Semua Bab ALASAN SUAMIKU MENDUA: Bab 31 - Bab 40

179 Bab

Part 31. Permohonan Maaf

"Jangan menambah malu kami di hadapan keluarga Ustadz Nasrun, kami sudah sangat malu pada keluarga mereka setelah tahu kau mentalak Zia. Dan satu lagi, perempuan sebaik Zia tak pantas untuk laki-laki tak punya pendirian sepertimu," ucap Pak Ramli berapi-api membuat Aiman tersulut emosi karena bukan dukungan yang ia peroleh, melainkan sebaliknya. "Aku akan membuat Zia kembali dengan caraku jika kalian tak ingin membantuku," ucap Aiman. Kesabarannya sudah habis karena terus dipojokkan. "Jangan mempersulit Zia di persidangan jika tak ingin kau dihapus dari keluarga ini dan tak mendapatkan hak waris sepeser pun dari kami," sergah Ibu Ana semakin tak terkontrol. Aiman tersentak mendengar kalimat terakhir ibunya, ia tak menyangka akan sekacau ini keadaannya. Dengan hati penuh amarah ia bangkit meninggalkan rumah orang tuanya tanpa sepatah kata pun. Berkali-kali Aiman berteriak kesal dalam mobil keadaan tertutup. Ia benar-benar frustasi. Hidupnya benar-benar kacau setelah kedatangan Sint
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-07
Baca selengkapnya

Part 32. Usaha Farid

Zia tersenyum hambar. Cinta untuk laki-laki itu sudah sejak lama ia kubur dalam, dan kini hanya menyisakan luka yang kerap kali masih menimbulkan nyeri. [Tolong jangan pernah menganggu saya! Sebagaimana saya tidak pernah mengganggu anda setelah kita bercerai dulu!] balas Zia sebelum akhirkan memblokir nomor Aiman. Zia membaringkan tubuhnya di atas kasur, sebelum akhirnya Fira datang. Sahabatnya itu memang sering datang dan menginap bersamanya. Kini sahabatnya itu lah yang menjadi warna bagi hari-hari Zia. "Ih, nggak seru jam segini udah siap-siap tidur. Yuk, ah, bangun," ucap Fira seraya meletakkan dua kantong kresek makanan serta minuman ringan yang tadi dia beli di atas karpet. Meski terlahir dari keluarga kaya, Fira terlihat biasa saja, tak ada kesan sombong pada gadis itu. Semenjak Zia ngekos, Fira bahkan sering menginap bersamanya ketimbang tidur di rumah mewah orang tuanya. "Belinya banyak banget, Ra, ntar nggak habis, Ra!" ucap Zia seraya merubah posisi menjadi duduk. "Mak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-07
Baca selengkapnya

Part 33. Meminta Restu

"Ada apa lagi, Bang?" tanya sang Mama setelah menghabiskan makan malam di piringnya. Pak Darmawan menatap Farid dengan menurunkan kaca matanya."Ada yang mau Farid bicarakan sama Mama dan Papa," ucap Farid setenang mungkin. Fira menatap abangnya itu sambil tersenyum geli. "Semoga tentang jodoh, Mama sudah tak sabar ingin gendong cucu," celetuk Ibu Liana dengan sudut mata melirik putranya.Hati Farid berdesir, harapannya begitu besar untuk diterimanya Zia dalam keluarga mereka. Hening! Semua menunggu Farid kembali bersuara. Jam dengan ukuran setinggi orang dewasa berdentang memecah sunyi di ruang tamu menggema hampir ke seluruh ruangan. Mengabari pada penghuni rumah megah itu, jika saat ini waktu menunjukkan pukul delapan malam. "Farid ingin melamar perempuan yang Farid rasa pantas untuk menemani Farid, Pa, Ma," ucapnya seolah tanpa ragu. Ya, dirinya memang tak merasa ragu sedikit pun tentang rasanya pada perempuan sebatang kara yang beberapa bulan terakhir kerap mewarnai mimpi-mimp
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-07
Baca selengkapnya

Part 34. Adakah Rasa yang Sama?

