat Reza barusan. Yang ia tahu selama ini Reza mengatakan kalau Reza hanya menganggap Zia sebatas adik, tak lebih. "Apa maksudmu, Za?" tanya Aiman dengan rasa penasaran menggunung. Reza menatap tajam Aiman. Tak pernah menyangka jika Aiman tega mengkhianati perempuan sebaik Zia. Perempuan yang dulu begitu ia perjuangkan. Namun, takdir tak pernah memihak padanya, hingga akhirnya ia harus merelakan Zia menikahi t
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Aprt 48. Ketegasan Farid

"Kau akan menyesal jika tak mendengar kata-kataku, Sin!" gumam Tiara pelan. Di pintu ke luar, Sintia berjalan cepat menuju parkiran membawa kekesalannya pada Tiara barusan. "Tanpa bnatuanmu p un, aku bisa mencari di mana perempuan itu berada, Ti," gumam Sintia, seraya duduk di kursi kemudi. *Di meja makan rumah Pak Darmawan. Enam orang dewasa tengah duduk mengitari meja makan. Bik Ani dan Bik Suti sibuk menyiapkan perlengkapan makan malam yang dibutuhkan. "Fira nggak ikut?" tanya Raline seramah mungkin karena sejak tadi tak melihat gadis hitam manis dengan hidung mancung itu. "Fira lagi nginep di tempat temennya, Lin, sekalian jagain temennya itu yang tadi siang baru keluar dari rumah sakit," jawab Ibu Liana jujur. Raline tak henti mencuri pandang pada Farid. Lelaki itu hanya menatap datar deretan hidangan di meja besar berbahan jati di hadapannya. Farid gagal mencari alasan yang tepat dan tidak berbohong sesuai permintaan mamanya, hingga dengan berat hati ia menuruti permintaa
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Part 49. Sintia Datang

Dua puluh menit, motor Zia memasuki gerbang kosannya. Namun, tanpa sadar seseorang mengikutinya dari belakang, menerobos masuk dengan wajah tak bersahabat. "Di sini ternyata kau sembunyi," sergah Sintia dengan angkuhnya. Tangannya menarik kerudung Zia yang menjuntai ke bawah, membuat langkah Zia tersudut ke belakang. "Apa-apaan kau, Sintia?!" bentak Fira, ia tak rela melihat Zia yang tiba-tiba ditarik paksa oleh Sintia. Mendengar keributan di depan kamar membuat penghuni kamar lainnya melongo ke luar. Sebagian lain bahkan keluar kamar untuk mencari tahu apa penyebab kebisingan di luar. Sintia melepas pegangan tangannya di kerudung Zia, lalu melipat tangan di dada dengan angkuhnya. "Tanyakan saja pada temanmu ini, apa yang telah ia perbuat dengan suamiku? Percuma dengan kerudung lebar tapi pekerjaannya menggoda suami orang!" teriak Sintia membuat mata Zia membulat sempurna. Meski pada kenyataannya ia tak sedikit pun melakukan tuduhan keji Sintia, tetap saja ia merasa malu atas tu
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Part 50. Mempermalukan Diri Sendiri

"Dia diam-diam masih berhubungan dengan suamiku!" sambar Sintia. Ia terlihat begitu bersemangat untuk mempermalukan Zia di tempat ini. "Tutup mulutmu!" Fira tak terima. Zia mematung dengan gigi bergemelutuk. Bukan, ia bukan pasrah. Zia tengah mencari kalimat yang tepat untuk membuat perempuan cantik di hadapannya itu kapok mempermalukannya. "Kau saja yang dibutakan oleh penampilan perempuan ini!" Sintia balik membentak. "Diam!" bentak Pak Kusnadi sambil menggebrak meja. Hening. Bibir Sintia terkunci beberapa detik. Detak jantungnya semakin terpacu. "Jangan ada yang bicara, selain atas perintahku!" Pak Kusnadi terlihat mulai kesal dengan sikap Sintia. "Siapa nama Ibu?" tanya Pak Kusnadi pada Sintia. "Sintia!""Baik. Apa ada yang mengenal Ibu Sintia?" tanyanya lagi. "Saya mengenal keduanya, Pak. Bahkan duduk masalahnya saya tahu semua dari awal." Fira mengangkat tangan kanannya. Sintia tersentak. Semula ia pikir tak akan ada yang mengenalinya, hingga dengan leluasa ia bisa mem
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status