Home / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 74. Ketika Rasa Bersambut

Share

Part 74. Ketika Rasa Bersambut

Author: Rizka Fhaqot
last update Last Updated: 2022-07-13 08:29:05

Fira menatap wajah getir abangnya itu dengan senyum manis, membuat Farid merasa ada sesuatu yang tengah disembunyikan sang adik.

"Itu karena, Zia meminta Abang melamarnya langsung pada Ustadz Nasrun," ucap Fira dengan senyum menggoda.

Farid mematung, degub jantungnya berkejaran bersamaan dengan hati yang berdesir hebat.

"Apa kau tengah bercanda, Ra?" tanya Farid dengan jantung terasa ingin melompat dari sarangnya.

Fira terkikik geli. Kali ini ia benar-benar berhasil membuat abangnya itu melotot karena mendengar kalimatnya.

"Aku tidak sedang bercanda, Bang. Serius!" Fira nyengir seraya mengacung telunjuk serta jari tengah tangan kanannya secara bersamaan.

Farid merubah posisi, menghadap lurus dashboard mobilnya. Degup jantung masih terus berpacu bersamaan desir yang tiba-tiba menelusup.

Fira memberi waktu beberapa menit untuk sang kakak menikmati debar hatinya, menata detak jantungnya, hingga memuaskan lengkungan di bibirnya dengan mata terpejam.

"Abang ingin tau apa yang membu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 75. Rencana Lamaran

    "Apa nggak terlalu buru-buru, Ma?" tanya Pak Darmawan lagi. "Nggak lah, Pa. Semua perlengkapan acara Fira sudah kelar jauh-jauh hari lho, Pa. Jadi sekarang kita tinggal nunggu hari H-nya saja. Jadi nggak apa-apa kalau harus melamar Zia untuk Farid sebelum Fira menikah juga," jawab Ibu Liana. "Iya, Pa, kayaknya nggak papa. Acarannya 'kan, bisa diatur bagusnya kapan." Kali ini Fira ikut bersuara. Pak Darmawan berpikir beberapa saat, akhirnya meminta jawaban langsung dari yang bersangkutan. "Kalau menurutmu bagaimana, Bang?" Pertanyaan yang ditunjukkan untuk Farid. "Menurut Farid, kita ikuti pendapat terbanyak saja, Pa. Toh, ini 'kan baru lamaran, kalau diterima, baru menentukan hari H-nya kapan, acaranya di mana, serta hal lain. Jadi menurut Farid ngga apa-apa disegerakan." Farid berusaha meredam rasa bahagia yang membuat dadanya terasa sesak. Laki-laki paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepala, pertanda menemukan jawaban atas musyawarah barusan. "Baiklah, kalau begitu minggu in

    Last Updated : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 76. Raline Patah Hati

    Laki-laki itu mulai merasakan getaran cinta yang sempat hilang. Ia kembali melihat Lusi-nya yang dulu. Meski tak selangsing dulu, kini perempuan itu terlihat begitu terawat. "Aku sedang latihan untuk kuat demi anak-anak." Lusi sama sekali tak menoleh pada lawan bicaranya. Wisnu berpikir sejenak, mencari kalimat yang tepat agar Lusi mengurungkan niat untuk pergi. Ia mulai sadar jika selama ini ia hanya kurang peduli saja pada istrinya itu "Jika kau keberatan berpisah denganku, aku bisa membatalkan rencanaku untuk menikahi Sintia," ucap Wisnu dengan percaya diri. Lusi menarik sudut kanan bibirnya. Kalimat Wisnu barusan sukses membuat rasa muak di hatinya kian bertumbuh. "Aku sama sekali tak tertarik lagi dengan tawaran itu," jawab Lusi dengan suara pelan. Namun mampu membuat Wisnu menelan salivanya. Ia tak pernah berpikir akan mendapat penolakan demikian pedih dari perempuan yang telah memberinya tiga jagoan itu. "Ah, mendengar penawaran begitu saja kau jawab dengan sombong, awas