"Lalu … perempuan seperti apa yang kau inginkan menjadi pendampingmu, Bang? Kau harus menimbnag nama baik keluarga juga, jangan asal dalam memilih pasangan karena ini bukan hal sepele. Kau harus memikirkannya matang-matang," potong sang Mama dengan wajah kurang bersahabat. Farid menoleh pada adik satu-satunya yang duduk mematung di sampingnya. Hatinya gemas melihat Fira yang tak kunjung buka suara untuk membantunya menyampaikan maksud baiknya pada orang tua mereka. "Ma, Pa, Farid ingin melamar Zia!" Akhirnya kalimat itu meluncur dengan susah payah dari bibir Farid, setelah adik satu-satunya yang ia harapkan bisa membantunya kini hanya bergeming, seolah tidak terjadi apa-apa di hadapannya. Farid menangkap sesuatu yang Fira sembunyikan darinya, tapi apa itu ia pun tak tahu. Hening! Pak Darmawan dan Ibu Liana saling melempar tatap. Ibu Liana menaik turunkan alisnya seolah tengah memberi isyarat pada suaminya. Entah isyarat apa, Farid tak paham. Beberapa detik bahkan menit berlalu, t
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-07
Baca selengkapnya

Part 35. Dia milikku

"Aku mencintainya dan berkeinginan untuk menjadikannya istriku bukan karena rasa kasihan atas nasib pernikahannya yang sebelumnya gagal, ataupun karena dirinya yatim piatu. Aku sungguh mencintainya, bahkan sejak pertama melihatnya," aku Farid jujur dengan tatapan mata luruh di atas meja makan. Semua yang baru saja meluncur dari bibirnya memang benar adanya, ia bahkan menaruh hati pada perempuan itu sejak pandangan pertama, ya, saat Zia bahkan masih sah berstatus istri laki-laki lain. Sebelumnya ia berusaha menahan rasa yang tiba-tiba menyeruak, rasa yang berbeda pada perempuan yang ia lihat di pinggir jalan karena ban motornya bocor kala itu, hingga kabar perpisahan Zia sampai di telinganya saat Farah meminta bantuannya untuk mencarikan Zia kosan malam itu. Kini rasa itu semakin hari semakin kuat hingga menciptakan rindu yang kian menggunung."Apa Zia memiliki rasa yang sama terhadapmu?" Kali ini Ibu Liana bersuara, membuat Farid seketika menoleh pada Fira yang kini menautkan alis me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part 36. Restu Keluarga

"Jangan egois, Sin! Kenapa tidak kau perbaiki hubunganmu dengan Aiman? Bukankah dulu kau begitu mencintainya?" tanya Tiara tak habis pikir. Sintia menunduk, seperti ada beban yang berusaha ia pendam sendiri. "Aku juga bingung, Ti, beberapa waktu lalu, Aiman pernah memergokiku jalan berdua dengan Pak Wisnu. Kami bertengkar hebat hingga akhirnya aku mengusirnya dengan mengatakan kalau aku menikah dengannya hanya karena ingin balas dendam. Namun, saat ia mendiamkanku, ada sesuatu yang hilang. Aku takut ia benar-benar pergi. Aku sungguh tak mengerti dengan diriku sendiri," lirih Sintia pelan. Tiara menarik napas kasar, membuangnya perlahan. Menasihati sahabatnya itu rasanya ia butuh kesabaran tambahan. "Sekarang bagaimana keadaan rumah tangga kalian?" "Semua berjalan seperti sebelumnya setelah aku terlebih dulu minta maaf dan mengatakan Pak Wisnu adalah abang angkatku. Kukatakan jika aku khilaf saat mengatakan aku hanya dendam dengannya, meski sebenarnya aku tak sungguh-sungguh minta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part 37. Luahan Rasa

Tanpa menjawab, Zia berjalan menuju motornya yang terparkir di bawah hujan lebat. Tubuh yang sudah menggigil dipaksanya untuk kuat. Ia tak ingin lebih lama lagi di sini, berdua dengan orang yang bahkan mengingat namanya saja mampu membuat hatinya perih. Di ujung sana, Farid dari dalam mobilnya mengawasi Zia dan mantan suaminya itu. Fira pun melakukan hal serupa. Bukan kebetulan, Farid sengaja menyusul Zia setelah menjemput Fira tadi. Awan gelap tadi membuatnya khawatir dengan gadis pujaannya itu. Zia mulai menstarter motornya, berjalan menembus hujan lebat yang tak kunjung reda. Cahaya lampu dari kendaraan di hadapannya bahkan tak mampu menjangkau jarak pandang terlalu jauh. Setetes air matanya luruh bersamaan dengan tetes hujan yang membasahi wajahnya. Luka itu masih sangat membekas di relung sana, hingga saat ini masih menyisakan perih yang terkadang masih terasa. Cepat Farid menyusul motor Zia. Aiman pun melakukan hal serupa. Keduanya tak ingin kehilangan kesempatan untuk mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part 38. Aku Ingin Melamarmu

