Beranda / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 82. Pertanyaan Ustadz Nasrun

Share

Part 82. Pertanyaan Ustadz Nasrun

Penulis: Rizka Fhaqot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-14 11:26:25

"Mama mau ngelamar, apa langsung akad sih, Ma?" Farid tersenyum geli melihat ulah sang Mama.

"Ini buat makan santri hari ini, Bang. Mama udah suruh Fira telpon pihak pesantren, suruh bilang kalau hari ini masak nasi aja, lauk sama sayur biar kita yang bawa," jelas sang Mama, membuat kepala Farid manggut-manggut pertanda mengerti.

"Makasih, Ma," ucap Farid dengan mata menatap bangga pada perempuan paruh baya yang telah melahirkannya lebih dari 30 tahun lalu.

Mata Ibu Liana menatap sendu pada putra semata wayangnya itu dengan bibir menyungging senyum lembut.

"Mama hanya ingin anak-anak Mama bahagia. Alhamdulillah, sebentar lagi kalian berdua akan memiliki keluarga masing-masing, Mama harap kalian akan selalu menyayangi Mama sama Papa seperti sekarang, dan tak pernah ada yang berubah."

Farid merangkul Mamanya, merasakan kasih sayang perempuan terbaiknya itu yang begitu hangat.

"Insya Allah, Farid menemukan perempuan yang tepat, Ma. Farid yakin, Zia mampu menjadi istri yang baik sek
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 83. Mantapkan Hatiku Untuk Menerimanya

    Farid terlihat menarik napas dalam, lalu mengembusnya ke luar. Ia harus berpikir untuk beberapa saat demi menjawab pertanyaan yang baru saja ditujukan untuknya. "Saya akan berusaha memaafkannya semampu saya, Ustadz. Mungkin saja itu ia lakukan karena khilaf atau hal lainnya." Farid berucap mantap. Farid meyakini jika Zia bukanlah perempuan yang akan dengan mudah membuat Tuhan-nya murka. Yang ia tahu, bahkan Zia tak sampai hati menyakiti hati perempuan lain meski hatinya yang harus terluka. Seperti saat Raline mengaku sebagai tunangannya beberapa waktu lalu. Bibir laki-laki dengan kopiah putih itu mengukir senyum. Beliau cukup puas dengan jawaban yang Farid keluarkan, hingga merasa tak ada yang harus beliau khawatirkan lagi. Semua yang hadir menyimak dengan hati sedikit terasa gugup."Baiklah, saya rasa tak ada alasan lagi bagi kami selaku orang tua asuh Zia untuk menolak niat baik Nak Farid, apalagi anak kami pun sudah sangat mengenal keluarga Nak Farid. Semoga semuanya berjalan s

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 84. Berlutut

    Hati Wisnu tercubit, ada luka yang mulai terasa perih, luka yang tercipta akibat kebodohannya sendiri. Pelan matanya terbuka dengan lidah yang terasa kelu. Ditatapnya wajah polos yang kini bergelayut manja di tubuhnya. Hatinya mengatakan semakin tak ingin jauh dari mereka. Cukup lama Wisnu membeku, sedangkan kedua putranya seolah berebutan memeluknya. Dengan gerakan perlahan Wisnu merenggangkan pelukan kedua anak laki-lakinya, menatap lekat wajah sendu tanpa dosa milik keduanya bergantian. Ada ragu perlahan menyelinap menjadikan hatinya gamang. "Nak, Papa nggak akan ke mana-mana, kita tetap akan di sini menghabiskan waktu sama-sama sampai kapan pun," ucap Wisnu dengan susah payah. Semua yang ia katakan murni dari hatinya sendiri. Hati yang semakin sesak oleh rasa perih. Kedua bocah itu kompak terdiam kemudian saling tatap. Keduanya heran kala jawaban dari sang ayah dan ibunya berbeda. "Tapi kata Mama, nanti kami akan tinggal di rumah Nenek, aku akan sekolah di tempat baru dan be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 85. Telah Kembali

    Setitik cahaya terbit di hati Wisnu. Gusarnya sedikit mereda seiring secercah harapan yang timbul seketika bersamaan dengan kalimat Lusi barusan. Pelan kepala Wisnu terangkat mendongak menatap perempuan dengan rambut sebahu yang terurai rapi ke belakang. Ada harapan yang pelan-pelan menelusup relung hatinya, harapan salahnya akan menemukan maaf. "Apa pun syarat yang kau ajukan, aku sangat berharap aku mampu menunaikannya," ucap Wisnu dengan mengiba. Tekadnya begitu kuat untuk mengabdikan cintanya pada keluarganya. Suasana kembali hening, bahkan detak jantung masing-masing terdengar seolah tengah berlompatan. Lusi memejamkan mata beberapa saat, menghirup napas panjang, berharap dapat mengurai sesak di dadanya. Meski hatinya kembali muak dengan sikap Wisnu, keseriusan yang Wisnu tampilkan mampu membuatnya berpikir ulang untuk pergi. Ya, anak-anak lah yang menjadi pertimbangan utama. Sepanjang yang ia lihat dan ia dengar, ketika suami istri memilih bercerai, maka anak lah yang akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 86. Kembali Membuka Hati