    Last Updated : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 77. Nasehat Mama

    "Ia, Lin. Farid tak akan ada lagi, tapi yang lebih dari Farid masih banyak di luaran sana. Pastinya lebih mencintaimu, lebih menghargaimu, lebih mengutamakanmu, dan masih banyak lagi kelebihan lainnya dibandingkan Farid." Ibu Anin berucap pelan. Namun terdengar tegas. "Kau tak perlu patah hati, Lin. Alhamdulillah, Farid sudah menemukan calon makmumnya. Mama selalu berdo'a semoga kamu juga segera dipertemukan dengan jodohmu," lanjut Ibu Anin dengan senyum tipis. "Kok, Mama malah bersyukur Farid mau nikah, apa nggak mikir Raline akan patah hati?!" Bibir Raline mencetut. "Apa kau tak yakin dengan jodohmu sendiri?" tanya Ibu Anin dengan mata menatap dalam mata Raline. "Apakah kau tak percaya jika masing-masing kita sudah memiliki jodoh masing-masing? Ketahuilah, Lin, kau hanya butuh sabar untuk menunggu giliran untuk menemukan jodohmu dan kelak kau akan sangat bersyukur atas kejadian hari ini." Ibu Anin berusaha menyemangati putrinya itu. Raline bergeming, kepalanya sibuk mencerna se

    Last Updated : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 78. Permintaan Maaf

    "Boleh aku masuk?" tanya Raline yang kini mematung di pintu ruangan Farid. Farid mendongak, menatap perempuan itu dengan perasaan serba salah. Hingga akhirnya ia memutuskan mempersilakan Raline masuk setelah menempatkan antara dirinya dan Raline saat ini tak lebih dari rekan kerja. "Silakan!" ucap Farid sebiasa mungkin, meski hatinya sedikit merasa risih setelah tau ulah Raline yang berniat menjauhkannya dari Zia. Raline berjalan mendekati kursi tepat di depan Farid, lalu duduk di atasnya. Wajah perempuan itu menyiratkan bongkahan kecewa yang melebur bersama sesal. Beberapa saat hanya hening. Keduanya sibuk dengan suasana hati masing-masing hingga menciptakan suasana canggung antara mereka. Lebih dari setahun yang lalu, Farid pernah memiliki rasa untuk perempuan yang kini duduk di hadapannya. Namun, seiring waktu, rasa nyaman di hati laki-laki itu kian tergerus dengan sikap manja dan posesif yang ditunjukkan Raline. Perempuan itu begitu ketat mengatur Farid yang belum memiliki s

    Last Updated : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 79. Tak Ada Alasan Menolaknya

    Pelan Zia menuruni tungkainya yang terasa sedikit lemas. Keduanya berjalan mendekati pintu masuk rumah Ustadz Nasrun yang memang saat siang hari jarang tertutup. Dua orang santri putri berusia kisaran 15 tahun baru saja ke luar. "Assalamualaikum, Dek," sapa Fira saat melihat keduanya. "W*'alaikumussalaam, iya, Kak." Keduanya mengangguk takzim. Mereka sangat kenal siapa yang datang, lebih lagi pada Zia. "Ustadz sama Ustadzah ada?" tanya Fira langsung. "Masuk aja, Kak. Ustadzah lagi di dapur, kalo Ustadz ke luar, ngisi ceramah di kota sebelah." jawab santri putri berkerudung putih di hadapan Fira. Keduanya pamit setelah mendapat jawaban dari keduanya. Fira melangkah lebih dulu diikuti Zia yang menyusul di belakang. Dari jarak beberapa meter Ustadzah Hamidah menyambut kedatangan mereka dengan senyum lembut. "Cuma berdua?" tanya Ustadzah Hamidah dengan melirik keduanya secara bergantian. Fira mengangguk pelan. Ustadzah Hamidah membawa mereka berdua ke ruang keluarga rumahnya. Keti