"Aku berharap banyak kau bisa menerimaku, Zi," lirih Farid. "Sekalian nitip ini, ya, dicuciin. Biar yang punya makin kecantol," ucap Fira dengan senyum jailnya. Tangannya menunjuk jas milik Farid yang menutup tubuh Zia. Zia hanya membalas dengan senyum, ia tak ambil pusing dengan kejailan Fira barusan. "Ya udah, aku pamit, ya, Zi. Cepetan mandi, gih. Besok malam ada sesuatu yang penting pengen aku omongin ke kamu. Pokoknya nggak boleh nolak."Wajah manis berbalit jilbab lebar itu tersenyum jail. ke arah sahabat baiknya itu. jauh di relung sana ia berharap semua harapannya tentang Farid dan Zia dipermudahkan. Fira segera berlalu setelah pamit, sedangkan Zia, ia hanya menggeleng berulang sambil tersenyum, kemudian segera masuk kamar mandi setelah menyabet handuk yang tergantung dibelakang pintu kamar. *Sejak kejadian tadi siang, hingga saat ini jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam, Farid tak juga dapat memejamkan mata. Detik demi detik kejadian sore tadi kini bergantian ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part 39. Zia Sakit

"Bang Farid!" Hatinya berdesir. Zia mengulang kata demi kata pesan dari Farid. Tak pernah ia terpikir jika kakak laki-laki sahabatnya itu akan menyimpan rasa padanya. Di satu sisi ia merasa tersanjung. Namun, di sudut lain, ada kekhawatiran menelusup. Kegagalan dalam mengarungi bahtera bersama mantan suaminya kembali menghantui, menciptakan sudut lain hatinya menolak untuk kembali mengulangi bahtera yang sama meski dengan orang berbeda dalam waktu sesingkat ini. Beberapa saat mata teduh itu terpejam, mencari kata yang tepat untuk menyampaikan kata hatinya pada lelaki yang kini ia tahu memiliki rasa padanya. Selama ini ia menganggap Farid tak lebih dari sekedar kakak dari sahabatnya. Ia pun belum pernah berbincang secara langsung dengan Farid. Saat berpapasan ia hanya mengangguk sopan kemudian menunduk. Bahkan untuk wajah Farid saja ia hanya melihat sekilas. Namun, pelan setelah membaca pesan Farid untuk kesekian kalinya, rasa kagum kini mulai terbit. "Apa ini yang dimaksud Fira k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part 40. Bangun Zi!

"Sakit apa? Apa mungkin karena kehujanan kemarin?" Farid menautkan alis dengan perasaan khawatir. Iba menelusup memenuhi rongga dadanya mana kala mengetahui Zia sakit, dan tinggal sendiri di kosannya."Sepertinya iya. Sekarang kita langsung ke kosan Zia aja, Bang."Tanpa menjawab, Farid memutar stir mobilnya ke arah kosan Zia. Sepanjang perjalanan hatinya tak tenang, khawatir terjadi sesuatu pada Zia. Dua puluh menit menuju kosan Zia terasa sangat jauh bagi Farid, padahal ia sudah menambah kecepatan lari besi beroda miliknya. Kaki kanannya spontan menginjak pedal gas lebih dalam lagi, membuat mobil melaju semakin kencang. "Nggak usah ngebut, Bang! Lagian kosan Zia udah nggak jauh lagi, kok." Protes Fira, membuat Farid kembali memelankan laju kendaraannya. Mesin mobil Farid mati sempurna ketika sampai di depan gerbang. Fira buru-buru turun dari mobil, berjalan cepat menuju kamar Zia. Sedangkan Farid menunggu dengan rasa yang entahlah. Hatinya tak tenang duduk menunggu di sini. Jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status