    Wisnu berpikir sesaat, kemudian bibir dengan kumis tipis itu tersenyum yakin. "Jangan khawatir, aku akan mengatakan langsung pada Sintia jika aku ingin mempertahankan pernikahan kita, dan akan membatalkan rencana pernikahan dengannya." Wisnu terdengar mantap. Lusi bergeming, ia belum sepenuhnya percaya pada sang suami. "Bagaimana jika aku ikut?" tanya Lusi bermakna permintaan. "Baiklah, besok akan aku kabari kapan dan di mana." Wisnu tersenyum hangat, tangannya merangkul mesra bahu sang istri. Malam ini menjadi saksi cinta yang hambar itu kembali tumbuh subur dan berbunga, menguar aroma rindu yang berlabuh pada hasrat yang diridhoi. *Di dalam kamar di lantai dua rumah mewah milik keluarga Darmawan, laki-laki itu duduk mematung menatap kalender meja di tangannya.Tiga hari lagi acara pernikahan Fira akan dilaksanakan, itu artinya masih lebih dari satu bulan gilirannya menjadikan Zia halal baginya. Itu membuat Farid berharap waktu lekas berlalu. Entahlah, kali ini ia merasa waktu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 87. Patah Hati

    Dengan terpaksa Sintia menerima jabat tangan Lusi. Ia masih berpikir kedepannya ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Belum sempat tangan Sintia menjabat tangannya, Lusi menurunkan tangannya. Ia merasa tak sudi bersentuhan tangan dengan perempuan yang ia anggap murahan itu. Wisnu hanya diam, ia tak memiliki keberanian cukup untuk menghentikan sikap tak Lusi yang membuat Sintia tak nyaman. Baginya, meraih kata maaf dari Lusi saja sudah sangat beruntung, ia tak ingin membuat perempuan itu kembali pada keputusan pertamanya. Sintia menahan emosi yang semakin memuncak. Emosi pada Wisnu yang tak sedikit pun membelanya. Emosi pada Wisnu yang di matanya ternyata laki-laki takut istri. "Oh ya, kapan kalian akan bercerai?" tanya Sintia langsung pada titik masalah. Ia tak ingin lebih lama lagi bersandiwara di depan Lusi. Lusi tersenyum sinis, sekuat tenaga ia tahan sumpah serapah yang sejak tadi ingin tumpah. Ia tak ingin mempermalukan diri sendiri di muka umum karena niat awal hanya in

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 88. Kecelakaan

    Suara benturan keras yang terdengar begitu kuat membuat orang-orang di sekitar seketika menghentikan aktifitas masing-masing. Semua mendekat, mengerumuni tempat kejadian. Sintia terkapar di jalan dalam keadaan tak sadarkan diri, luka di kaki kanan terlihat sangat parah, serta luka di bagian kepala yang kini berlumuran darah. Sedangkan pengemudi motor mengalami luka lecet di beberapa bagian tubuhnya. Wisnu lari tergopoh-gopoh, Lusi menyusul di belakangnya. Berusaha keras ia menembus kerumunan karena firasatnya yang tak nyaman. Dilihatnya Sintia dalam keadaan mengenaskan, jiwa manusianya merasa tak tega. Wisnu mematung dengan kaki gemetaran, wajahnya terlihat pias, hingga beberapa detik kemudian Lusi menyusul dan berdiri di sampingnya. "Bawa dia ke rumah sakit!" ucap Lusi dengan lutut terasa lemas. Ia sendiri tak tega melihat Sintia dalam keadaan seperti sekarang. *Beberapa jam setelah kejadian. Pelan mata itu mengerjap setelah lama tak sadarkan diri. Matanya silau oleh cahaya lam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Aprt 89. Menjenguk Sintia

    "Kaki Sintia remuk dan sekarang sudah diamputasi," lirih Tiara, seketika matanya berkaca-kaca. Aiman memejamkan mata, sesaat kemudian mengusap pelan wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tak berani membayangkan akan sesulit apa hidup Sintia ke depannya. "Aku tak tega melihat Sintia dalam keadaan seperti sekarang," lirih Tiara dengan suara pelan. "Takdir," jawab Aiman singkat. Sepatah kata yang mampu membungkam seluruh prasangka. Hening. Keduanya memilih sibuk dengan isi kepala masing-masing setelah beberapa patah kata sebagai salam jumpa, dan bertanya kabar tentang Sintia. Aiman terlihat mengusap wajahnya perlahan. Kejadian demi kejadian sejak awal hidup bersama Zia hingga detik ini satu persatu melintas, membuat laki-laki dengan berambut sedikit ikal itu merasa hidupnya terasa kacau."Apa kau bisa memaafkan perbuatan Sintia?" Tiba-tiba kalimat itu keluar dari bibir Tiara. Ia tak habis pikir melihat Aiman yang masih bersedia datang menjenguk mantan istrinya. Ketika kebanyakan laki

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 90. Hadiah Dari Farid

    Matahari semakin jauh beranjak ke ufuk barat, menyisakan sinar terang yang mulai menguning. Farid menatap jalanan aspal yang membentang berwarna hitam keabuan memanjang hingga beberapa puluh meter ke depan, bahkan lebih. Zia duduk bersandar di sandaran kursi penumpang, sekilas ia melirik jam di pergelangan tangannya yang sebentar lagi menunjukkan pukul empat sore. Bik Suti memejamkan matanya, perempuan berusia cukup jauh di atas Zia itu terlihat mengantuk. Perjalanan pulang ke kosan Zia mereka lalui dengan banyak diam karena Bik Suti tak lagi banyak bicara seperti waktu berangkat tadi. Farid melirik sekilas lewat spion kecil di plafon mobil. Hanya ingin memastikan jika Zia dalam keadaan nyaman. Bik Suti sejak beberapa menit lalu sudah beranjak ke alam bawah sadar. Farid menepikan mobilnya ketika sampai di hadapan pagar kosan Zia. Tangannya cepat meraih tote bag berbahan karton yang sejak pagi tadi ia letakkan di dalam dashboar mobilnya. "Tunggu sebentar, Zi," ucap Farid, membuat

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14

Bab terbaru

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status