    Last Updated : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 80. Ancaman

    Ustadzah Hamidah menerima lembaran yang Fira beri. Sebuah undangan pernikahan berwarna krem dengan bahan kertas linen, terlihat begitu elegan. Mata perempuan paruh baya itu menelisik setiap abjad yang tertulis rapi di lembar terdepan, Fira dan Alfin. "Kau akan menikah, Ra?" tanya Ustadzah Hamida dengan alis terangkat. "Insya Allah Ustadzah. Semoga Ustadz dan Ustadzah bisa hadir di hari bahagia Fira," ucap Fira penuh harap. "Insya Allah, Ra. Do'a terbaik untukmu, Ra. Semoga menjadi keluarga berbahagia hingga jannah-Nya." Wajah Ustadzah Hamidah tampak berbunga, beliau turut bahagia mendengar berita baik yang berturut-turut datang padanya. *Senja mulai beranjak ketika Wisnu keluar dari pelataran kantornya. Gemericik hujan yang sejak tadi mengguyur bumi membuat jalanan aspal yang ia lewati berubah menjadi hitam pekat. Lampu-lampu di sisi kanan dan kiri jalan mulai menampakkan sinarnya demi menyambut pekatnya malam. Bau basah yang tercipta pada setiap helaan napas yang melewati paru

    Last Updated : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 81. Jangan Sampai Kau Menyesal!

    "Baiklah, kalau kau tetap keras kepala, aku tak akan mengurus surat kepemilikan harta gono-gini yang pernah kujanjikan," ancam Wisnu, berharap Lusi akan takut dan mengurungkan niatnya untuk pergi. "Apa kau mau semua kebusukanmu terbongkar?" tanya Lusi menantang. "Kau ingin keluargamu tahu tentang kebusukamu?! Lalu mamamu yang jantungan itu akan histeris lalu pingsan dan kau akan dibenci seluruh keluargamu."Tanpa menunggu jawaban Wisnu, Lusi segera beranjak menuju mushala dekat ruang keluarga, tanpa peduli pada Wisnu yang mematung dengan wajah kusutnya. Wisnu memijat pelipisnya yang mulai berdenyut. Kekhawatirannya akan ancaman Lusi membuat kepalanya tak lagi mampu berpikir jernih. Bercerai dari Lusi saja keluarganya bisa murka, apalagi tau penyebab mereka berpisah adalah dirinya. Di tempat lain, lebih dari satu jam Sintia menunggu pesan balasan dari Wisnu, kini perempuan itu tengah memandang layar ponselnya dengan gigi bergemelutuk. Ia merasa kesal karena berkali-kali menelpon W

    Last Updated : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 82. Pertanyaan Ustadz Nasrun

    "Mama mau ngelamar, apa langsung akad sih, Ma?" Farid tersenyum geli melihat ulah sang Mama. "Ini buat makan santri hari ini, Bang. Mama udah suruh Fira telpon pihak pesantren, suruh bilang kalau hari ini masak nasi aja, lauk sama sayur biar kita yang bawa," jelas sang Mama, membuat kepala Farid manggut-manggut pertanda mengerti. "Makasih, Ma," ucap Farid dengan mata menatap bangga pada perempuan paruh baya yang telah melahirkannya lebih dari 30 tahun lalu. Mata Ibu Liana menatap sendu pada putra semata wayangnya itu dengan bibir menyungging senyum lembut. "Mama hanya ingin anak-anak Mama bahagia. Alhamdulillah, sebentar lagi kalian berdua akan memiliki keluarga masing-masing, Mama harap kalian akan selalu menyayangi Mama sama Papa seperti sekarang, dan tak pernah ada yang berubah." Farid merangkul Mamanya, merasakan kasih sayang perempuan terbaiknya itu yang begitu hangat. "Insya Allah, Farid menemukan perempuan yang tepat, Ma. Farid yakin, Zia mampu menjadi istri yang baik sek

    Last Updated : 2022-07-14

Latest chapter

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status